Karlina pulang dari rumah ibunya dengan wajah gusar, ia tak menyangka bahwa ia akan kehilangan ayahnya secepat itu, walau dalam dirinya yang baru belum melihat seperti apa wajah ayahnya, namun hatinya merasakan ikatan yang kuat antara anak ayah.
Pikiran negatif pun berkelana dalan benaknya, seperti apakah ia hidup di dunia ini sekali lagi hanya untuk dipermainkan? Kenapa dalam dirinya yang ini ia belum sama sekali merasakan kebahagiaan? Jika kalian ingin tahu renggangnya hubungan Langit dan Karlina saja sudah sudah cukup menyiksa wanita dua anak itu, lalu nanti apa lagi?
Ia harap sudah cukup, Langit sudah cukup membuatnya pusing.
Karlina melangkahkan kakinya memasuki rumah megah tersebut. Disana sudah ada Killa serta Santi yang menyambutnya dengan senyuman hangat namun mood Lina sama sekali tidak bisa diajak kompromi. Karlina hanya bisa membalasnya dengan seulas senyum tipis.
Killa yang menyadari mata sembab nyonya-nya be
Maaf ya jarang update aku sibuk banget soalnya;)
"Mbak Karlin, mau ikut Santi nggak?" tanya Santi. Karlina yang tengah merajut bersama Killa sontak mengalihkan pandangannya."Hmm, kemana?" tanya Karlina."Ke tempat yang indah banget, pasti mbak Karlina suka deh sama tempatnya."Tawaran Santi cukup menarik bagi Karlina, akhirnya wanita itu menyetujui ajakannya namun sebelum itu terlebih dahulu ia pamit untuk menganti baju.Beberapa menit berlalu, Karlina datang dengan rok panjang hingga menutupi mata kaki berwarna putih tulang dengan atasan warna pink. Rambutnya dibiarkan terurai, kesan cantiknya memang elegant."Memangnya kita mau kemana sih, San?""Ke mall!!"****Karlina tidak pernah menduga Santi akan mengajaknya ke Mall, bukan untuk berbelanja melainkan untuk bermain di Timezone,Kalian tahu perasaan Karlina saat ini? Ia sangat malu, b
"Dia siapa Ma?" tanya Riana kala melihat keberadaan sosok gadis kecil dengan boneka beruang warna cokelat di pelukannya. Pasalnya tadi saat berangkat belum ada gadis itu.Karlina terkekeh. Ia membelai rambut panjang Yara. "Coba kalian kenalan dulu," kata Karlina. Yara menatap Karlina dan Riana bergantian."Hai kak, nama aku Yara kalau nama panjangnya Kayara Ayana." kata Yara memperkenalkan diri."Asal usul?" Pertanyaan itu membuat Yara bungkam. Ia tidak tahu dimana rumahnya yang jelas ia ditinggalkan sang Mama sendirian di mall lalu ditemukan oleh Karlina.Menyadari suasana mulai canggung bagi Yara. Karlina lalu berdehem untuk mencairkan suasana. "Yara masuk yuk, mandi dulu yah?" kata Karlina diangguki Yara.Mereka masuk ke rumah. Berulang kali Yara berdecak kagum mengamati desain rumah bak istana itu, bahkan rumah ini lebih bagus dari restoran bintang lima yang ia datangi tadi. Mungkin bisa dikatakan ia beruntung karna dipertemukan dengan orang ka
Dua hari sudah berlalu. Masih bum ada kabar tentang Mama Yara, gadis kecil itu juga sudah mulai akrab dengan keluarga Husein dan yah mereka mau menerima Yara. Bahkan nanti jika orang tua Yara belum ditemukan dalam waktu satu bulan, gadis itu akan diangkat menjadi keluarga besar Husein. Ya, Kayara Ayana Husein.Rasanya seperti mimpi keluarga Husein memberikan marga nya pada anak yang entah dari mana asalnya. Apalagi marga tersebut sangat terpandang dikalangan perusahaan entertainment bahkan sampai ke luar negeri.Semua itu berkat Karlina Agna Husein tentunya. Tanpa perjuangan wanita itu mungkin Husein Entertainment hanya dikenal sebagai perusahaan biasa."Tante Yara mau nambah lagi makannya!" ujar gadis itu, saat ini semua orang tengah makan malam.Karlina dengan senang hati memberikan Yara lauk serta nasi dan beberapa sayuran. Yara tersenyum kecil."Terima kasih."Oh iya, ngomong-ngomong Johan juga menerima Yara, gadis kecil yang mengemaskan
