“Kamu pikir aku setuju dengan menceraikan istriku dan kamu ambil dia?”“Ingatlah satu hal Man, aku tidak sebodoh itu menukarnya dengan hartamu yang melimpah!”“Mereka itu adalah belahan jiwaku, biarpun kami miskin kami tidak menjual harga diri untuk menyenangkan hati orang lain!” Suratmin mengatakannya dengan tegas.Mendengar ucapan Suratmin membuatnya marah dan menatap tajam ke arahnya.“Aku nggak menyangka saudaraku sendiri bisa berpikiran sempit seperti itu!”“Dengarkan baik-baik ini, Min, jujur aku memang menyukai Susi karena dia pandai merawat dan mengasuh anakmu dengan baik dan aku memang iri karena Siska tidak sepintar dirinya dalam hal membesarkan anak itu saja, tidak ada niatan untuk mengambil Susi darimu, Min!”“Ayolah, Man, tidak usah berkelit lagi aku tahu bagaimana sifatmu, kamu tidak akan berubah, dari caramu memandang istriku sampai kamu sering datang ke rumahku dengan alasan ada Ayu di sini, tetapi aku tahu tujuanmu sebenarnya, jadi tidak usah kamu berbohong lagi!”“S
Susi semakin merasa bersalah karena sudah membuat gadis kecil itu di tarik paksa ke mobil oleh papahnya agar tidak bertemu lagi dengan keluarga Suratmin.Namun jika dibiarkan Ayu tetap memaksa sesuai dengan keinginannya, anak itu sangat keras kepala dan ingin sekali Susi menjadi mamahnya bukan Siska.Karena terlalu kuat pegangan Suratman di tangannya, tiba-tiba dia menggigit tangan Suratman sehingga genggamannya pun terlepas karena kesakitan.Pria itu lalu ingin melayangkan sebuah tamparan di pipi mulus gadis kecil itu tetapi buru-buru Susi berhasil menghentikannya.“Mas, begini cara kamu mendidik anak, dengan kekerasan?”“Apakah setelah kamu menamparnya dia tidak akan berontak lagi?”“Masih ada cara lain!” hardiknya kesal kepada Suratman.“Jangan suka bertindak kekerasan, memorinya sampai dewasa akan dia ingat dan akan membenci kamu,” nasihatnya kepada Suratman.“Iya, memang kenapa?” “Dia bukan anakmu, jadi tidak usah sok menceramahi aku, lagian ini semua gara-gara kamu, Susi!”“
Hari-hari mereka lalui dengan keceriaan, tidak terpancar kesedihan bahkan setelah kejadian itu tidak ada lagi yang mengusik rumah tangga mereka.Suratmin bekerja keras untuk bisa meraih mimpinya untuk bisa rumah dari hasil jerih payahnya sendiri.Uang yang di dapat dari Suratman hasil dari penjualan rumah sebagian di sumbangkan ke panti asuhan, panti jompo, dan pondok pesantren, dan tetangga sekitarnya yang perlu dibantu, dan sisanya ditabung oleh Susi untuk keperluan mendadak dan biaya sekolah Hanin.Jiwa sosial Suratmin sudah diakui oleh para warga sekitarnya sehingga tak heran jika dia didaulat untuk menjadi ketua RT setempat.Namun Suratmin menolak secara halus, selain untuk menghormati yang lebih senior juga tidak mau berdebat lagi dengan saudara kembarnya jika dia tahu kalau dia masuk nominasi menjadi ketua RT berikutnya.Para warga pun paham, dan tidak ingin mempersulit Suratmin, mereka sangat menghormati keputusan Suratmin.Hanin tumbuh menjadi gadis periang, mudah bergaul, d
