Raka berjalan cepat menuju pintu keluar rumah dan ia terhenyak. Ia tak mampu berkata-kata saat melihat jenazah adiknya dikeluarkan dari dalam mobil. Ia menutup mulutnya dengan tangan kanannya. Lalu, seluruh badannya mulai terkujur lemas hingga tak mampu menopang badannya yang tinggi semampai seperti TNI itu.
“Raka!”
”Raka, cepat bantu ke sini!” ucap emak dari sisi ambulance.
Suara emak yang memekik sontak membuyarkan kebingungan Raka.
“Iya, mak,” jawab Raka dengan tertatih.
Ia berlari menuju ambulance dan tanpa ragu ia langsung memegang keranda adiknya itu. Dengan wajah menahan sedih dan berusaha membendung air matanya itu, Raka menyimpan salah satu kaki keranda itu di atas bahu kanannya. Mereka berjalan perlahan menuju ke rumah.
Salah satu tetangga datang menghampiri emak yang sedang berjalan menuju ke rumahnya.
“Mak, maaf, siapa yang meninggal?” tanya si tetangga.
“Angi, mbak. Tolong maaf kan Angi bila ada kesalahan d
Ia membuka pintu mobil dan keluar. Ia berlari sekencang-kencangnya menjauhi mobil itu. Ia berlari tanpa menoleh ke bekalang. Makhluk itu menjatuhkan dahan pohon tepat di depan wajah pak supir.“Baaakkkk!!” badan pak supir menabrak dahan itu dan terjatuh dengan kepala terbentur batu besar.Mereka semua mati. Makhluk itu tertawa senang dengan darah segar yang mengalir dari manusia tak berdaya.*Di Masjid.Saat imam menoleh ke sebelah kiri dan mengucapkan salam terkahir dalam shalat jenazah, keranda jenazah berguncang.Sang imam yang baru saja menyelesaikan rukun shalatnya, sontak terkaget dengan keranda yang berguncang tepat di depan dirinya.“Astagfirullahh!!”“Allahu Akbar!!”Para jamaah shalat jenazah terheran dengan perilaku sang imam yang sedikit berteriak itu. Barisan depan jamaah yang tepat di belakang sang imam langsung membuyarkan barisannya tanpa aba-aba dari sang imam.
“Terima kasih, Adhimas,” ucap Angi yang kemudian membetulkan posisi kemejanya hingga presisi. Tercium aroma parfum berkesan woody dan maskulin dari kemejanya. Mereka mulai berjalan bersama menuju rumah. Bapak dan Raka memboyong emak yang masih terlihat kelelahan sedangkan Adhimas menemani Angi yang berjalan tepat di belakang mereka. Sesampainya mereka di rumah, mereka sudah disambut oleh beberapa keluarga yang masih membantu akomodasi serta konsumsi. Semua orang syok melihat Angi yang hidup kembali. Mereka tak henti memasang kedua bola mata mereka untuk menatap Angi dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mereka masih tak percaya dengan semua telah terjadi. ”Jadi, benar kata pak Anwar kalau ada orang meninggal hidup lagi. Ups!” salah seorang keceplosan. Wajahnya memerah malu. “Doakan semoga Angi selalu diberi umur panjang dan kesehatan oleh Allah swt. Ammiinnn,” berkata bapak membuyarkan semua orang yang sedang bergumam ricuh. “Silahkan semuanya
”Dan, saat ini aku dihidupkan kembali dari kematianku. Bersama ular itu aku melintasi dimensi waktu dan akhirnya aku dikembalikan ke tubuhku ini.””Ular itu memang calon suamimu, nak” ucap bapak merespon penjelasan Angi kepada Adhimas.Adhimas yang mendengar ucapan bapak langsung menelan air ludahnya dan membuka matanya dengan lebar. Ia merasa tak terima dengan takdir ini.Adhimas yang masih syok dengan perkataan Bapak, melirik ke arah Angi mencoba mendapatkan jawaban yang lebih menenangkan. Namun, Angi tak membalas lirikan Adhimas. Ia hanya menunduk dan menatap kedua tangannya.“Aku minta maaf, Adhimas,” ucap Angi sendu. ”Aku juga akan berbesar hati menerima sosok ular itu meskipun rasanya berat.””Baik, aku mengerti dengan keadaanmu. Tapi, aku akan berusaha untuk menjadi yang terbaik bagimu.””Aku harap takdirmu adalah aku,” gumam Adhimas dalam hatinya.”N
