Beranda / Pernikahan / Surgaku Yang Hilang / Bab 27. Suara Hati Nabila

Share

Bab 27. Suara Hati Nabila

Penulis: Desi Diah Pangesti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

(PoV Nabila)

Sesampainya di rumah sakit aku segera menuju tempat administrasi, kalau saja bukan karena aku Siska jadi seperti ini pasti aku enggan mendonorkan darah untuknya.

Kakak maduku itu memang sangat arogan, dia yang selalu mulai duluan dan pasti akhirnya kita berkelahi. Padahal aku sudah berusaha baik dengannya tapi ia tetap saja ingin ribut denganku.

Padahal menurutku tinggal berbagai saja itu bukan lah hal yang sulit, kita bisa bersama-sama mengurus Mas Ilham dan juga rumah. Tapi Siska tetap tidak mau, memang dasar manusia sukanya yang tidak berjalan ya lancar-lancar saja ya seperti itu.

Apalagi anaknya, Aqila itu sangat manja dan juga menyebalkan. Gara-gara dia tidak mau masuk aku mendapatkan kemarahan dari Mas Ilham. Anak dan Ibu memang tidak ada bedanya sama sekali, senangnya membuat ulah yang akan menyengsarakan diriku.

"Hhhhh... makanya nggak usah banyak ulah, kena

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 28. Berhasil Melewati Masa Kritis

    Setelah dokter melakukan pengobatan di ruang ICU dan keadaan Siska sudah tidak kritis lagi, para perawat segera memindahkannya ke ruang rawat inap.Hingga di pagi harinya pada pukul 08:15 akhirnya Siska dapat membuka kedua matanya. Ia merasa kepalanya pusing, tubuh lemas dan sakit di bagian perut."Hsss..." desis Siska menahan sakit.Ia melihat tangan kirinya yang berbalut infus lalu beralih melihat ke sekeliling ruangan. Ia melihat keberadaan Nabila yang sedang duduk di sofa seraya memainkan ponselnya.Dahi Siska pun mengerut, ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi sampai ia harus ada di ruangan ini.Sontak kedua mata Siska membelalak dengan sangat lebar. Ia langsung memegang perutnya yang terasa sakit, buliran cairan bening mulai keluar dari kedua sudut matanya."Anakku," gumamnya lirih.Kemudian, ia beralih melihat Nabila sambil m

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 29. Kebimbangan Ilham

    Pagi ini setelah membuka ponselnya dan mendapatkan kabar bahwa Siska sudah berhasil melewati masa kritisnya Ilham segera bergegas menuju rumah sakit dan menitipakan Aqila kepada tetangga mertuanya yang memang sudah sangat akrab.Setelah semalaman ia tak bisa tidur akibat memikirkan Siska akhirnya, kini dapat bernapas lega. Di sepanjang perjalanan ia tak henti-hentinya mengucap syukur.Begitu senangnya ia menyambut kedatangannya Siska kembali ke rumah. Ternyata ia memang sangat tidak rela jika harus kehilangan istri pertamanya itu. Walau Siska tetap akan meminta cerai setelahnya sehat nanti, Ilham tak akan mengabulkan permintaanya itu.Bagi Ilham, Siska adalah sosok perempuan dan istri yang sempurna. Selalu pengertian dan tidak banyak menuntut. Dan yang paling penting adalah Siska tipe orang yang setia."Mas adalah orang yang paling beruntung bisa memilki kamu, Sis. Bagiamana bisa Mas akan bercerai denganmu, pastinya Mas tidak mau," gumam Ilham saat menyetir mobilnya.Sejak semalaman,

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 30. Nabila Keterlaluan

    "Mas mau menceraikan aku?" sahut Nabila dengan nada suaranya yang meninggi seraya mengeryitkan dahinya.Ucapan Ilham seolah membuatnya langsung terhenyak dan berfikiran buruk."Iya! Mas Ilham pasti akan menceraikan kamu wanita jalang! Kamu pikir kamu itu siapa? Hah? Bisa seenaknya masuk ke dalam keluarga orang lain dan merusaknya," balas Siska lalu tersenyum getir.Nabila langsung berjalan menghampiri Siska dengan tatapan tajamnya."Saya nggak nanya sama kamu! Jadi, lebih baik tutup saja mulutmu!" bentak Nabila.Ilham tersentak dan langsung menatap Nabila dengan heran."Tenang, Nab! Istighfar! Jaga sikapmu! Siska ini kakak madumu, kamu nggak boleh bicara kasar seperti itu dengannya!" sahut Ilham dengan tegas."Mas dia dulu yang mulai! Kenapa jadi Mas yang marahin aku?" sanggah Nabila sembari menepuk ringan dadanya saat mengatakan kata terakhir."Memang sikap dia selalu sepertu itu, Mas! Ya itu sikap aslinya muncul juga akhirnya," sahut Siska tersenyum seraya memutar kedua bola matanya