“Wah serius banget kamu, Hanin, takut nggak bisa ya?”“Makanya jangan makan terus tahu tempe, nggak ada gizinya, sekali-kali daging, ayam, atau ikan, agar nutrisi otakmu itu pintar seperti aku.”“Coba kamu lihat aku dan teman-temanku nggak ada tuh belajar atau buka buku lagi, karena semua sudah ada di otak sini, kami selalu ingat apa yang menjadi pertanyaan yang dilombakan.”“Bahkan sekolah kami selalu menjadi yang unggul dan terfavorit tidak seperti sekolah kamu yang kampungan gitu,” ejeknya diikuti gelak tawa dari mereka.Hahaha ... hahaha ....“Yu, ini yang kamu bilang sepupu dekilmu, memang sih pantas saja kamu tidak mau bergaul dengan dia, kelihatan banget kok dari penampilannya, miskin ya?” tanya salah satu teman Ayu yang bernama Putri.“Iya ... makanya kamu nggak usah kenal sama dia, rugi lagian nggak penting banget, paling-paling mereka cuma bisa menjadi harapan atau juara tiga, ya lumayan lah!” ejeknya lagi.“Ayu!” teriak salah satu temannya lagi yang bernama Rayhan.Anak la
“Dasar Suratman nggak ada berubahnya itu orang, pasti anaknya apalagi, mereka berdua sangat keras kepala,” gerutu Susi sepanjang jalan hingga sampai ke tempat duduknya kembali.Susi lalu menghempaskan bagian tubuhnya dengan sedikit kasar, dengan wajah yang di tekuk, sehingga suaminya pun memperhatikan raut wajah Susi yang berubah kusut.“Dek, kok wajah nya kusut gitu, ada apa toh?” tanya Suratmin penasaran.“Itu loh saudara kembarmu mungkin sudah nggak waras alias setengah gila, masa masih sama mau menikahiku dan menjadi mamahnya Ayu, dasar!” Susi berdecak kesal dan cemberut.“Kamu ketemu dia lagi?”“Aku kan tadi ke toilet, dan saat ke luar dia sudah ada di sana, kukira kamu, Mas, tetapi saat kulihat warna kulitnya beda, eh ternyata saudaramu itu, kamu ke mana sih Mas, kok aku lihat nggak ada di sana?” “Tadi Mas, dapat telepon dari teman ada yang mau pesan kateringan kue kotakkan sebanyak seratus lima puluh kotak buat hari Minggu, kira-kira kita ambil atau nggak, Mas takutnya kamu ke
“Untuk kelompok A harap tenang, biarkan kelompok lain menyelesaikannya masih ada waktu dua menit lagi,” sahutnya sedikit memberikan penjelasan kepada kelompok A. “Huh ...” terdengar suara gemuruh karena kelompok A terlalu banyak komentar.“Sabar dong!” teriak salah satu penonton yang ikutan emosi.“Lihat Min, anakku sangat pintar hanya saja tadi kecepatan menjawabnya, sedangkan anakmu lama banget menjawabnya,” ucap Suratman yang tiba-tiba menghampiri saudara kembarnya dan Susi.Mereka pun terkejut saat melihat Suratman yang sudah duduk di samping Suratmin.Namun, Suratmin hanya tersenyum saat disapa olehnya yang sudah mengejek putrinya itu.Waktu pun habis dan di antara empat kelompok yang tersisa tidak ada yang memencet bel untuk menjawabnya, muat kelompok Ayu tersenyum lebar.Namun saat waktu mau habis tiba-tiba Kelompok B yang digawangi oleh Hanin memencet bel, dan langsung menjawabnya tanpa ragu yang diketuai oleh Hanin sendiri.Seketika semua orang kaget dan jawabannya ternyata
“Assalamu’alaikum!”“Wa’alaikumsalam!”“Mas, kok melamun?” “Apa ka-kamu siapa?”“Maaf, Mas ini saya mau mengobati luka di tangan Mas nya, sebentar ya tahan sakitnya,” ucapnya dengan lembut.“Memang saya kenapa dan ada di mana ini?”“Maaf Mas, ini di rumah sakit, tangannya terluka parah sehingga harus ditangani segera, makanya saya obati dulu,” jawabnya dengan tersenyum.“Di rumah sakit? Dan apa itu?” tanyanya sambil menunjuk ke arah benda yang runcing ujungnya.“Ini namanya jarum suntik, Mas, masa begini saja tidak tahu!”“Iya saya tahu itu jarum suntik, tetapi saya nggak mau di suntik, saya takut!”“Dan di mana keluarga saya? Ke mana mereka semua?” Rayhan terlihat panik saat jarum suntik yang dipegang dokter itu telah siap menancap di lengannya.“Tenang Mas, nggak sakit cuma seperti digigit semut saja kok!”“Tetap saja sakit, Dokter ... “Nama di baju putihmu?” “Hanin Raihana Syahira, apakah kamu Hanin saudara sepupunya Ayu?” Rayhan mengeja nama yang tertulis di papan kecil nama do
