Beranda / Romansa / Sweet Dreams / Menghilangkan Bukti

Share

Menghilangkan Bukti

Penulis: Ima Mulya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 Waktu terus berjalan, sudah 5 hari semenjak kecelakaan Citra belum ada kabar mengenai apapun. Juga mereka yang mencari bukti di tempat kejadian, belum menemukan apa-apa. Sementara itu, pihak keluarga telah memutuskan jika Citra memang murni jatuh sendiri dari tangga. Hal tersebut pun langsung diumumkan di berbagai siaran televisi dan dimuat dalam berbagai berita di koran.

 Rayyan dan Tuan Williams yang sedang menonton berita, juga mendengar hal yang sama. 

'Sejauh ini belum ada hasil apapun dari penyelidikan polisi, juga tidak ada bukti yang mengarah ke pembunuhan berencana yang polisi temukan di TKP. Dengan itu, pihak polisi telah mengumumkan jika cucu dari Nyonya Mellany, yaitu Citra, dinyatakan murni jatuh dari tangga. Demikian hal tersebut disepakati oleh pihak keluarga ….'

"Bukankah itu saudaranya, Gea?" tanya Tuan Williams. 

"Iya, Ayah. Sekarang dia masih koma di rumah sakit."

"Apa Gea tidak meminta bertemu dengannya?"

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sweet Dreams   Mencarikannya Pacar

    Leon dan Rayyan pergi menemui Tuan Keano, membahas beberapa hal yang penting dengan pria itu. Tuan Keano mendesak agar Rayyan segera menyelesaikan apa yang menjadi tugasnya."Sudah saatnya kau beraksi, Rayyan."Namun, Rayyan belum ingin melakukan apapun, dia hanya memikirkan tentang pengacara Tuan Harun."Tapi aku masih mempunyai satu urusan yang belum tercapai. Tanpa itu, semuanya akan sia-sia saja, Tuan Keano."Tuan Keano yang sangat tahu apa tujuan Rayyan, hanya tersenyum datar."Mau mencari ke ujung dunia pun, kau tidak akan menemukan orang itu, Rayyan. Anggap saja dia akan benar-benar muncul pada waktu yang tepat, jadi tidak usah risau.""Tapi bagaimana caranya agar aku bisa membuat kesepakatan dengannya, bagaimana jika pengacara itu berpikir bahwa Gea sudah mati. Itu sangat tidak baik."Hal yang tidak boleh terjadi adalah bila pengacara memikirkan hal tersebut, maka secara otomatis seluruh harta warisan Tuan Harun

  • Sweet Dreams   Amplop Coklat

    Pagi-pagi buta, seorang pelayan menemukan sebuah amplop berwarna coklat di bawah pintu saat akan menyapu, segera ia memungut dan membukanya. Seketika pelayan itu menjerit, membuat Bibi Andini yang kala itu sedang melewati ruang tamu, ikut mendekati."Ada apa?" tanya Bibi Andini heran."I - ini … Nyonya." Tangan pelayan tersebut dengan bergetar menyerahkan amplop pada Bibi Andini."Apa kau sudah bisu." Bibi Andini menariknya begitu saja, merasa kesal dia terus mengomel. "Kenapa hal seperti ini saja kau tidak bisa menjelaskannya. Kenapa harus aku sendiri yang …," suaranya sedikit tertahan saat tiba-tiba melihat sesuatu, "membacanya …." Bibi Andini langsung melotot tidak percaya, mengamati hingga beberapa kali. Kembali ia melihat isi di dalam. "Tidak!" Dia langsung menutup dengan cepat.Lantas dia menatap wanita di sampingnya. "Tutup mata dan juga mulutmu jika kau masih membutuhkannya. Kau paham!" ancam Bibi Andini."I - iya, Nyo

  • Sweet Dreams   Pengiriman Hari Kedua

    "Apa kau bicara dengan, Elle?" tanya Paman Burhan yang sudah berdiri diambang pintu."Mas, sejak kapan berdiri disitu?" Bibi Andini berdiri, jantungnya berdegup kencang."Katakan yang sejujurnya. Apa ada yang kau sembunyikan?" Paman Burhan mendekat.Jika Paman Burhan sudah menyebut Bibi Andini dengan sebutan 'kau', berarti ada sesuatu yang membuatnya marah atau tidak suka. Bibi Andini menyadari kemarahan suaminya, dan menutupi kebenaran bukanlah jalan yang tepat."Aku tanya sekali lagi, Andin. Apa kau bicara dengan, Elle?!" teriak Paman Burhan dengan suara yang lantang."Mas … itu … a - aku hanya ….""Mana ponselmu!" Paman Burhan merebut ponsel yang disembunyikan Bibi Andini di belakangnya."Mas, kembalikan!" raung Bibi Andini marah.Segera Paman Burhan mengecek panggilan masuk, dia terkejut melihat nama Elle tertera jelas di sana."Tamatlah riwayatku," gumam Bibi Andini dalam hati.Paman

