Rupanya, berpindahnya arwah seseorang ke dalam tubuh manusia yang masih hidup, tidaklah mudah.
Tubuh barunya akan banyak mengalami penolakan, karena arwahnya, sejatinya, tidak sinkron dengan respon dari tubuhnya. Sehingga, dalam hal apapun, dalam kehidupan sehari-hari, arwah itu harus bisa mengatur ritme.
Sekarang ini, pada hari ini, reaksi tubuhnya akan mengantarnya pada kebiasaan barunya.
Berbeda jauh dengan kakaknya, Ahmad sangatlah cerdas. Pada lima tahap seleksi interview perusahaan asing tersebut, ia lolos semua tahapannya.
Hingga hari itu, pada saat interview bersama salah satu HRD perusahaan tersebut. Tubuhnya tak kuasa untuk menolak berada di dekat HRD tersebut.
Entah mengapa, tubuhnya tiba-tiba gemetar. Ia pamit ke toilet untuk minum obat penenang. Kemudian kembali ke ruangan.
Dan, hari itupun terjadi. Ia seperti sakau. Tubuhnya gentar dan gemetar saat m
"Lalu? Apa hubungannya dengan saya?" "Ada, jimat itu. Jimat yang bisa membuat arwah itu tunduk. Saya menginginkannya!" "Tidak. Tidak bisa!" "Saya akan menghadapi suami mu. Kamu tak perlu takut." "Si mbah sudah sakti. Tak perlu lagi jimat ini." "Justru ituu.. Jimat itu akan membuat saya semakin kuatt. Ha Ha Ha!" "Jangan!" "Jangan!" Seekor harimau datang menerjang Angi yang sedang berdiri tepat di persimpangan pintu. Harimau putih itu melompat bagai seorang predator yang sedang kelaparan. Angi, tak sadarkan diri. Lalu, pingsan. Dalam tidurnya, ia bermimpi, harimau putih sedang berhadapan dengan seekor ular raksasa. Harimau putih itu menjelma sebagai si mbah dan ular raksasa itu adalah Ki Slamet. Mereka bertarung dengan kekuatan supranatural yang mereka miliki. Si mbah, yang sudah lama bernaung dalam ilmu kanuragan dan supranatural, unggul dalam mengelabui Ki Slamet. Ular raksasa itu, terken
’Aku ini juga makhluk halus. Ha ha ha’ ucapnya dalam hati. “Oh, gitu. Bisa lihat makhluk halus bukan berarti harus dijauhi, bukan? sela Rusyd. ”Iya juga sih. Cuma serem aja. Kalau tiba-tiba makhluk itu muncul, iiihhhhhh…” ucapnya. ”Kaya ini maksudnya!” Rusyd menampakkan wajah aslinya pada Riana. ”Huuaaaaaa!!!” teriak Riana histeris. Ia mendorong kursi tempat duduknya hingga kursi itu terjatuh. Riana panik bukan kepalang. Orang yang ia temui malam ini berubah menjadi hantu yang menyeramkan. Wajah Rusyd berubah putih pucat. Matanya membulat besar, lingkar matanya hitam legam. Mulut dan hidungnya mengeluarkan darah. Tubuhnya mengeluarkan kabut hitam mengelilingi tubuhnya. Riana yang panik ingin segera melarikan diri. Ia melangkahkan kakinya untuk segera menjauh dari meja itu. Saking paniknya, salah satu sepatu heels yang ia gunakan berukuran 7 cm itu, patah. Tubuhnya sudah condong ke arah lantai, namun, tulang iga belakang
