“Ceritanya panjang Bu, intinya Ayu ingin aku menjadi mamahnya menggantikan mbak Siska, karena Mas Ratman ingin menceraikannya, mungkin ketahuan selingkuh kali,” jawabnya kesal.“Terus apa hubungannya dengan kamu, bukannya kamu juga menyayangi Ayu anak mereka?”“Iya Bu, tetapi permintaannya adalah Susi harus tinggal di rumah mereka sebagai istri dari Mas Ratman dan mamahnya Ayu, apa maksudnya itu?”“Terus aku disuruh menceraikan Mas Ratmin kalau begitu!”“Apa!”“Maksudnya kamu menikah dengan Suratman gitu, setelah dia menceraikan Siska?” tebakan “Iya, Bu nggak salah lagi, makanya aku meminta penjelasan sebelum mereka tambah menyayangiku dengan berbagai macam tipu muslihatnya.”“Ya sudah diselesaikan dulu masalah ini, tetapi aneh juga sih Ratman itu kok menyusahkan saudaranya lagi!”“Dulu masalah rumah yang tidak mau dilepaskannya walaupun sekarang sudah selesai, nah sekarang malah dia meminta yang nggak mungkin pindah kelainan hati,” ucap Bu Retno yang ikutan geram dengan tingkah laku
“Kamu pikir aku setuju dengan menceraikan istriku dan kamu ambil dia?”“Ingatlah satu hal Man, aku tidak sebodoh itu menukarnya dengan hartamu yang melimpah!”“Mereka itu adalah belahan jiwaku, biarpun kami miskin kami tidak menjual harga diri untuk menyenangkan hati orang lain!” Suratmin mengatakannya dengan tegas.Mendengar ucapan Suratmin membuatnya marah dan menatap tajam ke arahnya.“Aku nggak menyangka saudaraku sendiri bisa berpikiran sempit seperti itu!”“Dengarkan baik-baik ini, Min, jujur aku memang menyukai Susi karena dia pandai merawat dan mengasuh anakmu dengan baik dan aku memang iri karena Siska tidak sepintar dirinya dalam hal membesarkan anak itu saja, tidak ada niatan untuk mengambil Susi darimu, Min!”“Ayolah, Man, tidak usah berkelit lagi aku tahu bagaimana sifatmu, kamu tidak akan berubah, dari caramu memandang istriku sampai kamu sering datang ke rumahku dengan alasan ada Ayu di sini, tetapi aku tahu tujuanmu sebenarnya, jadi tidak usah kamu berbohong lagi!”“S
Susi semakin merasa bersalah karena sudah membuat gadis kecil itu di tarik paksa ke mobil oleh papahnya agar tidak bertemu lagi dengan keluarga Suratmin.Namun jika dibiarkan Ayu tetap memaksa sesuai dengan keinginannya, anak itu sangat keras kepala dan ingin sekali Susi menjadi mamahnya bukan Siska.Karena terlalu kuat pegangan Suratman di tangannya, tiba-tiba dia menggigit tangan Suratman sehingga genggamannya pun terlepas karena kesakitan.Pria itu lalu ingin melayangkan sebuah tamparan di pipi mulus gadis kecil itu tetapi buru-buru Susi berhasil menghentikannya.“Mas, begini cara kamu mendidik anak, dengan kekerasan?”“Apakah setelah kamu menamparnya dia tidak akan berontak lagi?”“Masih ada cara lain!” hardiknya kesal kepada Suratman.“Jangan suka bertindak kekerasan, memorinya sampai dewasa akan dia ingat dan akan membenci kamu,” nasihatnya kepada Suratman.“Iya, memang kenapa?” “Dia bukan anakmu, jadi tidak usah sok menceramahi aku, lagian ini semua gara-gara kamu, Susi!”“
Hari-hari mereka lalui dengan keceriaan, tidak terpancar kesedihan bahkan setelah kejadian itu tidak ada lagi yang mengusik rumah tangga mereka.Suratmin bekerja keras untuk bisa meraih mimpinya untuk bisa rumah dari hasil jerih payahnya sendiri.Uang yang di dapat dari Suratman hasil dari penjualan rumah sebagian di sumbangkan ke panti asuhan, panti jompo, dan pondok pesantren, dan tetangga sekitarnya yang perlu dibantu, dan sisanya ditabung oleh Susi untuk keperluan mendadak dan biaya sekolah Hanin.Jiwa sosial Suratmin sudah diakui oleh para warga sekitarnya sehingga tak heran jika dia didaulat untuk menjadi ketua RT setempat.Namun Suratmin menolak secara halus, selain untuk menghormati yang lebih senior juga tidak mau berdebat lagi dengan saudara kembarnya jika dia tahu kalau dia masuk nominasi menjadi ketua RT berikutnya.Para warga pun paham, dan tidak ingin mempersulit Suratmin, mereka sangat menghormati keputusan Suratmin.Hanin tumbuh menjadi gadis periang, mudah bergaul, d