"Karlin, jangan larian sayang. Nanti jatuh sakit loh," ujar seorang wanita paruh baya pemilik senyuman terhangat sepanjang masa, dia Sarah ibu dari Karlina Agna.Karlina kecil terus berlarian tanpa peduli ibunya yang terus mengomeli, menyuruh gadis kecil itu untuk segera berhenti, namun tetap saja Karlina memilih berlarian."Bunda ayo main sama Karlin!" seru gadis itu sembari berputar-putar bersama boneka beruangnya. Saat tengah asik bermain, satu pria kecil muncul bersama ibundanya."Davv!!" Karlina kecil langsung berlari memeluk pria kecil yang dipanggil Dav tadi. Sementara Zara, Mama Dav memilih untuk duduk bersama Sarah.Dav membalas pelukan Karlina singkat, matanya beralih menatap boneka beruang yang ada digenggaman Karlina. "Masih main boneka ini?" tanya Dav diangguki Karlina."Iya dong, ini Boneka kesayangan aku tahu!" Tiba-tiba terlintas dalam pikiran Karlina, gadis itu menginggat sesuatu. "Bunda, Ana kapan datangnya?" tanyanya pada Sarah.
Sebenarnya ada apa ini? Siapa Anna dan Santi? Kenapa keduanya memiliki kemiripan yang hampir sama?Apa Anna adalah Santi?Menyadari ada tatapan aneh dengan Karlina. Santi mendadak jadi takut begini, suasana pun menjadi canggung. Untung saja ada Yara yang baru saja datang, Santi menghembuskan nafas lega melihat kedatangan Yara."Tante Mama, Yara laper ..." kata Yara dengan wajah memelasnya. Ia memegangi perutnya.Karlina mengalihkan pandangannya, ia menatap Yara yang menatapnya polos, gadis kecil itu nampak seperti anak kucing yang kelaparan. Karlina bangkit dari duduknya lantas ia menggandeng Yara dan membawanya ke dalam untuk makan.Disana Santi menarik nafas dalam-dalam, ia menatap Yara dengan senyum tipis. "Makasih, Yara..."***"Yara boleh bantu Tante Mama masak?" tanya Yara dengan seulas senyum kecil, dari tadi ia hanya melihat Karlina yang tengah memotong sayuran atau sesekali mencuci sayuran tersebut.Karlina mengg
"Kak Riana, Yara belikan sesuatu untuk Kaka!!" teriak Yara langsung memasuki kamar Riana tanpa izin. Disana terdapat Riana yang tengah belajar keras untuk olimpiade matematika yang akan segera diadakan.Riana melepaskan kacamatanya. Ia menatap Yara dengan tas besar berisi boneka. "Ini untuk Kak Riana, biar kamarnya nggak kosong, kebanyakan buku semua," jujur saja Yara terkadang jenuh jika berada di kamar Riana. Hanya buku-buku dan piala saja yang ada. Tidak ada satupun mainan.Riana tersenyum tipis. Ia membuka tas tersebut isinya beberapa boneka kecil yang cantik.Ia menatap sekeliling, hanya ada buku yang memenuhi kamarnya. "Kayara, mau nggak bantu kakak dekor kamar ini?" tawar Riana. Yara dengan senang hati mengangguk."Aku mau membantu kakak!"Kedua gadis itu mengosongkan rak buku terlebih dahulu, jika kalian berpikir rak buku biasanya berdebu maka tidak dengan ini. Asisten rumah tangga disini sangat teliti, karna dulu Karlina sangat anti