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 31. Akhirnya Sikap Aslinya Terlihat

    Nabila terhenyak tak percaya dengan perkataan Ilham. Kedua matanya mengembun lalu tanpa aba buliran bening mengalir begitu saja di pipinya."Mas, kenapa gitu? Apa salahku? Aku cuma ngebela diri, Mas. Bukan aku dulu yang mulai, kenapa Mas tega banget sama aku? Mas jahat," gerutu Nabila kesal."Turun di sini, Nab! Pesan taksi online, kamu pulang ke rumah!" ucap Ilham dengan tegas."Mas kok tega banget sama Nabila? Aku ini juga istrimu, Mas! Kita baru 3 hari menikah dan Mas udah mau menelantarkan aku? Aku nggak terima dengan semua perilakumu ini, Mas! Pulangin aja aku ke rumah Abah, Mas! Pulangin," balas Nabila lalu menangis tersedu-sedu."Arghh..." Ilham mengacak rambutnya frustasi."Mas bingung, Nab! Bingung! Pusing kepala Mas ini!" Ilham memukul setir mobil dengan keras lalu memejamkan kedua matanya.Nabila hanya terdiam seraya menundukkan kepala. Air matanya

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 32. Selamat Tinggal Sayang

    Di rumah sakit kini Siska sedang kesakitan akibat robeknya kulit punggung tangannya dan membuat urat nadinya juga ada yang tertarik.Tapi, Siska lebih menghawatirkan dengan keadaan kandungannya. Sedari pagi wakru ia sadar perutnya sudah sangat sakit."Sus, apa calon anakku baik-baik saja?" Suster yang sedang mengobati luka di punggung tangan Siska hanya tersenyum tipis sembari menggelengkan kepalanya."Maaf, Mba. Saya nggak tau mengenai keadaan kandungan, Mba," balas Suster itu."Permisi." Dokter cantik berjilbab biru dongker masuk ke dalam, saat melangkahkan kaki pertamanya ia menghela napas lalu tersenyum ramah pada Siska."Sudah sarapan belum, Mba?" tanya Dokter."Belum, Dok.""Loh, ini tangannya kenapa?" Dokter mengeryitkan dahinya heran."Tadi ada sedikit kecelakaan, Dok. Tapi, sudah saya obatin. Cuma robek sedik

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 33. Kunci Ketenangan Hati

    Sunyi senyap menyelimuti relung dada Siska. Bahkan untuk bernapas kini pun ia sangat kesulitan, seolah ada bongkahan bantu besar yang mendarat di dadanya.Tak ada lagi yang dapat ia harapan dari Ilham dan tak ada lagi alasan untuk ia tetap mempertahankan rumah tangganya.Kini yang tersisa hanya rasa sakit dan kepahitan. Ini akan menjadi sebuah hal yang tidak mungkin akan terlupakan begitu saja. Kepedihan yang teramat dalam ini membuat Siska trauma dengan suatu hubungan. Kepercayaannya kepada Ilham sudah hancur, hanya ada rasa muak yang kini ia rasakan."As-astagfirullah."Beberapa kali Siska mengelus dadanya sembari terus beristigfar, berharap rasa sesak di dalam dadanya sedikit berkurang."Ndok, Ibu jadi bingung, di sini kita udah nggak ada siapa-siapa. Nggak ada kerabat atau siapa yang bisa jagain kamu di sini. Bapak juga nggak mungkin ditinggal lama-lama sendirian di kamar," u