  • Sweet Dreams   Ayo Berpacaran

    Rayyan menghubungi Tuan Keano, sedikit marah karena tiba-tiba Tuan Keano menambah rencana, diluar dugaan."Kenapa tidak mengatakan jika anda mempunyai sesuatu yang lain?" Jujur saja, Rayyan merasa tidak dapat dipercaya untuk pertama kalinya. Bagaimana bisa Tuan Keano yang satu tim dengannya, masih sempat menyembunyikan sesuatu yang besar.[Tenanglah, Rayyan. Karena itu tidak termasuk dalam daftar tugas kita. Itu hanya sebagai hiburan semata]"Hal seperti itu anda anggap hiburan?" Hampir saja Rayyan ingin tertawa, mendengarnya seperti lelucon. Rayyan tidak percaya humor Tuan Keano berada dibawah rata-rata. "Anda mempunyai selera humor yang aneh, Tuan Keano."[Itulah uniknya saya, Rayyan. Tidak sama dengan orang lain, dan tidak bisa ditebak]Rayyan menggaruk alis yang tidak gatal, berbicara banyak dengan pria itu akan membuatnya gila."Baiklah, aku ingin semua tentang Citra, apapun itu. Tolong, jangan anggap ini lelucon, karena ini tidak

  • Sweet Dreams   Terlambat Bangun

    "Gea, cepatlah bangun!"Rayyan menggoyang-goyangkan punggung istrinya, jam sudah menunjukkan pukul 7, dan Gea masih pulas terlelap. Tidak seperti biasanya, kali ini Gea melewatkan paginya."Gea, ayo bangun!"Gea menggeliat, dan bukannya bangun, dia malah menarik selimut hingga menutupi dada. Matanya masih terpejam rapat, membuat Rayyan kesal."Makanya besok-besok tidak usah mengajak menonton." Rayyan mengacak rambutnya kasar, jujur saja, dia pun masih belum puas tidur. Tapi apalah daya saat pekerjaan harus memanggilnya ke kantor, Rayyan tidak punya waktu untuk bermalas-malasan.Dengan malas, Rayyan menuruni ranjang, meninggalkan Gea tanpa mengusiknya lagi. Segera setelah air menyatu dengan wajahnya, mata Rayyan kembali segar seperti sedia kala. Dia menatap lekat-lekat wajahnya di cermin."Apa aku setampan ini," gumamnya memegang dagu. Rayyan memutar wajahnya beberapa kali, melihat dari berbagai sudut, dia memujanya.&nbs

  • Sweet Dreams   Hadiah Ulang Tahun Oma

    "Besok adalah ulang tahun Oma, Rayyan. Apa kita akan menghadirinya?" tanya Gea saat sore harinya dia sedang duduk santai dengan Rayyan."Tidak, Gea. Kita hanya perlu mengirimnya beberapa hadiah saja." Rayyan sudah memikirkan ide ini sejak lama."Hadiah apa?" Gea begitu penasaran."Hadiah yang akan membuat Oma serangan jantung." Rayyan tersenyum sekilas, membuat kerutan di dahi Gea terlihat jelas."Apa kau ingin membunuh, Oma?" tanya Gea hati-hati."Bukan membunuhnya, Gea. Kenapa kau terlihat cemas jika Oma mati?""Karena dia itu Nenekku, Rayyan.""Tapi dia tidak menganggapmu cucu selama ini, bagaimana bisa kau masih menanggapnya sebagai nenek?" Rayyan tidak mengerti dengan jalan pikiran Gea, seperti ada rasa sayang di hatinya untuk Nyonya Mellany."Entahlah, Rayyan. Yang jelas aku tidak ingin jika Oma mati, sebelum dia melihat dan merasakan semua perbuatannya selama ini." Kalimat Gea menandakan benci. Rayyan yang awalnya sempat b