Dulu saat Langit kelas 5 SD ...Langit kecil itu tengah menunggu kedatangan orang tuanya. Dari tadi ia hanya duduk didepan kelas sembari memperhatikan beberapa siswa yang keluar dari kelas dengan orang tuanya yang mengambilkan raport.Beberapa kejadian random sudah dilihatnya, mulai dari anak yang dimarahi walinya karna nilai raportnya yang turun atau semakin buruk dan ada pula yang dipuji orang tuanya karna nilainya semakin baik. Seperti ini:"Kamu kenapa nilainya malah anjlok begini, Deo. Ini pasti karna kebanyakan main hp, mulai sekarang Deo nggak boleh main hp lagi!" ujar sang Mama."Iya Ma.." anak itu hanya bisa menarik nafas dalam-dalam.Disisi lain ada pula anak yang dibanggakan oleh sang Mama. "Hanna pintar yah, kemarin ranking sepuluh sekarang rangking lima. Mama bangga sama Hanna," ucap sang Mama sembari mengusap kepala anaknya."Terima kasih Mama!"Jika boleh memilih, Langit tidak berharap menjadi opsi kedua tadi, tidak apa nilainya buru
"Riana?" panggil Langit kala melihat adiknya yang tengah membaca novel ditaman pribadi samping rumah. Riana menoleh ia menatap abangnya, banyak sekali perubahan dalam diri Langit yang baru diketahui Riana, mulai tumbuh kumis tipis dan janggut didagu serta atas bibir cowok itu.Begitu pula dengan Langit yang baru menyadari adiknya kini sudah dewasa dan tumbuh menjadi wanita yang berkarir dan sukses diusianya yang dibilang muda, oh iya selain pembisnis, Riana juga seorang penulis yang karyanya best Seller."Iya?" jawab Riana, Langit mendekat, dan duduk disamping Riana. Tangannya terulur mengusap puncak kepala adiknya. Ia tidak menyangka adiknya yang kecil itu sudah sebesar ini sekarang dan Langit sangat menyayangi Riana."Lagi apa?" tanya Langit."Ini baca novel, cari referensi gitu untuk novel barunya Riana," Riana terkekeh. "Oh iya bang, bentar lagi temen Riana, Niza sama Amanda mau datang ke sini. Gapapa kan?" tanya Riana meminta izin.Langit mengangguk. "I
Samar-samar di balik pintu Karlina dapat mendengar perbincangan Dav dengan seseorang ditelpon, nada bicara Dav yang tegas membuat Karlina cukup merinding, apalagi saat mendengar hal yang pria itu katakan."Jika kau tidak menemukan anak itu sebelum pukul dua belas malam, maka kepalamu lah yang akan menjadi gantinya. Maka sekarang cepatlah pergi dan temukan Kayara!" kata Dav yang dapat didengar oleh Karlina.Lalu beberapa saat kemudian ia kembali mendengar Dav berbicara ditelpon dan kali ini dengan orang yang berbeda. "Kerahkan seluruh anak buahmu untuk mencari Kayara, bila perlu sampai ke penjuru dunia. Aku tidak mau mendengar kanar buruk dari kalian, dan yah .., bawa penculiknya entah itu dalam keadaan hidup ataupun sudah mati yang jelas aku ingin melihatnya."Setelah mengucapkan itu, sepertinya Dav sudah mengakhiri telponnya dan Karlina yang berada di balik pintu was was sendiri, takut jika Dav memergokinya sedang menguping pembicaraan.Engsel pintu dibu