“Dan di Suratman mau mengambil istri saudara kembarnya? Keterlaluan sekali Suratman itu sebenarnya, makanya dari pada berurusan dia lagi Papah kasih saja perusahaan Papah untuknya, biarlah!”“Terus, kamu bagaimana, suka dengan Ayu? Kalau Papah nggak suka sama dia sih, soalnya dia keras kepala, suka dipuji, merendahkan orang lain, apalagi dia alergi dengan orang miskin, dan yang paling penting pakaiannya kurang bahan semua!”“Kalau Papah khilaf lihatnya kan jadi dosa, toh!” ledeknya membuat Bu Winda melototi Papah Dibyo yang pura-pura tidak melihatnya.“Mah ... iya kan? Apa yang Papah bilang kan?” bela dirinya sendiri.“Hemmh ... betul juga sih, bilangin dong Ray, kalau kamu bertemu dengannya, tolong perhatikan pakaiannya Mamah juga risih tahu, walaupun belum mau pakai hijab, setidaknya pakaian tertutup sedikit lah, ini nggak atas nggak bawah minim semua,” celetuk Bu Winda.“Iya deh, nanti Rayhan bilangin sama dia!”“Jadi bagaimana ini kamu mau Rayyan kita carikan jodoh?”“Kenalan dulu
Memang tidak diragukan dulu saat mereka satu kampus. Ayu yang terlahir dengan wajah cantik dan tubuh seksi, membuat siapa saja akan jatuh cinta dan tergoda, sehingga banyak para lelaki yang mencuri pandang dengannya dan ingin merasakan pelukan hangat dari Ayu. Apalagi cara berpakaian yang sangat terbuka membuat para pria panas dingin dibuatnya.“Apakah Ayu yang mengatakan hal itu dengan Bapak?” “Iya, kamu juga mencintai Ayu, kan?” tanya Suratman bersemangat dan melirik sinis kearah Suratmin. Rayhan menghela napas panjang, dia tahu akan terjadi seperti ini. Apalagi beberapa hari yang lalu Rayhan bersama Hanin melihat Ayu bergandengan tangan dengan pria yang lebih tua darinya.Saat mereka berbincang di ruangan Rayhan, tiba-tiba saja Pak Dibyo ayah kandung Rayhan masuk ke ruangan itu. Dia pun ikut terkejut dengan kehadiran dua orang saudara kembar itu. Dengan cepat Suratman berdiri untuk menyambut Pak Dibyo dan menghambur ke pelukan seakan mereka baru bertemu kembali sebagai seorang
Tepat pukul dua siang akhirnya Suratman sudah sampai di kantor Rayhan. Setelah memarkirkan mobilnya dia keluar dari mobil dengan senyuman semringah, berjalan tegak dengan membusungkan dadanya. Pria paru baya itu yakin kalau selain kerja sama itu dia juga menawarkan Ayu untuk dinikahinya. Apalagi kata putrinya sendiri kalau Rayhan juga sangat mencintai Ayu.“Ah sebentar lagi perusahaan ini akan menjadi milikku . Rasanya tidak sabar untuk bisa masuk di dalam keluarga Rayhan,” batin Suratman sambil menatap gedung tinggi itu, lalu melanjutkan langkahnya menuju lift. Dia pun menekan tombol lift pergi ke lantai empat tempat di mana ruang kerja Rayhan berada. Rasa gugup dan sedikit gelisah sudah menyelimuti hatinya. Tak lama kemudian pintu lift terbuka dia ib berjalan sedikit cepat karena waktu sudah menunjukkan pukul dua lewat lima menit.“Selamat siang Pak, dengan Bapak Suratman dari PT. Citra Kencana?” tanya Mila sekretaris Rayhan, menghentikan langkah Suratman yang ingin langsung masuk