  • Sweet Dreams   Panggil Aku, Nyonya Rayyan

    Setelah semuanya terbongkar, baik Bibi Meyli maupun Bibi Andini, keduanya sama-sama berada dalam situasi yang genting. Tidak dapat lagi menyembunyikan apa yang ada, Elle dan Citra akan segera terpanggil pulang. Setidaknya mereka masih aman hingga Oma benar-benar pulih kembali."Ini semua salah, Mama, kenapa harus membuat rencana seperti ini," tuding Paman Mex."Kenapa Mama yang disalahkan. Papa juga harusnya ikut disalahkan, jika bukan karena persetujuanmu, aku mungkin tidak akan berambisi seperti ini." Bibi Meyli masih membela diri. Menghilangkan fakta bahwa dirinyalah yang sebenarnya paling berkobar. Membayangkan pulang juta bahkan milyaran untuk biaya perawatan Citra yang Oma keluarkan, tentu saja hatinya menjadi licik demi sebuah ambisi yang bernilai uang.Beda halnya dengan B

  • Sweet Dreams   Rasakan Detak Jantungku

    3 hari dirawat, Oma mulai membaik dan meminta berkumpul di ruang rapat. Tapi sebelum itu, beliau meminta pada Bibi Meyli dan juga Bibi Andini untuk membawa anak mereka pulang. Secepatnya. Perintah Oma selalu tidak bisa ditawar, dengan apapun itu."Jika kalian gagal membawanya dalam waktu setengah jam, maka bersiaplah untuk keluar dengan tangan kosong!" ancam Oma tidak main-main.Maka dari itu, mereka melaksanakannya dengan sangat baik.Bibi Andini datang sendirian menjemput Elle, dia membujuk Elle dengan berbagai cara."Tidak ada cara lain, Elle. Kau tahu sendiri jika Oma tidak akan main-main dengan perkataannya. Maka menurutlah pada, Mama, ya!""Tapi, Ma. Bagaimana jika Citra membongkar segalanya, dia mengatakan hal yang sebenarnya. Aku pasti akan dibunuh untuk itu, Ma. Aku tidak mau jika itu sampai terjadi." Elle masih menolak dalam kepanikannya memikirkan nasib kedepannya. Jika semua fakta terungkap, maka dia akan berakhir di pen

Bab terbaru

  • Sweet Dreams   Hadiah Spesial Malam Pertama

    "Kemarilah, Gea. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu."Rayyan meraih tangan Gea dan memutarnya, hingga membelakangi dirinya. Rayyan mengeluarkan sapu tangan berwarna hitam dari saku celananya, tanpa persetujuan, dia mengikat ke mata Gea."Rayyan, kenapa kau menutup mataku," protes Gea kesal. Sedikit tidak suka saat Gea harus menghadapi rasa penasaran yang mendalam."Karena ini hadiah spesial, Gea. Ayo mulai berjalan!"Rayyan membimbing langkah Gea dengan menuntunnya untuk sampai pada tempat tujuan mereka. Gea yang begitu penasaran sudah tidak sabar untuk membuka matanya dan segera melihat apa yang Rayyan siapkan untuknya. 5 menit kemudian, mereka berhenti. Rayyan meninggalkan Gea sendirian di tengah-tengah ruangan."Buka matamu, Gea, dan temukan aku." Rayyan meleset bak anak panah setelah memberi instruksi pada Gea."Rayyan, apa yang ingin kau tunjukkan sebenarnya?"Gea membuka ikatan matanya dengan segera, mata

  • Sweet Dreams   Ulang Tahun Yang Tertunda

    Pukul 8 malam, Peggy mengajak Gea ke suatu tempat, yang katanya adalah tempat acara yang akan mereka hadiri dilangsungkan. Meskipun awalnya Gea sempat menolak karena tidak ingin pergi tanpa Rayyan, tapi Peggy menguatkan tekadnya untuk terus membujuk dengan berbagai alasan."Ini acara penting, Gea, kita masih bisa pergi tanpa, Rayyan," desak Peggy."Tapi aku belum mengatakan apapun pada, Rayyan. Bagaimana jika dia pulang ke rumah tapi aku tidak ada, bagaimana jika dia mencariku kemana-mana?" Gea hanya memikirkan bagaimana nanti paniknya Rayyan ketika tidak menemukan dirinya."Ponsel Rayyan dari tadi dimatikan, kita tidak bisa menghubunginya dan mengatakan hal sebenarnya," keluh Gea putus asa ketika panggilan yang kesekian kalinya tidak dapat terhubung.Akhirnya Peggy mencari cara lain. "Tunggu, kita bisa menghubungi Leon bukan?" Peggy memberi ide."Hu uh." Gea mengangguk setuju."Baiklah, tunggu sebentar. Aku minta nom