"Ada apa ini?" suara bariton itu membuat semua orang yang ada disana seketika diam, suasana pun menjadi hening, tak ada satupun dari mereka yang berani bicara. Pria iti menatap Langit dengan alisnya yang terangkat satu. "Bisa kamu jaga ucapanmu kepada ibumu anak muda?"Langit tak menjawab, ia hanya melemparkan lirikan sinisnya.Pria itu menatap Karlina yang tertunduk dilantai dengan isakan keras yang terus mengiringi. Hati pria itu merasa iba, lantas tanpa permisi ia mendekat dan merangkul wanita itu."Ada apa Karlin?" Mendengar suara yang tak asing lagi, Karlina menoleh ia lantas memeluk tubuh pria tadi erat, tangisnya semakin kencang."Yara, Dav. Yara hilang!" kata Karlina tak sanggup lagi menahan isak tangisnya yang terus keluar. "Yara ...,"Yaps, pria itu adalah Davendra, tadi dijalan ia melihat Langit tengah kebingungan mencari sesuatu, lantas ia mengikuti cowok itu untuk bertanya namun Langit keburu pulang.Dan saat Dav ke kediam
"Mama takut apa dan sama siapa?" tanya Riana mengusap punggung ibunya lembut, jujur saja ia takut jika suatu hal akan terjadi pada Karlina, ia tak mau itu terjadi. Karlina menggeleng lemah ia menenggelamkan kepalanya di bahu sang putri. "Mama takut sama Mama yang dulu, Mama nggak mau jadi dia lagi. Mama ingin menjadi sosok Mama yang baik untuk Riana, Yara dan Langit.." Riana tersenyum tipis mendengar itu, hatinya menghangat ternyata memang benar bahwa Mama nya yang ini sangat menyayanginya. Begitu juga Riana yang akan selalu menyayangi Langit. "Mama tenang aja, nggak usah takut. Riana ada disamping Mama, jadi Mama aman." Karlina mengangguk kecil pikirannya sudah cukup tenang mendengar kalimat yang diucapkan Riana tadi. "Terima kasih, Sayang." *** "Abang, Riana boleh minta tolong nggak?" tanya Riana was-was. Tadi ia dimintai Karlina untuk menjemput Yara yang hari ini hari pertama sekolahnya, dan kebetulan Riana tengah libur jadi
Semua orang berkumpul dimeja makan tak terkecuali Langit. Kue buatan Yara dan Karlina pun menjadi daya tarik tersendiri disana.Riana baru saja pulang ikut duduk memandangi roti tersebut. Semua orang terkejut, baru kali ini semua orang melihat Kue buatan Karlina."Ini serius buatan Mama?" tanya Riana tak percaya.Karlina terkekeh ia mengelus puncak kepala Yara yang duduk disampingnya. "Sama buatan Yara juga," kata Karlina diangguki Riana."Maaf yah tadi aku nggak bisa bantu kalian," Riana menunduk dalam seolah sangat menyesali perbuatan.Karlina berdehem. "Gapapa Aqis, lagi pula kue nya juga sudah jadi, ayo cicipi."Killa menunduk ia mengambil pisau dan membelah kue tadi menjadi beberapa bagian, lalu ia berikan ke piring yang ada disana. Namun saat sampai ke piring Langit ia berkata."Em, Bi Killa. Tolong nanti makanannya antarkan ke atas saja yah," kata Langit."Lantas kue nya Tuan?"Langit mengeleng, ia melirik Karlina
Langit terdiam, ia menatap Mama dan juga adik tirinya dengan tatapan penuh amarah, namun mulutnya hanya bisa terkunci. Ia menarik nafas dalam, perlahan meninggalkan ruangan itu.Kalian tahu? Langit cemburu melihat kedekatan Kayara dengan Karlina, iya kasih sayang yang belum ia pernah dapatkan dengan mudahnya Ara ambil bahkan gadis yang entah dari mana itu tak perlu bersusah payah seperti Langit dulu.Tidak adil baginya.Ia merebahkan dirinya di kasur, sebentar lagi Riana akan pulang dan Langit mulai berimajinasi, menginggat kenangannya bersama Milea untuk diceritakan ke Riana nantinya."Milea Amanditha."***Jam pembelajaran terakhir di kelas Riana baru saja selesai, kini ia tengah bersiap pulang bersama kedua temannya, Niza dan Amel."Ri, apa lo nanti nggak bisa beneran ikut kita ke tempat biasa?" tanya Niza agak kecewa mendengar keputusan Riana yang tidak ikut dulu ke warung Bu Wiwid untuk memakan pecel disana.