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 34. Mengambil Keputusan

    Kedua bola mata Siska membulat sempurna, ia sedikit terhenyak dengan kehadiran Ilham. Bahkan ia sendiri lupa sedari kapan ia tertidur sampai tak mengetahui kedatangan Ilham.Saat melihat jam dinding waktu sudah menunjukan pukul 12:45 dan ia memang benar-benar tidak ingat sejak jam berapa ia terlelap."Sejak kapan Mas Ilham datang?" gumam Siska lirih lalu mengambil air putih untuk meredakan dahaganya.Glek... Glek... Glek..."Alhamdulillah, kayaknya aku ketidurannya lama banget sama tenggorokanku sangat kering seperti ini."Saat Siska hendak mengembalikan gelas yang ia gunakan untuk minum tanpa sengaja justru ia menyenggol mangkuk buah hingga mangkuk itu terjatuh ke lantai.Prank..."Astaghfirullah," ucap Siska sembari memejamkan kedua matanya.Ilham yang mendengar suara pecahan itu pun langsung terkesiap dan beranjak

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 35. Nasib Baik Sedang Tidak Berpihak

    Setelah membersihkan pecahan mangkuk Ilham pun duduk di kasur beroda tempat Siska terbaring miring membelakangi Ilham. Untuk beberapa saat Ilham membiarkan istrinya itu untuk diam terlebih dahulu agar pikirannya. "Ya Rabb, bantulah hambamu ini! Hamba tidak mau berpisah dengan Siska, Ya Rabb. Berilah hamba solusi untuk menangani masalah ini, hamba benar-benar bingung. Kalau memangh Siska mau agar hamba berpisah dengan Nabila itu juga tidak mungkin hamba lakukan. Ini sudah amanah dari Abahnya agar hamba menjadi suami yang akan siap siaga untuk menjaga dan membahagiakannya. Astaghfirullah,hamba sangat bingung," batin Ilham seraya memijat keningnya dengan perlahan. Semua tidak sesuai dengan ekspetasinya. Keluarganya sudah berada di ujung tanduk sedangkan istri keduanya tidak bisa diajak bekerja sama untuk membujuk dan meluluhkan hati Siska agar mau menerima kehadirannya. Justru ia membuat masalah besar yang membuat Siska sangat marah dan murka hingga mengambil keputusan untuk segera

Bab terbaru

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 110. Keihklasan (Tamat)

    Satu bulan sudah Ilham kembali ke Indonesia. Hampir setiap hari lelaki itu selalu mengunjungi putri kecilnya dan tak jarang pula mengajaknya pergi keluar. Sebenarnya ia juga sangat ingin kembali membangun kedekatan dan memperbaiki hubungannya dengan Siska. Namun, sayang sekali. Hal tersebut sama sekali tak mampu untuk Ilham wujudkan dan hanya menjadi sebuah angan belakang. Hampir setiap kali Ilham datang Siska tak pernah berada di rumah. Kalau pun sedang di rumah ia hanya akan menemui Ilham sebentar untuk memberikan minuman dan sebuah makanan ringan. Lalu, kemudian melanjutkan aktivitasnya sendiri. Sama halnya dengan sore hari ini. Siska dan Ibu tengah sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam. Sedangkan Bapak dan Aqila tengah duduk bersantai di teras rumah sembari menikmati secangkir kopi dan brownis basah buatan Siska. “Ayah...” panggil Aqila lirih seraya mendongakkan kepalanya. Menatap wajah sang Ayah yang kini tengah memangku tubu

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 109. Ada Sesuatu Yang Ibu Sembunyikan

    Sebelum menjawabnya Siska terlebih dahulu menatap Ibunya, dan Ibunya tersebut menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa beliau menyetujuinya. Seketika itu juga Ilham langsung tersenyum dengan lebarnya, walau Siska sendiri belum memberikan jawaban. “Ya sudah, ayo kita pulang,” seru Ibu, beliau membalikan tubuh untuk mengambil tas yang masih berada di atas kursi taman. “Ibu sama Siska naik apa?” tanya Ilham lirih. “Taksi,” jawab Siska, ia hendak mengambil alih tubuh Aqila dari gendongan Ilham. Namun, ternyata putri kecilnya itu justru semakin erat memeluk leher Ayahnya. “Nggak, Bunda!” Aqila menggeleng pelan, “Qila mau sama Ayah aja,” lanjutnya. Ilham begitu senang dengan sikap manja putri manisnya ini. Bahkan posisi wajah mereka kini tengah berhadap-hadapan, hanya berjarak lima senti saja. Padahal sebelum pertemuan ini gadis kecilnya itu juga tak selengket ini kepadanya. Justru Aqila sediki