Tatapan Rusyd pada Maryam penuh dengan hasrat. Ia mengedipkan sebelah matanya menandakan seperti telah terjadi suatu perjanjian. ”Pegawai itu memang lancang. Dia saya skors 2 hari,” ucap Maryam pada staff lainnya.Maryam berjalan melewati para staffnya dan ia menuju ruang kerjanya. Rusyd yang baru saja di skors, menyunggingkan senyum degan lirikan mata tertuju pada Maryam yang sedang berjalan. Tangan kanannya memegang bibirnya yang seakan – akan sedang tergiur oleh sesuatu. Angi memperhatikannnya dari kejauhan. Rusyd berjalan menuju meja kerjanya. Semua pegawai yang berada di sekitar mejanya menatapnya dengan penuh penasaran. Rusyd yang sadar sedang diperhatikan, ia sengaja berlagak santai, bak tidak terjadi sesuatu padanya. Ia duduk di kursinya dengan gaya seperti duduk di pantai, badannya condong ke belakang dan kakinya disimpan di atas meja. “Aahhh! Dunia ini tidak asik. Semua manusia disini sama saja!” ucap Rusyd dengan suara enteng
Ia tiba di kamar hotel sesuai intruksi dalam undangan tersebut. Ia masuk ke dalam hotel. "Piiippp," suara infra red mendeteksi kartu kamar hotel. Saat ia menoleh, ia terkejut. Jantungnya hampir copot. Rusyd berdiri di hadapannya! "Huaaaaa!!!" teriak Bu Maryam sekeras mungkin karena saking terkejutnya dengan Rusyd. Aura Rusyd sejenak menjadi hitam. Ia sudah tak sabar ingin melancarkan aksinya. Namun, ia mengontrol dirinya kembali. Ia tak mau tergesa-gesa seperti kejadian bersama Riana. Ia tertangkap kamera CCTV. Rusyd melangkah maju mendekati Bu Maryam yang masih menutup kedua matanya. "Sssssttt," suara Rusyd mendesis. Jari telunjuknya bersentuhan dengan bibir merah Bu Maryam. "Tenanglah! Ini aku," ucap Rusyd. Aku sudah menunggumu sejak tadi. Kukira kamu tidak akan datang. Aku mulai cemas, jadi aku menunggumu di dalam. "Maaf kalau menunggu lama. Aku terjebak macet," responnya. "Ayo lihatlah ini! Indah sek
Sebelum Adhimas datang, kali ini, Angi meminta Ki Slamet untuk memunculkan wujudnya di hadapan Angi. Namun, Angi merasa bingung, bagaimana cara memanggil Ki Slamet. Karena, biasanya Ki Slamet lah yang selalu datang kepadanya. "Gimana ya cara panggilnya?" tanyanya pada diri sendiri. Angi memandangi ponselnya. "Seandainya ia bisa di telepon. Hufftt!" ucapnya. "Haruskah?" "Haruskah memanggilnya dengan ritual itu?" ucapnya. Angi yang kebingungan tak tahu harus memulai dari mana untuk menyiapkan ritual itu. Keluarganya memang keturunan paranormal namun Angi tak pernah sedikitpun melirik bagaimana cara melakukannya. "Ahh, mungkin aku panggil saja langsung namanya. Dia selalu disampingku pasti dia mendengarku," ujarnya dalam hati. "Assalamualaikum Ki," ucapnya. "Maaf, Ki, saya boleh minta tolong? Bisakah aki hadir disini?" "Dasar anak jaman sekarang! Panggil aku dengan sopan!" suara Ki Slamet menggema di kamarnya.