"Santi, boleh aku tanyakan sesuatu padamu?" tanya Karlina begitu mendadak karna saat di Restoran tadi ia memikirkan hal yang belum ia ketahui.Santi yang tengah menonton tv me-mute televisinya sejenak agar ucapan Karlina tidak terpotong atau terganggu. "Iya, ada apa mbak?" tanya Santi."Kamu ini sudah punya suami atau belum?" tanya Karlina membuat Santi menegang sejenak.Santi menggeleng. "Mbak kenapa tanya gitu yah?" tanya Santi sembari terkekeh garing.Karlina mengidikan bahunya. "Nggak tau, San. Tiba-tiba aja kepikiran gitu."Santi menganggukan kepalanya. "Iya aku udah punya suami mbak," jawabnya dengan senyuman kaku.Karlina memanggut. "Dia sekarang dimana, San?" Entah mengapa, menurut Karlina, mendapat pertanyaan seperti itu mimik wajah Santi seolah menjadi pucat pasi, seperti ada yang wanita itu sembunyikan.Santi berdehem untuk menghilangkan rasa gugup dalam dirinya. "Em, itu mbak dia ada di ... Prancis hehe, biasa urusan peker
"Karlina!" Merasa namanya dipanggil Karlina menoleh, ia menatap sosok sahabat kecilnya, Davendra atau kerap dipanggil Dav. Dav tersenyum senang melihat kehadiran Karlina disini, ia mendekati wanita itu. "Aneh ya, kita selalu nggak sengaja ketemu ditempat umum," Dav terkekeh. Karlina tersenyum tipis. "Mungkin kebetulan," balas wanita itu. Tangannya bergerak memilah kuas untuk Yara nanti. "Beli alat lukis untuk Riana?" tanya Dav. Karlina menggeleng. "Bukan tapi untuk anak adopsiku, kamu sudah mendengar kabar itu bukan?" tanya Karlina, Dav mengangguk. Memang berita tentang Karlina mengadopsi anak yang ditemukan di mall viral bulan lalu. Seorang pengusaha sukses mengadopsi anak jalanan? "Iya kabar itu trending di sosmed beberapa minggu lalu, apa kamu yakin dengan pilihanmu itu Karlin? Bahkan kamu saja tidak mengetahui asal usul anak itu," kata Dav. "Aku yakin dengan hati aku, Dav. Hati aku udah milih Yara sebagai anak angkat mungki
Sepanjang hari, Yara terus menemani Karlina yang tengah tertidur, sebenarnya Yara pun juga merasa ngantuk, namun ia harus tetap terjaga agar ia bisa menjaga Karlina."Tante Mama kelihatan capek banget," tangan Yara membelai lembut rambut Karlina. Senyum kecilnya menghiasi bibir mungilnya.Yara ikut merebahkan dirinya diatas kasur, tepat disamping Karlina. "Tante Mama baik banget, makasih sudah mau mengadopsi Yara. Yara janji, Yara nggak akan buat Tante Mama nangis lagi," kata gadis itu sedikit berbisik.***Merasa perutnya lapar, Yara memutuskan untuk turun ke bawah menginggat bahwa ia memiliki penyakit maag maka ia tak mau merepotkan Karlina.Saat perjalanan menuju dapur, matanya tak sengaja menangkap sosok Langit yang tengah meminum kopinya di meja makan. Yara tak takut lagi dengan Langit, apalagi saat teringat bagaimana kasarnya Langit kepada Karlina.Yara mendekati Langit tanpa getar, ia menatap tajam Langit. La
"Tante juga kangen Lea, Langit ..." lirih Santi.Hampir semua penghuni rumah itu sudah mengenal siapa Milea, temasuk Karlina namun saat ia belum hilang ingatan tentunya. Dulu Langit sering membawa Milea berkunjung ke rumahnya tapi kalau Karlina pergi jadi sangat jarang bagi Milea bertemu dengan Karlina, tapi sekalinya ketemu eh malah ada tragedi mengerikan itu."Andai dulu Langit nggak memperkenalkan Lea ke Mama, pasti saat ini aku masih sama Lea ya walaupun diam-diam pacarannya," Langit menarik nafas panjang, ia merebahkan dirinya dikasur.Santi menatap Langit prihatin, jujur ia merasakan apa yang Langit rasakan saat ini, menginggat betapa besar rasa cinta Langit ke gadis bernama Milea. "Bukan salah kamu, Langit. Ini sudah ditentukan Tuhan walaupun kamu sembunyikan pasti nantinya akan ketahuan juga kan?"Langit menatap Santi dengan tatapan sendu. Bagaimana pun yang dikatakan Santi ada benarnya juga. "Hmm, aku bingung sekaligus rindu."Perihal rind