”Terima kasih atas informasi yang bapak berikan. Akhirnya, kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik,” berkata salah satu perwakilan polisi yang bertugas. “Sama-sama, pak,” jawab Adhimas.Pak polisi dan segenap petugas segera kembali untuk mengotopsi korban dan mengecek sidik jari yang tertinggal di ambulance. Namun, Adhimas dan Angi masih berada di tempat. Tiba-tiba Angi merasakanuh pening di kepalanya. Muncul sebuah ilusi bayangan seorang laki-laki paruh baya sedang menatap tajam pada mereka. Ia berdiri tepat dibawah pohon mahoni besar yang berada di sisi jalan. “Ada Angi?” tanya Adhimas. “Ada seseorang yang memerhatikan kita,” jawab Angi. ”Bau ini…. sangat kental sekali. Segar dan pekat,” lanjut Adhimas. Ia berjalan mengikuti bau yang terasa di penciumannya. Dalam ilusi bayangannya ia melihat kejadian tragis yang dialami supir dan perawat itu. Ia melihat sosok pak supir dengan kepala hancur dan ceceran darah menutupi sebagian
Jam dinding berputar dengan cepat. Suara dentang jarum jam terdengar jelas di setiap gerakannya. Tak terasa sudah hampir dua jam ia berselancar dengan smartphonenya. Ia segera merapikan dirinya dan bersiap untuk interview selanjutnya bersama HRD. Ia masih menunggu kedatangan Adhimas. Sudah pukul 10.20 pagi namun Adhimas tak kunjung datang. Ia kemudian memutuskan berangkat sendiri menuju perusahaan itu. Saat ia sedang menunggu pesanan taksi online datang, mobil fortuner putih langsung berhenti di depan Angi. "Maaf aku telat. Ayo cepat masuk," ucap Adhimas dari dalam mobil yang masih memegang setir. "Tapi aku sudah memesan taksi online mas. Dia sedang menuju kesini." Adhimas kemudian membuka pintu mobilnya dan berjalan menuju Angi. Dengan gerakan cepat ia merebut HP Angi yang sedang digenggamnya. "Nih, sudah. Ayo masuk ke mobil." "Hahh?" Adhimas memegang tangan Angi dan menuntunnya hingga ke pintu mobil. Ia membuka pintu dan memp
Perusahaan tempat Angi bekerja berlokasi di Sunter, Jakarta. Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif ini adalah salah satu perusahaan asing terbesar di Indonesia. PT Honda Motor merupakan Agen Tunggal Pemegang Merek Mobil Honda di Indonesia. Sebagai agen tunggal, PT Honda Motor merupakan satu-satunya perusahaan yang berhak mengimpor, merakit dan membuat kendaraan bermerk Honda di Indonesia. PT Honda Motor yang berlokasi di Sunter ini merupakan Head Office. Sedangkan yang berlokasi di Karawang adalah Factory. Oleh karena itu, Angi sangatlah beruntung bisa bekerja di bagian office dan memegang peran penting sebagai Human Resource. Pagi yang cerah dan matahari yang menyinari bumi Jakarta dengan hangat membangkitkan semangat Angi. Hari pertama masuk kerja tak mau ia lewatkan dengan kesalahan. Ia bangun lebih awal dan segera bersiap untuk pergi ke kantor. Ia yang tinggal bersama Adhimas di dalam ruangan yang sama, membuat dirinya merasa canggung. Dalam satu sisi, ia m