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 108. Pertemuan Singkat Yang Manis

    Mendengar namanya dipanggil lelaki itu pun menoleh ke kanan dengan wajah datarnya. Namun, beberapa detik kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya kepada Aqila dan juga Siska. Senyumnya terukir dengan sangat lembutnya, bahkan saat ini kedua matanya mulai berbinar bersamaan dengan bibir yang bergetar pelan. “Qila Sayang,” ucapnya begitu lirih sembari mengusap pucuk kepala Aqila yang masih nampak kebingunan. Sedangkan Siska, kini wanita itu justru tampak terkesiap dengan apa yang kini tengah berada di hadapanya. Seolah tak percaya dan begitu ragu, benarkah yang saat ini sedang berdiri tepat di depannya ini adalah Ilham? Sang mantan suami yang sudah berbulan-bulan lamanya tak pernah terlihat. “Ini beneran kamu, Mas?” ucap Nabila lagi, kedua matanya tampak terbelalak. Seolah begitu kagum dengan sosok lelaki yang juga berada di hadapannya ini. Namun, lagi-lagi tetap tak mendapatkan respon. Lelaki itu justru teta

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 107. Kembalinya Ilham Dengan Perubaha

    Hari-hari berjalan dengan damai. Akhirnya setelah bertubi-tubi masalah selalu hadir 5 bulan Siska benar-benar bisa merasakan sebuah ketenangan. Ia tengah sibuk bekerja, mengembangkan tokonya dan melakukan promosi sebanyak-banyaknya. Perlengkapan di tokonya juga sudah semakin banyak lagi, serta bapak dan ibunya tidak perlu capek-capek untuk melayani para pembeli. Karena, Siska sudah mempekerjakan 3 orang di tokonya itu. Mungkin Ibu dan Bapak hanya sesekali saja ke sana untuk memantau. “Alhamdulillah ya, Nduk. Perlahan tokonya semakin ramai dan keuangan sudah kembali membaik. Maaf kalau Ibu sama Bapak cuma bisa nyusahin kamu aja, Nduk.” Ibu mengusap lembut punggung tangan Siska. Kini mereka tengah duduk di kursi taman. Memperhatikan Aqila yang tengah bermain-main dengan teman sebayanya di hari minggu ini. Siska menatap Ibu dengan lekat, “Ibu ini ngomong apa, sih? Nggak ada yang namanya nyusahin, Bu. Apa yang udah Siska lakuin sekarang ju

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 106. Akhirnya Memilih Resign

    Tidak hanya Lestari, bahkan fatya pun juga cukup geram mendengarnya. Pasalnya mereka benar-benar menganggap perkataan Haris baru saja menerangkan bahwa lelaki itu menggunakan Siska sebagai umpan untuk menyeleksi para karyawannya. “Bener-bener ya kamu ini, Haris. Mana bisa kamu memperalat Siska kaya gitu, kamu nggak kasian sama dia? Hah?! Emang paling bener dia nggak perlu kerja di perusahaanmu lagi, ya. Di luar sana masih banyak kok yang bakalan nerima karyawan kompeten sepertinya. Nggak usah bertahan di perusahan toxicmu itu,” sentak Fatya yang sudah mulai tak bisa lagi menahan amarahnya. Sedari ia sudah berusaha untuk tenang dan sabar, tapi mendengar hal itu jelas saja emosinya langsung meledak. Dengan cepat Haris pun langsung menggelengkan kepalanya dan segera menjelaskan kesalapahaman itu, “tunggu-tunggu! Ini nggak seperti yang kalian pikirkan. Sumpah... saya nggak ada maksud untuk menjadikan Siska umpan. Saya suka sama dia makanya sa

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 105. Negoisasi Antara Haris dan Sahabat Siska