“Ah sial ... kenapa harus sekarang?” tanyanya dalam hati.“Ada apa, Sayang?”“Nggak apa-apa, Pa!”Ayu lalu membalas pesan singkat itu sesaat lalu menaruh kembali ponselnya di dalam tas.“Sayang, kamu tidak usah ikut dulu, biar Papa yang bertemu Rayhan. Jika urusan Papa dengannya selesai dan menyetujui kerja sama ini maka itu sangat mudah kita masuk di dalam keluarga Wardana yang kaya raya,” jelas Suratman tersenyum bahagia.Namun saat mereka sedang membicarakan masalah itu, tiba-tiba perut Ayu terasa mual dan muntah.“Uek ... uek ...! Pa, perut Ayu sakit Pah!”Suratman yang melihat Ayu yang memegang perut langsung menghampiri dirinya dengan rasa panik.“Kenapa perut, Nak? Apakah tadi pagi kamu tidak makan atau kamu salah makan mungkin, kita ke dokter saja?” Suratman lalu mengambil kunci mobil dan ingin mengantar Ayu ke rumah sakit.Saat ingin memapah Ayu, dia merasa tidak tahan dan berlari ke toilet dengan cepat, Suratman begitu panik saat melihat Ayu muntah-muntah lagi.“Ayu ke kamar
“Oh ya kalian mau makan siang di sini?” tanya Hanin mengalihkan pembicaraan.“Nggak, mau main bola! Ya makan lah, kamu nggak lihat kita lagi nunggu antrean panjang itu, nyesel saya datang kemari dan bertemu kamu lagi di sini!” kilahnya berbohong.“Ayuk Dim, kita cari makan di tempat lain!” ajaknya lagi.“Kalian mau ke mana? Makan di sini saja,” ajak Hanin tersenyum.“Dengar ya Hanin, tidak usah berbaik hati dengan kami, memang hanya kamu saja yang menjual makanan, banyak kali dan pastinya enak juga,” Rayhan menatap lekat wajah Hanin yang masih terlihat lelah.“Kamu kenapa sih, dari awal kita bertemu kamu selalu jutek sama aku? Ada apa denganmu, Ray? Memang aku ada salah apa sama kamu?” tanya Hanin kesal kepada Rayhan.“Ayolah Ray, elo kenapa sih? Benar tuh yang dikatakan Hanin, elo itu bersikap aneh sama Hanin! Tunggu dulu kalian sudah saling kenal?” tanya Dimas penasaran.“Iya Mas, kita sudah kenal semenjak kami masih kecil,” jawab Hanin tersenyum.Rayhan hanya diam melihat Dimas ter
“Ah sial!”“Kenapa aku tidak langsung mengatakan kalau dia adalah simpanan Pak Alvin, aku tidak mau berurusan dengan orang itu!”“Maafkan aku Yu, sebagai teman aku bisa mengingatkanmu untuk tidak melakukan hal itu, kalau perlu, kamu harus menikah dengannya!”“Namun aku tidak menerimamu sebagai pendamping hidupku, karena aku mulai mencintai seseorang!”Senyuman mengembang saat terlintas wajah Hanin yang begitu bisa membuat hati seorang Rayhan berbunga-bunga.“Untung saja wajah Hanin terlintas di pikiranku, coba kalau tidak pasti aku terbuai dengan bujuk rayu Ayu,” gerutunya sembari tersenyum.“Duh senyumannya aku tidak bisa melupakan senyuman Hanin, tetapi ... tidak ... tidak dia milik bang Rayyan.”“Aku tidak boleh memikirkannya, aku harus bisa membencinya jika tidak rasa cinta dan sayang itu selalu muncul dan itu sangat menyiksaku!”“Ya ... ada apa denganku?”Rayhan berusaha kembali fokus dengan pekerjaannya, dan dia pun berencana datang ke warung makan Hanin saat makan siang.Nam
“Ya Allah dia saudara sepupuku, dia sangat cantik sama persis dengan di foto yang Rayhan tunjukan di dalam ponselnya,” gerutunya dalam hati.Tanpa terasa bulir-bulir air mata pun berjatuhan tak tertahankan.Hanin membiarkan Ayu mencaci maki dirinya, karena dia sangat rindu dengan suara khas Ayu saat memarahi orang lain.“Jika kamu tahu aku adalah Hanin, apa yang akan kamu lakukan?”“Apakah kamu tetap membenciku?” tanya Hanin dalam hati.“Halo ... Kamu dengar nggak sih apa yang aku katakan?”“Apa yang kamu lihat?” tanyanya lagi dengan penasaran.Mendengar ada keributan Rayhan yang sibuk di ruangannya pun keluar dan mencari tahu.“Ada apa ini, kenapa ada ribut-ribut di kantor saya?” tanyanya sembari memperhatikan mereka.“Ray, ini loh gadis kampung nggak punya etika!”“Ayu!” Rayhan kaget karena sahabatnya itu kembali muncul setelah enam bulan tidak bertemu langsung.“Iya aku Ayu, Ray, kamu seperti lihat hantu saja,” gerutunya kesal.“Siapa sih dia Ray, kenapa ada gadis seperti ini di ka