Saat ia tiba di lantai 5, ia melihat Adhimas berjalan lurus setelah keluar dari lift. Angi yang tanpa berpikir panjang, ia langsung mengikuti Adhimas. Ia berjalan sangat cepat sehingga Angi kehilangan jejak. ”Duuhh.. pergi kemana sih dia,” ucap Angi. ”Sebenarnya dia mau kemana sih?” Kemudian Angi masuk ke salah satu ruangan dan ia terkejut. ”Aaakkkkkhh!!” Seekor tikus melompat tepat di hadapan Angi yang baru saja membuka pintu. Tikus itu berlari sangat cepat dan ia memasuki ruangan lain. Angi yang tak berniat untuk mengagetkan si tikus malah kena batunya. ”Dasar tikuss!!” kesal Angi. ”Ngagetin aja!” Angi melanjutkan pencariannya. Ia menutup kembali pintu ruangan tersebut. Tak disangka, ada sesosok makhluk astral menempel di atas atap ruangan itu. Ia sengaja menjatuhkan air liurnya pada si tikus yang sedang bersembunyi. Hingga si tikus melompat ke arah Angi. Makhluk itu menyeringai sinis.Angi berjalan cepat dan ia melihat punggung A
Anak kecil itu menunjuk ke arah pak satpam yang sedang berdiri di depan pintu masuk. Ia menunjukkan dirinya adalah korban kecelakaan yang tak tertolong dan hingga saat ini keluarganya belum mengetahuinya. Ia meminta bantuan kepada Angi untuk memberi tahu keluarganya. Ia ingin dimakamkan dengan layak. Angi dan Adhimas yang masih syok dengan kehadiran anak kecil itu, belum bisa melakukan sesuatu sesuai yang ia minta. Adhimas dan Angi berpamitan pulang dan berjanji akan membantunya. *Pagi. Pukul 07.00. Adhimas dan Angi bernagkat dari apartemennya. Seperti biasa, Adhimas mengantarkan Angi terlebih dahulu ke kantornya. Ketika ia tiba di pintu masuk, ia teringat dengan anak kecil kemarin malam yang mengikutinya. Ia sudah berjanji untuk membantunya menemukan jasadnya yang terkubur bersama bangunan tersebut. Angi berjalan menuju ruangan kerjanya. Saat melewati ruangan kerja karyawan lain, ia melihat ada beberapa karyawati sedang berkerumun. Ia yang pe
Aku menerima sebuah boneka dari salah satu pasienku. Selama 5 tahun aku mengabdikan diri ke masyarakat sebagai personel kesehatan, ini bukan kali pertama aku menerima hadiah dari pasien. Iya sih, aku memang tidak meminta mereka memberikanku sesuatu. Tapi karena di desa terpencil ini. Hampir semua penduduk adalah petani kecil yang berpenghasilan tidak seberapa. Biaya murah tapi berkualitas. Ini adalah mottoku ketika aku menerima sertifikat kedokteranku. Boneka yang diberikan kepadaku sudah tua. Bajunya sudah lecek. Penuh dengan sobek dibeberapa sisi. Rambutnya juga sebagian sudah rontok. "Nama boneka itu Tania, bu dokter" kata seorang wanita tua yang memberikan kepadaku. "Tania ya? Hihihi. Namanya sama kaya Saya nek" kataku sembari memberikan resep kepadanya. Tangan nenek itu sudah bergemetar. Dia sepertinya sudah susah mengakat tangannya sendiri. Aku melipat surat resep dan meletakannya di tangan kanannya. "Semoga lekas
Kali ini pasien Angi bukan berasal dari local. Ia adalah seorang warga negara asing yang sedang bekerja untuk tiga tahun ke depan di Indonesia. Kedatangannya ke Indonesia ini tidak serta merta membautnya menjadi gembira, pasalnya ia membawa orang lain dalam perjalanannya ini. Bahkan parahnya, orang itu bukanlah manusia melainkan sosok makhluk gaib yang menempel pada tubuhnya hingga terbawa ke sini. “Bagaimana tuan tahu bahwa ada sosok gaib yang mengikuti tuan?” tanya Angi memancing. Padahal, Angi pun sudah melihat hantu wanita itu di samping tuan Jepang itu, sebut saja nama samarannya adalah Juno. “Saya sering sekali bermimpi hantu wanita yang sedang membawa anak kecil yang menangis. Ketika saya mendekati anak tersebut, wajahnya sangat pucat dan badannya sudah kaku. Tapi suaranya begitu keras menangis,” jelasnya. “Lalu, bagaimana jika benar hantu itu ada?” tanya Angi kembali. “Tolong lepaskan hantu itu dari diri saya. Hal ini membuat saya tida