“Wah serius banget kamu, Hanin, takut nggak bisa ya?”“Makanya jangan makan terus tahu tempe, nggak ada gizinya, sekali-kali daging, ayam, atau ikan, agar nutrisi otakmu itu pintar seperti aku.”“Coba kamu lihat aku dan teman-temanku nggak ada tuh belajar atau buka buku lagi, karena semua sudah ada di otak sini, kami selalu ingat apa yang menjadi pertanyaan yang dilombakan.”“Bahkan sekolah kami selalu menjadi yang unggul dan terfavorit tidak seperti sekolah kamu yang kampungan gitu,” ejeknya diikuti gelak tawa dari mereka.Hahaha ... hahaha ....“Yu, ini yang kamu bilang sepupu dekilmu, memang sih pantas saja kamu tidak mau bergaul dengan dia, kelihatan banget kok dari penampilannya, miskin ya?” tanya salah satu teman Ayu yang bernama Putri.“Iya ... makanya kamu nggak usah kenal sama dia, rugi lagian nggak penting banget, paling-paling mereka cuma bisa menjadi harapan atau juara tiga, ya lumayan lah!” ejeknya lagi.“Ayu!” teriak salah satu temannya lagi yang bernama Rayhan.Anak la
“Dasar Suratman nggak ada berubahnya itu orang, pasti anaknya apalagi, mereka berdua sangat keras kepala,” gerutu Susi sepanjang jalan hingga sampai ke tempat duduknya kembali.Susi lalu menghempaskan bagian tubuhnya dengan sedikit kasar, dengan wajah yang di tekuk, sehingga suaminya pun memperhatikan raut wajah Susi yang berubah kusut.“Dek, kok wajah nya kusut gitu, ada apa toh?” tanya Suratmin penasaran.“Itu loh saudara kembarmu mungkin sudah nggak waras alias setengah gila, masa masih sama mau menikahiku dan menjadi mamahnya Ayu, dasar!” Susi berdecak kesal dan cemberut.“Kamu ketemu dia lagi?”“Aku kan tadi ke toilet, dan saat ke luar dia sudah ada di sana, kukira kamu, Mas, tetapi saat kulihat warna kulitnya beda, eh ternyata saudaramu itu, kamu ke mana sih Mas, kok aku lihat nggak ada di sana?” “Tadi Mas, dapat telepon dari teman ada yang mau pesan kateringan kue kotakkan sebanyak seratus lima puluh kotak buat hari Minggu, kira-kira kita ambil atau nggak, Mas takutnya kamu ke
“Untuk kelompok A harap tenang, biarkan kelompok lain menyelesaikannya masih ada waktu dua menit lagi,” sahutnya sedikit memberikan penjelasan kepada kelompok A. “Huh ...” terdengar suara gemuruh karena kelompok A terlalu banyak komentar.“Sabar dong!” teriak salah satu penonton yang ikutan emosi.“Lihat Min, anakku sangat pintar hanya saja tadi kecepatan menjawabnya, sedangkan anakmu lama banget menjawabnya,” ucap Suratman yang tiba-tiba menghampiri saudara kembarnya dan Susi.Mereka pun terkejut saat melihat Suratman yang sudah duduk di samping Suratmin.Namun, Suratmin hanya tersenyum saat disapa olehnya yang sudah mengejek putrinya itu.Waktu pun habis dan di antara empat kelompok yang tersisa tidak ada yang memencet bel untuk menjawabnya, muat kelompok Ayu tersenyum lebar.Namun saat waktu mau habis tiba-tiba Kelompok B yang digawangi oleh Hanin memencet bel, dan langsung menjawabnya tanpa ragu yang diketuai oleh Hanin sendiri.Seketika semua orang kaget dan jawabannya ternyata
“Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikumsalam!”“Mas, kok melamun?” “Apa ka-kamu siapa?”“Maaf, Mas ini saya mau mengobati luka di tangan Mas nya, sebentar ya tahan sakitnya,” ucapnya dengan lembut.“Memang saya kenapa dan ada di mana ini?”“Maaf Mas, ini di rumah sakit, tangannya terluka parah sehingga harus ditangani segera, makanya saya obati dulu,” jawabnya dengan tersenyum.“Di rumah sakit? Dan apa itu?” tanyanya sambil menunjuk ke arah benda yang runcing ujungnya.“Ini namanya jarum suntik, Mas, masa begini saja tidak tahu!”“Iya saya tahu itu jarum suntik, tetapi saya nggak mau di suntik, saya takut!”“Dan di mana keluarga saya? Ke mana mereka semua?” Rayhan terlihat panik saat jarum suntik yang dipegang dokter itu telah siap menancap di lengannya.“Tenang Mas, nggak sakit cuma seperti digigit semut saja kok!”“Tetap saja sakit, Dokter ... “Nama di baju putihmu?” “Hanin Raihana Syahira, apakah kamu Hanin saudara sepupunya Ayu?” Rayhan mengeja nama yang tertulis di papan kecil nama do