    “Apa sudah lebih baik?” tanya Dewi, sembari mengusap lembut lengan kanan Siska. Sore ini setelah pulang bekerja, Dewi menyempatkan diri untuk kembali menengok sahabatnya itu. Sedangkan, Fatya dan juga Linda masih ada urusan sehingga mereka akan tiba saat malam nanti. Begitu juga dengan Ika, malam ini ia tidak bisa ikut menemani Siska di rumah sakit karena ada urusan mendadak. Siska tersenyum tipis seraya mengangguk pelan, “udah kok, Dew. Dokter bilang besok juga udah boleh pulang.” “Lalu, apa lagi kata dokternya? Nggak ada yang bahaya kan sama kepala kamu?” tanya Dewi tampak cemas. “Untuk sekarang masih belum diketahui, Dew. Mungkin satu minggu lagi hasilnya akan keluar.” “Masih pusing banget, enggak? Kalau emang masih pusing sebaiknya besok jangan pulang dulu ya, Sya. Urusan orangtua sama anak kamu biar kita yang urus. Tadi, sebelum ke sini juga aku sempetin mampir ke rumah orangtua kamu, kok,” ujar Dewi,

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 104. Siska Pembawa Dampak Negatif

    Malam ini di tengah rasa cemas, khawatir, dan bercampur bimbang Haris dengan terpaksa harus mengikuti keinginan Rosalinda untuk makan malam di luar bersama Syakira. Jangan anggap lelaki itu tidak menolaknya, sudah berulang kali Haris tidak mau, tetapi Sang Mama tetap saja memaksannya. Padahal malam ini ia ingin menemani Siska di rumah sakit, sekaligus menyelesaikan percakapan mereka yang ia anggap belum sepenuhnya selesai. Masih banyak hal yang ingin Haris katakan untuk membuat wanita itu mau memberinya kesempatan dan kepercayaan. Namun, sayangnya keadaan sama sekali tak mendukungnya. “Makan, Haris!” seru Rosalinda, sedari tadi wanita itu memperhatikan putranya yang terus sibuk dengan ponselnya tanpa memperdulikan dirinya dan juga Syakira. “Haris nggak lapar, Ma,” balas Haris lirih, lalu menghela napas panjang karena sedari tadi Siska tak mau mengangkat panggilan telepon atau pun membalas pesan-pesannya. Ingin rasanya saat ini juga ia k

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 103. Siska Meminta Haris Untuk Mengabaikan Perasaannya

    Kalau diingat-ingat lagi, sebenarnya Ika sendiri sangat malu. Apalagi kenyataannya dia tak mempunyai hak untuk memiliki rasa cemburu itu, bahkan sekedar dekat dengan bosnya itu pun tidak. Lalu, kenapa dia harus marah dengan Ika waktu itu? Ahhh... Ika sendiri juga tak paham tentang persoalan rasa seperti ini. Sungguh rumit dan tak bisa dijelaskan. “Iya, Kaa. Aku juga udah jaga jarak banget sama Pak Haris setelah ditegur sama Bu Rosalinda, beliau ngelarang aku buat deketin anaknya. Padahal aku sendiri juga nggak ada fikiran sampai ke sana. Nggak tahu kenapa Bu Rosalinda dan Syakira justru beranggapan yang enggak-enggak tentang aku,” balas Siska, sedih rasanya kalau semakin banyak orang yang tak menyukai dirinya seperti ini. “Namanya juga manusia, Siska. Mereka pasti berasumsi sendiri-sendiri, karena para pembenci nggak akan peduli dengan semua kebaikan yang udah kamu berbuat. Di mata mereka apa yang kamu lakukan itu akan selalu buruh,” sambun

  • Surgaku Yang Hilang   Bab 102. Di Mana Pertanggung Jawaban Ilham?

    Drttt... Drttt... Drttt... Berulang kali ponsel Siska berdering, menandakan ada beberapa pesan WhatsApp yang masuk. Namun, wanita itu sengaja mengabaikannya dan justru memejamkan kedua matanya dalam posisinya yang masih duduk bersender. Ia tak mau memikirkan apapun yang akan membuat kepalanya semakin pusing. Hari ini sudah banyak sekali hal yang membuatnya penat, ingin sekali ia sejenak untuk beristirahat dari segala permasalahannya. Hingga beberapa saat kemudian Ika pun telah datang bersama dengan Fatya dan juga beberapa sahabat Siska yang lain. Wanita itu bahkan tak tahu jika Ika telah memberitahukan keadaannya yang sedang tidak baik-baik ini kepada mereka. “Assalamualikum....” ucap Ika pelan sembari berjalan ke arah Siska, namun kedua matanya justru fokus pada dua paper bag di atas nakas. “Waalaikumsalam,” balas Siska yang sudah kembali membuka kedua matanya setelah mendengar suara pintu yang terbuk

DMCA.com Protection Status