Angi membalasnya dengan senyum. Ia membuka undangan berwarna merah itu. Dalam undangan itu tertulis bahwa ia mengundang Angi untuk datang ke salah satu Caffe tak jauh dari indekosnya. Dalam undangan itu pula tersimpan sebuah souvenir kalung emas untuknya. Tak sedikitpun Angi tergoda untuk materi yang ia berikan itu. Namun, ia akan tetap datang untuk memenuhi undangannya tersebut. Angi lantas memberi tahu Adhimas perihal isi undangan merah itu. Tentu saja, sebuah rencana untuk menangkapnya sudah disiapkan. Caffetaria. Pukul 07.00 malam. Angi datang sendiri ke Caffe tersebut tanpa ditemani Adhimas. Ia berjalan masuk dengan percaya diri. Langkahnya menuntunnya menuju meja 014. Sebuah tempat yang sudah di booking sehari sebelumnya. Meja 014 masih kosong. Rupanya Rusyd belum ada di tempat. "Hei! Lama nunggu ya?" suara yang tidak asing ditelinganya. "Oh. Baru saja sampai kok," sahutnya. "Aku baru saja
Matahari bersinar begitu cerah. Langit membiru tanpa ada beban. Hari ini suasana terasa berbeda. Harapan dan doa semua orang terwujud. Jakarta, saat ini, sedang bergembira. Tak ada lagi kekhawatiran akan ancaman pembunuhan. Begitu pula dengan kehidupan Angi dan Adhimas. Mereka menjalani rutinitas sehari-hari seperti biasa setelah kejadian di gudang restauran itu. Kabarnya, restoran itu ditutup dan beralih lokasi di tempat berbeda, namun, masih di sekitar Jakarta. Konon katanya untuk menghindari bala. Menurut paranormal yang dipercaya, tempat itu sudah tidak baik lagi untuk melanjutkan usahanya. Hal tersebut dikarenakan telah terjadinya insiden percobaan pembunuhan pada seorang wanita. Hingga akhirnya, anak sulungnya tewas mendadak. Dalam satu hal, kedua orang tua Rusyd menyetujui pindah lokasi itu karena mereka merasa telah dipermainkan oleh kedua anaknya. Paranormal tersebut menceritakan kronologis kematian sang adik hingg
"Sulit sekali mencari dirimu. Bahkan aku mendapat kabar bahwa kau sudah meninggal," ucapnya. Angi hanya tersenyum mendengar ucapan Anto. Angi pun penasaran dari mana ia mendapatkan alamat tempat tinggal terbarunya saat ini. Selama ini, hanya Adhimas lah satu-satunya orang yang mengetahuinya.Anto menuturkan bahwa ia mendapatkannya dari seorang pemilik restoran bernama Tirto. Ia memberitahu cerita tentang anak sulungnya dan juga ingin sekali bertemu Angi untuk memberikan ucapan terima kasih. Saat Angi diminta menjadi saksi dari kejadian tersebut, saat itu pula ia meminta alamat tinggal dirinya. Ia memberitahu Anto itu semua ketika ia berkunjung ke restorannya yang baru saja pindah. Anto tak sengaja jika ia bertemu dengan seseorang yang mengenal Angi. Kebetulan yang sangat diidamkan, ia segera mencari tahu tentang Angi. Hingga akhirnya, saat ini, ia tiba di indekos Angi dan bisa bersantai lesehan di teras depan indekos
Aku menerima sebuah boneka dari salah satu pasienku. Selama 5 tahun aku mengabdikan diri ke masyarakat sebagai personel kesehatan, ini bukan kali pertama aku menerima hadiah dari pasien. Iya sih, aku memang tidak meminta mereka memberikanku sesuatu. Tapi karena di desa terpencil ini. Hampir semua penduduk adalah petani kecil yang berpenghasilan tidak seberapa. Biaya murah tapi berkualitas. Ini adalah mottoku ketika aku menerima sertifikat kedokteranku. Boneka yang diberikan kepadaku sudah tua. Bajunya sudah lecek. Penuh dengan sobek dibeberapa sisi. Rambutnya juga sebagian sudah rontok. "Nama boneka itu Tania, bu dokter" kata seorang wanita tua yang memberikan kepadaku. "Tania ya? Hihihi. Namanya sama kaya Saya nek" kataku sembari memberikan resep kepadanya. Tangan nenek itu sudah bergemetar. Dia sepertinya sudah susah mengakat tangannya sendiri. Aku melipat surat resep dan meletakannya di tangan kanannya. "Semoga lekas