  • Sweet Dreams   Persiapan

    Rayyan nyatanya tidak pulang ke rumah atau pun pergi ke kantor, melainkan Rayyan berkunjung pada sebuah hotel megah berlantai 20. Hotel yang biasanya hanya dihuni oleh para pejabat tertinggi dengan tamu yang maksimum, Rayyan tersenyum sambil terus melangkah. Aura yang dipancarkan Rayyan begitu indah, mata setiap wanita yang melewati tak berkedip sekali pun."Selamat pagi, Tuan." Seorang wanita yang bertugas di meja resepsionis menyapa Rayyan dengan berdiri sopan. Gadis itu tiba-tiba tersipu malu saat menatap Rayyan. "Dia tampan sekali," pujinya dalam hati."Berapa luasnya lantai teratas di hotel ini?" tanya Rayyan sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh area yang bisa ditangkap oleh penglihatannya."Maaf?" Wanita itu sedikit tidak fokus pada pertanyaan Rayyan barusan, karena ia sedang terpesona dengan ketampanan pemudah itu.Rayyan menatap gadis di hadapannya dengan tatapan dingin dan kening yang mengerut. Kemudian Rayyan tersenyum sinis

  • Sweet Dreams   Ciuman Pagi Hari

    Keesokan paginya, Rayyan pamit pada Gea, dengan alasan pergi ke kantor agar Gea tidak melarang dirinya."Pagi ini aku akan pulang," ucap Rayyan ketika baru saja selesai mandi.Gea yang saat itu sedang merapikan tempat tidur, menoleh pada Rayyan. Dalam hati Gea berpikir, kenapa Rayyan tidak mengajaknya pulang serta?"Mau kemana memangnya?" tanya Gea menegakkan badannya, berdiri berhadapan dengan Rayyan."Aku harus ke kantor, Gea. Memangnya mau kemana lagi." Rayyan menduduki ranjang sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.Gea ikut duduk, mengambil alih handuk dan aktivitas Rayyan. Bila alasan pekerjaan, Gea bisa mengatakan apa. Meskipun ingin melarang, tetap saja tidak memungkinkan. Gea tidak ingin menyekap Rayyan dalam rumahnya."Tapi tetap sarapan di sini, kan?" tanya Gea. Seakan berpisah lama, Gea hanya tidak ingin melewati sarapan pagi bersama suaminya, apalagi ini adalah sarapan pagi bersama di rumah ini

  • Sweet Dreams   Tidak Memberi Hadiah

    Gea dan Rayyan kembali ke kamar mereka, kamar pengantin yang sempat mereka tempati hanya semalam. Tidak ada yang berubah, semua masih tertata sama saat Gea meninggalkan kamar tersebut. Bahkan di ruang ganti, Gea menemukan banyak tumpukan hadiah dari Rayyan yang belum sempat ia buka."Cukup berat untuk hari ini, Gea. Aku pikir kau tidak bisa sebaik itu untuk menghadapi semuanya," ujar Rayyan menghempaskan badannya di atas ranjang. Tubuhnya tidak lelah memang, hanya saja menghadapi suasana mencekam seperti tadi sangatlah membuat tenaga berkurang.Gea ikut berbaring di sisi Rayyan."Jangan berkata seperti itu, Rayyan, kau lihat sendiri kan, betapa aku bisa menguasai semuanya. Bahkan aku menambahkan beberapa kalimat yang diajarkan, Peggy. Kurang apa lagi coba?" Gea memuji dirinya sendiri dengan bangga. Bisa berdiri tegak dan menghadapi keluarganya dengan keberanian, adalah hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Juga merupakan sesuatu yang