“Bagaimana kamu sudah siap?”“Tenang saja saya akan melakukannya dengan pelan-pelan, kamu akan menikmatinya juga kok,” ucapnya tersenyum.“Kenapa Om ingin melakukan semua ini?” tanya Ayu seketika.“Kamu sudah diberi tahu alasannya kan dari Papahmu, kalau istri saya tidak bisa lagi melayani saya dengan baik.”“Hidup itu kejam, Sayang jika kamu tidak bisa bertahan maka pilihan hanya satu yaitu kematian.”“Saya tahu kamu sangat sayang dengan Papahmu, sehingga kamu mau melakukan apa saja untuk dia, kamu memang anak yang baik, kamu tidak akan kekurangan kasih sayang lagi, karena saya juga akan menyayangi kamu,” ucapnya sembari memegang paha mulus Ayu yang terpampang jelas menggoda.Awalnya risih dipegang tetapi Ayu tidak ingin membuat Pak Alvin marah sehingga dia pun membiarkan tubuhnya dipegang oleh pria itu.Semenjak itu kehidupan Ayu berubah, dia jarang bertemu Rayhan, karena sibuk dengan kuliah dan Pak Alvin.Hubungan mereka berjalan dengan baik, Pak Alvin sangat puas dengan Ayu, tida
“Begini Man, saya ingin anakmu menjadi wanita simpanan saya,” jawabnya serius.Mendengar perkataan Alvin, Suratman naik pitam dan langsung berdiri dengan wajah amarah.“Apa maksud Bapak, menyuruh anak saya menjadi simpanan Bapak?”“Bapak ini sudah nggak waras, dia itu pasti seumuran dengan anak Bapak, dan dengan mudahnya Bapak bilang seperti itu, bagaimana dengan istri Bapak di rumah jika mengetahui kalau suaminya mempunyai simpanan yang pantas menjadi ayahnya?” amarah Suratman meledak-ledak.“Tenang Man, pikirkan saja dulu tawaran saya, jika kamu setuju saya segera menyuntikkan dana ke perusahaan dan rumahmu yang telah di sita oleh bank, dengan gratis asalkan anakmu bersedia untuk menjadi kekasih gelap saya?” “Maaf Pak saya tidak mungkin membiarkan anak saya menjadi simpanan Bapak, apa kata orang nanti, dan bagaimana dengan istri dan anak Bapak?” Suratman merasa kesal dan harga dirinya seperti diinjak-injak karena baru kali dia menjadi dilema untuk memutuskan kehidupan anak gadisnya
Mobil mewah itu meluncur dengan baik sampai masuk di kawasan perumahan elit. Gedung menjulang tinggi dengan ornamen bernuansa putih gading.Halaman rumah yang begitu luas dan dihiasi dengan tanaman bunga yang beraneka ragam.Rumah itu terlihat sangat indah dan asri, di dalamnya tidak banyak barang, sehingga kita memandang luas setiap ruangan.Di halaman itu juga di bangun sebuah garasi yang luas dan berbagai koleksi mobil antik dan mewah berjejer rapi menghiasi rumah itu.Mereka masuk dan segera menaruh camilan dan es teler itu yang sudah tidak ada rasanya, sehingga Ayu pun langsung pergi ke dapur dan membuka kulkas lalu meracik es teler itu dengan menambahkan susu kental manis agar lebih terasa manis.Setelah itu dihidangkan di meja makan lengkap dengan camilan yang baru di beli di taman itu.Pria paruh baya itu lalu duduk di meja makan setelah berganti baju santai menggunakan kaos tanpa kerah polos berwarna biru dengan bawahan celana pendek.Terlihat sekali bulu-bulu kaki pria itu