Dengan begitu, selesai sudah tugas Angi untuk membantu pasiennya. Ia cukup untuk memverifikasi jika sang anak sulung itu sudah melakukan tugasnya yang diwasiatkan oleh sang khodam. Baru saja Angi menyelesaikan salah satu tugasnya, kini seorang pasien sudah menghubunginya kembali. Kali ini sang pasien minta untuk penjagaan diri. Hal ini karena dirinya bekerja di bagian yang berhubungan dengan mayat di salah satu rumah sakit. Oleh karena itu, penting baginya agar terlindungi dari gangguan para makhlus halus. Sebut saja namanya Ara. Seorang perawat yang bertugas di bagian ruang jenazah. Yang kemudian mulai terusik oleh kehadiran sesosok makhluk gaib.Ara menceritakan bahwa dirinya tidur di ruangan dekat dengan kamar mayat. Hal ini sudah biasa baginya. Selama ia bekerja di sana belum pernah diganggu oleh sesosok makhluk gaib apapun. Hingga suatu hari itupun terjadi. Setiap hari, setiap malam ia bekerja dengan normal tetapi tidak pada malam itu. Ketika diminta
Sang Mentari mulai menunjukkan cahaya kehangatannya. Angi pun segera bangun dan bergegas untuk memulai pencariannya tentang Penunggu Mustika Putih milik seorang pasien yang datang kepadanya sehari yang lalu. Sang pasien meminta tolong kepada Angi untuk membantu sang kakek agar bisa sembuh dari penyakit menahunnya. Penyakit yang tidak bias aini tidka bisa dilihat oleh ilmu medis, oleh karena itu, sang pasien yang merupakan anak sulungnya itu meminta bantuan kepada seseorang yang ahli dalam ilmu spiritual. Perjalanan pun dimulai dengan tak lupa membawa sang mustika legendaris sebagai penjaga diri Angi dari ancaman para iblis. Angi mulai mendaki gunung Bayangkaki yang berada di daerah Sawoo. Tak lupa Angi membawa pula obat manjurnya, yaitu darah sang ular, untuk berjaga-jaga jika dirinya terluka bahkan ada seseorang yang meminta bantuannya. Sebelum berangkat ke sana Angi mampir sebentar di daerah Jabung buat minum es dawet , asal tau saja d
Batu mustika Batu mulia ialah segala jenis batuan dan mineral yang memiliki sifat fisik dan kimia yang khas,yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku perihasan. Menurut KBBI (2014:7), permata adalah batu berharga yang berwarna indah.Ada yang menyebabkan batu ini berwarnawarni,yaitu komponen unsur kimia penyusunannya (unsur transisi yang memberi warna pada komponen pokok yang biasa bening).Mustika atau Mestika adalah berasal dari Alam, atau Alamiah terbentuk dari Berbagai macam Unsur mulai dari unsur Tumbuhan, unsur binatang, unsur Tanah/bumi, Air, api dan Udara dan juga unsur mineral lainnya.Penamaan Mustika/Mestika ini diambil biasa diambil hanya dari jenis unsur2 tersebut yang terbentuk dalam batuan atau Batu Mustika, Sementara hakiki dan hakikat Terang nyata adanya adalah Unsur-unsur yang terbentuk diatas dan yang mengandung Riwayat jelas serta Biasanya Termasyur dikalangan orang-orang tertentu.Seperti misal Mestika Nabi Nuh
