“Silakan duduk dulu, Nduk,” ucap Bu Winda dengan ramah.“Terima kasih, Bu, dan ini dompetnya,” sahutnya sembari memberikan dompet itu ke tangan Bu Winda.“Terima kasih banyak ya, Nduk.”“Iya Bu, sama-sama,” sahutnya mengangguk.“Sudah kan apa lagi, kenapa nggak pulang?” tanya Rayhan sedikit ketus.“Maaf, Mas, saya tidak ada niatan untuk mencuri atau apalah yang ada di pikiran sekarang, saya hanya ...“Terus kenapa kamu pakai masker, agar wajah kamu tidak kami ketahui kan? Makanya kamu menutupi wajahmu agar tidak terlihat oleh kami iya kan?” Rayhan terus menerus membuat gadis itu merasa terpojok dengan semua apa yang dituduhkan kepadanya.“Maaf Mas, saya hanya berniat untuk mengembalikan dompet Ibu ini, saya memang tidak mempunyai niat apa pun!” Gadis itu tetap kepada pendiriannya dan tetap saja bersikap santun, tidak marah.Seketika Rayyan sangat terpukau dengan nada bicaranya yang masih tenang, biasanya jika ada seorang wanita di tuduh yang bukan-bukan pasti akan langsung marah dan t
“Silakan diminum, Nduk,” tegur Bu Winda tersenyum bahagia.“Iya Bu.” Sebenarnya Hanin ragu-ragu untuk membuka maskernya, tetapi karena melihat mereka seperti bukan orang jahat, akhirnya dia pun membuka maskernya, selain untuk menghormati yang punya rumah.Seketika wajah cantik Hanin terlihat jelas membuat Rayyan dan Rayhan terpesona akan wajah gadis itu.Wajahnya sangat teduh, tidak banyak riasan tetapi sudah cantik alami, bahkan alis dan bulu matanya pun sudah tebal dan lentik seperti memakai bulu mata palsu.Bibir yang kecil dan ranum berwarna merah muda ditambah saat Hanin tersenyum, sesekali memperlihatkan barisan gigi yang putih bersih, merupakan daya tarik gadis berhijab itu.Pantas saja Suratmin tidak ingin ada yang banyak tahu kalau dia mempunyai anak gadis yang cantik jelita dan murah senyum.Hanin mengambil cangkir itu dengan pelan dan meminumnya sampai habis. Semua orang melihatnya dengan tersenyum muat Hanin menjadi salah tingkah.“Maaf, Bu langsung habis, hehehe ...“Ngg
“Oh bukan, maksudnya nggak ada apa-apa,” jawabnya ragu-ragu.“Dia tinggal di mana sekarang, dan apakah dia sudah mempunyai pacar atau kamu yang menjadi pacarnya, soalnya kalau aku perhatikan kalian sangat cocok?” tanya Hanin bersemangat.“Bukan, kami tidak pacaran, kami hanya sahabat, tidak lebih dari itu, kalau kamu mau kita bisa ke rumahnya tidak jauh kok rumahnya dari sini,” jelas Rayhan selalu tersenyum melihat wajah cantik Hanin.“Tidak ... tidak sekarang, lagian aku harus meminta izin Bapak, aku tidak mau hanya karena ingin bertemu sepupuku, Bapak akan menjadi sedih.”“Bagiku sudah cukup mengetahui kalau Ayu dan papahnya, baik-baik saja.”“Oh ya satu lagi pertanyaanku, apakah Om Suratman sudah menikah lagi atau masih sendiri?” “Tidak ... dia tidak menikah lagi, setahuku Ayu tidak ingin mempunyai mamah baru lagi, karena baginya mamahnya sudah mati tidak ada yang bisa menggantikan posisinya.”“Mungkin dia hanya bisa menjadi wanita simpanan papahnya, tanpa ikatan apa pun, karena
Banyak sudah lamaran untuk anak mereka bertiga, karena mereka memandang dari segi kekayaan dan hidup terjamin di dalam keluarga Wardana.Sudibyo sangat memilih jika menyangkut calon-calon menantunya, karena tidak ingin mempunyai menantu yang hanya ingin kekayaannya saja tetapi mempunyai nilai lebih di mata Sudibyo.“Bu, sudah siapkan, nggak ada yang salah kan?” tanya Suratmin gugup.“Sabar toh Pak, nggak ada yang perlu ditakuti toh, ini hanya pertemuan biasa saja, heran deh seperti mau bertemu besan saja,” celetuk Susi tersenyum.“Memang Ibu nggak sadar apa, Keluarga Sudibyo setahu Bapak beliau mempunyai dua anak laki-laki yang tampan, pasti tujuan mereka ingin menikahkan salah satu diantara mereka, tetapi Bapak nggak mau Hanin buru-buru menikah!”“Bapak nggak mau Hanin sangat terpaksa jika memang mereka ingin menjodohkan anak kita!” Suratmin tampak khawatir jika tujuan mereka hanya untuk mencarikan jodoh untuk anak lelakinya.“Sudahlah, Pak, nggak mungkin juga kan kalau kita menola