Kali ini pasien Angi bukan berasal dari local. Ia adalah seorang warga negara asing yang sedang bekerja untuk tiga tahun ke depan di Indonesia. Kedatangannya ke Indonesia ini tidak serta merta membautnya menjadi gembira, pasalnya ia membawa orang lain dalam perjalanannya ini. Bahkan parahnya, orang itu bukanlah manusia melainkan sosok makhluk gaib yang menempel pada tubuhnya hingga terbawa ke sini. “Bagaimana tuan tahu bahwa ada sosok gaib yang mengikuti tuan?” tanya Angi memancing. Padahal, Angi pun sudah melihat hantu wanita itu di samping tuan Jepang itu, sebut saja nama samarannya adalah Juno. “Saya sering sekali bermimpi hantu wanita yang sedang membawa anak kecil yang menangis. Ketika saya mendekati anak tersebut, wajahnya sangat pucat dan badannya sudah kaku. Tapi suaranya begitu keras menangis,” jelasnya. “Lalu, bagaimana jika benar hantu itu ada?” tanya Angi kembali. “Tolong lepaskan hantu itu dari diri saya. Hal ini membuat saya tida
Dengan begitu, selesai sudah tugas Angi untuk membantu pasiennya. Ia cukup untuk memverifikasi jika sang anak sulung itu sudah melakukan tugasnya yang diwasiatkan oleh sang khodam. Baru saja Angi menyelesaikan salah satu tugasnya, kini seorang pasien sudah menghubunginya kembali. Kali ini sang pasien minta untuk penjagaan diri. Hal ini karena dirinya bekerja di bagian yang berhubungan dengan mayat di salah satu rumah sakit. Oleh karena itu, penting baginya agar terlindungi dari gangguan para makhlus halus. Sebut saja namanya Ara. Seorang perawat yang bertugas di bagian ruang jenazah. Yang kemudian mulai terusik oleh kehadiran sesosok makhluk gaib.Ara menceritakan bahwa dirinya tidur di ruangan dekat dengan kamar mayat. Hal ini sudah biasa baginya. Selama ia bekerja di sana belum pernah diganggu oleh sesosok makhluk gaib apapun. Hingga suatu hari itupun terjadi. Setiap hari, setiap malam ia bekerja dengan normal tetapi tidak pada malam itu. Ketika diminta
Sang Mentari mulai menunjukkan cahaya kehangatannya. Angi pun segera bangun dan bergegas untuk memulai pencariannya tentang Penunggu Mustika Putih milik seorang pasien yang datang kepadanya sehari yang lalu. Sang pasien meminta tolong kepada Angi untuk membantu sang kakek agar bisa sembuh dari penyakit menahunnya. Penyakit yang tidak bias aini tidka bisa dilihat oleh ilmu medis, oleh karena itu, sang pasien yang merupakan anak sulungnya itu meminta bantuan kepada seseorang yang ahli dalam ilmu spiritual. Perjalanan pun dimulai dengan tak lupa membawa sang mustika legendaris sebagai penjaga diri Angi dari ancaman para iblis. Angi mulai mendaki gunung Bayangkaki yang berada di daerah Sawoo. Tak lupa Angi membawa pula obat manjurnya, yaitu darah sang ular, untuk berjaga-jaga jika dirinya terluka bahkan ada seseorang yang meminta bantuannya. Sebelum berangkat ke sana Angi mampir sebentar di daerah Jabung buat minum es dawet , asal tau saja d
Batu mustika Batu mulia ialah segala jenis batuan dan mineral yang memiliki sifat fisik dan kimia yang khas,yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku perihasan. Menurut KBBI (2014:7), permata adalah batu berharga yang berwarna indah.Ada yang menyebabkan batu ini berwarnawarni,yaitu komponen unsur kimia penyusunannya (unsur transisi yang memberi warna pada komponen pokok yang biasa bening).Mustika atau Mestika adalah berasal dari Alam, atau Alamiah terbentuk dari Berbagai macam Unsur mulai dari unsur Tumbuhan, unsur binatang, unsur Tanah/bumi, Air, api dan Udara dan juga unsur mineral lainnya.Penamaan Mustika/Mestika ini diambil biasa diambil hanya dari jenis unsur2 tersebut yang terbentuk dalam batuan atau Batu Mustika, Sementara hakiki dan hakikat Terang nyata adanya adalah Unsur-unsur yang terbentuk diatas dan yang mengandung Riwayat jelas serta Biasanya Termasyur dikalangan orang-orang tertentu.Seperti misal Mestika Nabi Nuh