Dalam suasana gelap Angi tak sadar bahwa dirinya kini tak lagi berada dalam pertarungan sengit dengan sang iblis. Dalam dimensi itu ia bertemu dengan KI Slamet yang sudah emnunggunya sejak beberapa jam yang lalu. “Bagaimana perjalananmu sayang? Apakah menyenangkan?” tutur Ki Slamet melihat Angi tergopoh-gopoh menopang tubuhnya agar stabil. “Apa maksud Aki? Apa semua ini bukan bagian dari mimip?” tanya Angi dengan penasaran. Ia bahkan mengira bahwa dirinya masih dalam pertaungan melawan snag iblis yang hampir saja menghabisi nyawanya dalam satu kedipan mata. Lalu, Angi berjalan tertatih dan melangkah maju menuju Ki Slamet yang sedang berdiri di seberang dimensi. Entah apa yang sedang ia rasakan kali ini benar-benar membuatnya sangat bingung. “Kau berada di dimensi ketiga alam bawah sadarmu. Kau sudah menempuh perjalanan berat untuk mendapatkan sang mustika legendaris itu. Kini kau bisa beristirahat untuk oenembuhan lukamu.” “Tapi, bagai
“Dasar! Sama-sama jorok!” gerutu Angi dalam suara lirihnya. Kemudian Angi berjalan maju menuju panggung seni tarian itu dan diikuti oleh Kisman di belakangnya. Mereka berjalan menghampiri sisi panggung karena semua warga berkerumun di sana. Setidaknya mereka bisa menyaksikan penari yang sedang kesurupan ala tarian Dolalak. Penari utama Dolalak sedang berlenggak-lenggok di atas panggung dengan tangan kanan memegang sesaji daun mawar yang ditaburi oleh minak fanbo. Lalu, sontak saja sesaji itu dilemparnya ke arah salah satu penari namun sialnya, sesaji itu terkena wajah Kisman, yang tepat berdiri di sisi penari yang terkena lemparan itu. Tiba-tiba saja Kisman pun ikut kesurupan. Seorang penari yang kesurupan langsung menunjukkan keahliannya dalam menari. Sedangkan Kisman mendadak menjadi seorang yang bertubuh tegap. Angi merasa aneh dengan gelagat Kisman. Akhirnya ia tahu bahwa ada sesosok makhluk yang menginginkan tubuh Kisman. Kisman berjalan me
Suara itu terdengar jelas. Kisman memerhatikan sekitar berharap tidak ada yang akan menerjangnya. Sedangkan Angi tetap tenang. Ia menajamkan pendengarannya ke segala penjuru mata angin. Indera penglihatan ia fokuskan pada setiap gerakan yang mungkin saja muncul dihadapannya. Lalu, Kisman dan Angi mulai melangkah lagi dengan perlahan yang sempat berhenti sejenak. "Krek!" "Krak!" Suara ranting kering yang terinjak itu semakin dekat dengan mereka. Angi mencoba menenangkan Kisman yang mulai panik. Ia sangat takut hingga badannya gemetaran. Lalu, Angi mencoba memerhatikan sekeliling dan menggunakan kekuatan batinnya. Ia tahu ini bukanlah makhlul gaib melainkan seekor binatang buas. "Kita harus cepat," Ucap Angi pada Kisman.Angi dan Kisman berlari secepat mungkin dan benar saja, hal itu memancing sang serigala lereng gunung muncul dan mengejar mereka. Berlari saja tidak cukup, kec
Malam hari pun mulai menyapa sang langit yang biru nan cerah. Warna gelap mulai menghiasi langit. Bintang-bintang berkedip malu untuk muncul menghiasi langit. Inilah tanda ahwa tidak akan turun hujan di mala mini. Sungguh malam yang sangat indah, tepat sekali dijadikan sebuah acara hajatan untuk seorang kaya raya yang sedang mengadakan pesta pernikahan anaknya.Malam ini tidka ada tanda-tand apapun dari warga desa yang belakangan ini sedang memerhatikan keberadaan Angi. Kali ini mereka disibukkan oleh acara Pak Jiman. Sementara, untuk Angi dibiarkan dulu karena mereka tahu bahwa nisanak satu ini tidak menunjukkan tanda-tanda bahaya. Lalu, pada pukul 7 malam sebuah pidato dibuka oleh sang pemangku acara hajat tersebut. Semua warga telah memenuhi halam rumah Pak Jiman yang saat ini sedang duduk di singgasananya. Pesta yang diadakan dengna mewah ini tak tanggung-tanggung diadakan selama tiga hari tiga malam. sungguh penghamburan biaya tapi bagi Pak Jima