  • Sweet Dreams   Pembacaan Surat Wasiat

    Beberapa orang baru saja turun dari pesawat, seorang perempuan dan 4 orang pria. Leon yang sejak tadi berada dalam mobil, mengarahkan fokusnya pada sosok pria tinggi yang terlihat cukup familiar. Segera Leon menghubungi Rayyan dan mengatakan hal tersebut.Beberapa minggu kemudian, di rumah mewah Tuan Kumar, mereka sedang duduk gelisah sambil menunggu seseorang yang sangat penting."Kenapa mereka lama sekali." Oma terlihat cemas, meremas jemari tangannya beberapa kali."Mungkin mereka tidak akan datang, Oma.""Iya, Oma. Ini sudah lebih dari 15 menit dari jadwal yang diperkirakan.""Oma, yakin mereka pasti akan datang," ucap Oma.Tidak lama kemudian, perhatian mereka teralihkan pada suara tapak sepatu beberapa orang. Suara tersebut sangat bervariasi, diperkirakan antara wanita dan pria."Selamat siang, Nyonya Mellany." Wanita yang berdiri paling depan menyapa Oma."Selamat siang."Lantas tatapan wan

  • Sweet Dreams   Menahan Gejolak Rasa

    Hari yang ditunggu-tunggu oleh semua keluarga Kumar semakin dekat, bukan menunggu hari baik, tapi menunggu hari penentuan nasib mereka. Dan pada hari ini, sebuah fakta yang selama ini disembunyikan, telah Rayyan siapkan.Sebelumnya, tanda-tanda yang disampaikan Leon tentang keberadaan pengacara Tuan Harun, membuat Rayyan kebingungan. Pasalnya pengacara tersebut bukan seperti yang ada dalam bayangannya."Ada suara wanita yang kami tafsirkan, Bos. Dan kemungkinan, dia memang pengacara tersebut." Leon menyampaikan.Rayyan terkejut, dia berpikir itu hal yang konyol. "Apa kau yakin dia seorang gadis?" tanyanya tidak percaya. Bahkan pertanyaan Leon dianggapnya gurauan semata."Saya sangat yakin, Bos." Leon mengangguk mantap.Rayyan melihat tidak ada keraguan di wajah Leon, lantas untuk apa dia meragukan. "Bagaimana kau mendapatkan keyakinan seperti itu, Leon?"Leon pun bercerita, mereka telah banyak memasang mat

  • Sweet Dreams   Tingkah Rayyan Di Pagi Hari

    Elle baru saja keluar dari kamarnya, suasana sepi membuatnya bosan. Lantas dia memilih keluar dengan berjalan-jalan di sekitar. Rasanya seperti mimpi dirinya bisa kembali lagi ke rumah itu. Elle tersenyum, menyadari kini satu masalah telah usai. Dirinya tidak harus bersembunyi lagi seperti yang sudah-sudah.Namun, tiba-tiba senyuman Elle menjadi pudar ketika ia bertemu dengan Citra. Elle menatap Citra dari kejauhan, gadis itu sedang duduk sendirian. Kepalanya mengarah lurus ke depan."Aku begitu penasaran kenapa Citra tidak bisa mengingat semuanya. Aku harus bertanya lebih banyak padanya," gumak Elle. Lantas dia pun mendekati Citra."Kau sedang apa di sini, Citra?"Citra tersentak dengan memegang jantungnya. "Elle, kau mengagetkanku," gerutunya kesal.Elle tersenyum dan mengambil tempat duduk di samping Citra."Bagaimana keadaanmu sekarang, Citra?""Apa aku terlihat sakit. Aku tidak suka dengan pertanyaan semacam itu."

  • Sweet Dreams   Ancaman

    "Kita sudah melangkah sejauh ini, Rayyan. Dan kerjasama kita hanya sampai di sini saja," kata Tuan Keano. Mereka bertemu untuk yang terakhir kalinya hari itu.Memang pada awalnya Tuan Keano sudah mengatakan pada Rayyan, jika kerja sama mereka hanya sampai pada terbongkarnya kejahatan Bibi Andini dan Bibi Meyli."Mengapa keakraban kita hanya sebatas pekerjaan saja, Tuan Keano?" tanya Gea yang juga berada di tempat yang sama. Seakan dia merasa tidak rela untuk berpisah dengan pria tersebut."Iya, Tuan Keano. Kami sangat berharap akan mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan anda kembali," timpal Rayyan. Sejujurnya Rayyan merasa suka menjalin hubungan dengan pria itu.Tuan Keano tersenyum sekilas. "Jangan bersikap terlalu berlebihan, Gea, Rayyan. Meskipun ini telah selesai, tetapi tidak ada penyelesaian dalam sebuah hubungan hanya dengan perpisahan.""Apa maksud anda kita akan tetap berhubungan?" tanya Gea memastikan."Saya

DMCA.com Protection Status