Dalam suasana gelap Angi tak sadar bahwa dirinya kini tak lagi berada dalam pertarungan sengit dengan sang iblis. Dalam dimensi itu ia bertemu dengan KI Slamet yang sudah emnunggunya sejak beberapa jam yang lalu. “Bagaimana perjalananmu sayang? Apakah menyenangkan?” tutur Ki Slamet melihat Angi tergopoh-gopoh menopang tubuhnya agar stabil. “Apa maksud Aki? Apa semua ini bukan bagian dari mimip?” tanya Angi dengan penasaran. Ia bahkan mengira bahwa dirinya masih dalam pertaungan melawan snag iblis yang hampir saja menghabisi nyawanya dalam satu kedipan mata. Lalu, Angi berjalan tertatih dan melangkah maju menuju Ki Slamet yang sedang berdiri di seberang dimensi. Entah apa yang sedang ia rasakan kali ini benar-benar membuatnya sangat bingung. “Kau berada di dimensi ketiga alam bawah sadarmu. Kau sudah menempuh perjalanan berat untuk mendapatkan sang mustika legendaris itu. Kini kau bisa beristirahat untuk oenembuhan lukamu.” “Tapi, bagai
“Dasar! Sama-sama jorok!” gerutu Angi dalam suara lirihnya. Kemudian Angi berjalan maju menuju panggung seni tarian itu dan diikuti oleh Kisman di belakangnya. Mereka berjalan menghampiri sisi panggung karena semua warga berkerumun di sana. Setidaknya mereka bisa menyaksikan penari yang sedang kesurupan ala tarian Dolalak. Penari utama Dolalak sedang berlenggak-lenggok di atas panggung dengan tangan kanan memegang sesaji daun mawar yang ditaburi oleh minak fanbo. Lalu, sontak saja sesaji itu dilemparnya ke arah salah satu penari namun sialnya, sesaji itu terkena wajah Kisman, yang tepat berdiri di sisi penari yang terkena lemparan itu. Tiba-tiba saja Kisman pun ikut kesurupan. Seorang penari yang kesurupan langsung menunjukkan keahliannya dalam menari. Sedangkan Kisman mendadak menjadi seorang yang bertubuh tegap. Angi merasa aneh dengan gelagat Kisman. Akhirnya ia tahu bahwa ada sesosok makhluk yang menginginkan tubuh Kisman. Kisman berjalan me
Suara itu terdengar jelas. Kisman memerhatikan sekitar berharap tidak ada yang akan menerjangnya. Sedangkan Angi tetap tenang. Ia menajamkan pendengarannya ke segala penjuru mata angin. Indera penglihatan ia fokuskan pada setiap gerakan yang mungkin saja muncul dihadapannya. Lalu, Kisman dan Angi mulai melangkah lagi dengan perlahan yang sempat berhenti sejenak. "Krek!" "Krak!" Suara ranting kering yang terinjak itu semakin dekat dengan mereka. Angi mencoba menenangkan Kisman yang mulai panik. Ia sangat takut hingga badannya gemetaran. Lalu, Angi mencoba memerhatikan sekeliling dan menggunakan kekuatan batinnya. Ia tahu ini bukanlah makhlul gaib melainkan seekor binatang buas. "Kita harus cepat," Ucap Angi pada Kisman.Angi dan Kisman berlari secepat mungkin dan benar saja, hal itu memancing sang serigala lereng gunung muncul dan mengejar mereka. Berlari saja tidak cukup, kec
Malam hari pun mulai menyapa sang langit yang biru nan cerah. Warna gelap mulai menghiasi langit. Bintang-bintang berkedip malu untuk muncul menghiasi langit. Inilah tanda ahwa tidak akan turun hujan di mala mini. Sungguh malam yang sangat indah, tepat sekali dijadikan sebuah acara hajatan untuk seorang kaya raya yang sedang mengadakan pesta pernikahan anaknya.Malam ini tidka ada tanda-tand apapun dari warga desa yang belakangan ini sedang memerhatikan keberadaan Angi. Kali ini mereka disibukkan oleh acara Pak Jiman. Sementara, untuk Angi dibiarkan dulu karena mereka tahu bahwa nisanak satu ini tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya. Lalu, pada pukul 7 malam sebuah pidato dibuka oleh sang pemangku acara hajat tersebut. Semua warga telah memenuhi halam rumah Pak Jiman yang saat ini sedang duduk di singgasananya. Pesta yang diadakan dengna mewah ini tak tanggung-tanggung diadakan selama tiga hari tiga malam. sungguh penghamburan biaya tapi bagi Pak Jima