“Nggak Om, baru setahun belakangan ini, sikap Ayu sangat sulit ditemui, sepertinya dia sedikit menghindar dari Rayhand, Om!”“Padahal setahu saya Suratman itu adalah seorang pengusaha yang cukup bagus, buktinya dulu saya sempat memberikan perusahaan saya kepada dia, dan ternyata setelah dipegang olehnya bisa hidup dan berkembang dan saya juga memberikan perusahaan itu kepadanya sebagai balas jasa.Rayhan lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto-foto dirinya bersama Ayu.“Ini Om foto Ayu sewaktu kami masih sama-sama enam bulan yang lalu, dan sekarang ponselnya tidak bisa dihubungi.”“Rumah yang sering dia tempati dibiarkan kosong tak berpenghuni, jadi seperti angker gitu.”“Sempat saya ke tempat kuliahnya, kata teman-teman mereka Ayu sedang cuti kuliah.”Suratmin dan Susi melihat wajah Ayu ya g sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan selalu berpakaian terbuka.Susi tak kuasa menahan air matanya, karena bagaimanapun juga dia sangat merindukan gadis kecil yang dulu yang ingin
“Oh itu sahabatnya dari kecil Khaidir, kami sudah anggap seperti anak sendiri, mereka juga satu kuliah dan dia juga bisa dibilang pengawalnya Hanin. ”Suratmin menjelaskan.“Oh!”“Banyak pesanan besok, Pak?”“Iya Pak, kebetulan Hanin itu kalau setiap hari Minggu ada acara amal bersama teman-teman kampusnya, biasalah anak-anak muda.” Suratmin menjelaskan.Tak lama kemudian ponsel Hanin berbunyi lagi, Suratmin kembali melihat siapa yang menelepon.“Sebentar Pak, siapa lagi ini yang telepon?”“Siapa Pak?”“Nggak tahu juga ini tetapi namanya ini Aldo?”“Siapa Aldo, Bu?”“Ibu juga nggak tahu, Pak,” jawab Susi yang ikut bingung.“Angkat saja, siapa tahu penting!”“Iya Bu, siapa dia?”Saat ingin mengucapkan salam tanpa sengaja Suratmin menekan tombol speaker sehingga suara penelepon itu terdengar oleh tamu mereka.[Halo Hanin, akhirnya kamu angkat juga, kenapa kamu tidak angkat teleponku, kamu marah sama aku?][ Ayolah Nin, aku sudah lama untuk menunggu jawabanmu, kenapa kamu nggak mau menjad
Sementara itu para tua masih sibuk berbicara sehingga akhirnya Pak Dibyo mengutarakan niatnya untuk bisa menjodohkan anak pertamanya kepada Hanin.“Wah ternyata pembicaraan kita nyambung ya Pak, sudah seperti akrab begitu dan sebenarnya kalau diizinkan, boleh nggak Pak jika untuk mendekatkan hubungan kita ini lebih seperti keluarga gitu?” Pak Dibyo dengan hati-hati bertanya takut jika dia salah menyampaikan maksud dan tujuan hingga berujung penolakan.“Maaf maksudnya, Pak?” tanya balik Suratmin yang sebenarnya tahu maksud dari Pak Dibyo itu untuk menjodohkan salah satu anaknya untuk Hanin.“Begini Pak, mungkin Bapak belum tahu, saya pernah berucap kepada saudara kembar Bapak Suratman, jika suatu jari nanti kami akan menjodohkan anak-anak kami kalau mereka sudah besar.”“Awalnya saya memang menjodohkan Rayhan dengan Ayu, anaknya Suratman, setelah itu saya tanya sama Suratman punya saudara nggak kamu , apakah dia punya anak perempuan juga?”“Dia bilang tidak punya, bahkan dia tidak men
“Sebentar, Abang telepon dia dulu, mudah-mudahan nomor ini aktif,,” ucapnya sambil mencari nomor Satu yang masih tersimpan di ponselnya.“Bagaimana Bang, bisa dihubungi Mbak Ayu nya?” tanya Lula penasaran.“Nyambung sih ...tetapi nggak diangkat,” jawabnya bingung.“Lagi Bang, sepertinya memang dia Bang ... tuh lihat gelagatnya,” ucapnya meyakinkan kedua abangnya.Nampak Ayu dari kejauhan yang ingin menerima panggilan itu tetapi tidak diangkat oleh dirinya, sehingga membuat mereka menjadi penasaran. “Apa yang dilakukan dia lakukan di sini dan apakah dia sudah balik dari Surabaya, siapa pria itu?” tanya Rayhan penasaran.“Abang harus cari tahu tentang orang itu, mudah-mudahan apa yang kita pikirkan tidak benar,” ucap Rayhan.“Apa maksudmu, jangan bilang kalau Ayu simpanan Om-om itu, iya kan?” tanya Rayyan.“Aku juga nggak tahu Bang, tetapi seingatku dia tidak mempunyai keluarga seperti orang itu dan Abang lihat sendiri kan Ayu menggandeng tangan Om itu seperti mereka pacaran saja,” jela