Hari-hari terus berlalu dan Chandra masih terus menuruti keinginan Hesti untuk dekat dengan Rani. Keduanya menjadi semakin dekat dan sering jalan bersama.Siang ini Chandra tengah menemani Rani berbelanja di sebuah mall. Keduanya bergandengan begitu sangat mesra sembari sesekali tertawa bersama.Tiba-tiba langkah kaki Chandra terhenti saat dari kejauhan ia melihat Nadira dan Wildan yang juga tengah berbelanja di tempat yang sama."Kita ke tempat lain saja, ya." Chandra langsung menarik tangan Rani untuk meninggalkan tempat itu tapi Rani menahannya."Nggak mau, Mas. Kenapa kita harus pergi dari sini. Apa karena dia," ucap Rani menunjuk ke arah Nadira.Rupanya Rani pun sejak tadi sudah melihat keberadaan Nadira dan Wildan yang tengah berada di tempat yang sama dengannya."Emmm e-nggak kok. Bukan karena mereka." Chandra beralasan. Ia masih terus menarik tangan Rani untuk segera pergi meninggalkan tempat itu sebelum Nadira dan Wildan melihat mereka tapi Rani bersikeras menolak."Kalau buk
"Maksud kamu tuh apa sih, Rani? Kenapa kamu pake bilang segala ke mereka kalo kamu itu calon istriku," umpat Chandra memaki Rani.Nada suaranya meninggi dan matanya memerah menunjukkan kemarahannya saat itu."Loh tapi apa yang aku katakan itu memang benar, kan, Mas? Kenapa kamu marah-marah begini sih." Rani kemudian cemberut pada Chandra yang memaki-maki dirinya setelah meninggalkan Nadira dan juga Wildan."Tapi kamu tahu kan kalau itu nggak penting. Nggak ada gunanya kamu memberitahu mereka kalau kamu itu calon istriku," sergah Chandra lagi."Aku melakukan itu agar Nadira tahu bahwa kamu adalah milikku dan dia jangan berani untuk menggoda mu.""Nadira bukan perempuan seperti itu. Dia tidak pernah menggodaku ataupun menggoda pria lain," ucap Chandra membela Nadira."Itu kan kata kamu, kenyataannya dia itu kan adalah penggoda. Ibu kamu sendiri kok yang bilang sama aku kalau Nadira itu perempuan nggak bener. Dia itu genit sama laki-laki dan suka cari perhatian makanya aku sengaja bilang
Sesampainya di rumah dan masuk ke kamar, Roy langsung melampiaskan kemarahannya pada Anita. Dengan keras ia membanting jas hitam yang tadi ia pakai."Mas, kamu masih marah padaku, ya? Aku kan sudah bilang kalau dia itu hanya teman SMA-ku dulu," ucap Anita menenangkan Roy agar tidak marah."Aku marah bukan karena itu, Anita. Tapi apa kamu tidak sadar bagaimana cara dia menatapmu? Itu aneh Anita! Dia seperti menyukaimu," jawab Roy dengan posisi membelakangi Anita tapi Anita tak menyerah begitu saja.Ia tahu bahwa Roy sedang marah padanya dan ia harus segera menenangkannya agar masalah itu tak terus berlarut. Intinya ia tak ingin membuat Roy curiga padanya."Itu hanya perasaanmu saja, Mas. Kamu pasti merasa cemburu padaku karena tadi berduaan dengannya makanya kamu merasa dia seperti itu. Tapi kamu harus percaya padaku kalau aku benar-benar setia padamu dan aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya," jelas Anita meyakinkan Roy.Perlahan tangan Anita pun meraih tubuh Roy lalu membalikkanny
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu oleh Rani pun tiba. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Chandra.Tamu-tamu tampak memadati gedung yang sudah disewa oleh Rani dan aneka makanan pun sudah tersaji lengkap di atas meja."Bagaimana calon pengantin? Apa kamu sudah siap?" tanya Anita yang saat itu berdiri di belakang Rani yang tengah menghadap cermin. Ia akan mendampingi Rani saat menuju ke tempat akad."Aku merasa sedikit gugup," jawab Rani menstabilkan napasnya saat itu."Tenanglah, Rani. Semua pasangan pengantin memang akan merasa gugup saat acara seperti ini tapi kamu harus yakin kalau semua ini akan berjalan dengan lancar," ucap Anita menenangkan Rani yang terlihat gugup.Rani pun menoleh ke arah Anita yang ada di belakangnya. "Aku benar-benar sangat beruntung punya ipar seperti kamu. Aku harap setelah nanti aku resmi menjadi istrinya mas Chandra, kita bisa dekat, ya," ucap Rani mengapit tangan Anita.Anita pun tersenyum dan berkata "tentu saja. Aku juga sangat senang karena ak
Setelah selesai sarapan, Chandra, Roy dan Rani pun berangkat bekerja dan tinggallah Hesti dan Anita di rumah yang masih membereskan bekas sarapan mereka pagi itu."Bu, menurut ibu ada yang aneh nggak sih dari Rani?" tanya Anita tiba-tiba.Hesti yang tengah mengelap meja makan pun segera menghentikan kegiatannya. Ia terdiam sejenak lalu menoleh ke arah Anita yang tengah mencuci piring."Maksud kamu apa?" tanya Hesti kemudian melangkahkan kakinya mendekati Anita.Anita pun turut menghentikan kegiatannya yang tengah mencuci piring. Ia menoleh ke arah Hesti yang kini sudah berada di depannya."Ya masa di hari pertama dia menjadi seorang istri, dia malah pesan makanan bukannya masak sendiri untuk makan suaminya dan lagi, kalimat yang tadi dia ucapkan puji terasa sangat aneh," ucap Anita mengatakan apa yang ia rasakan.Hesti kembali terdiam. Ia memikirkan apa yang dikatakan oleh Anita barusan. Memang Hesti pun merasakan apa yang Anita rasakan tapi ia memilih diam karena gengsi jika harus me
"Kenapa ibu sangat membenciku, Bu? Apa salahku pada ibu?" tanya Nadira dengan mata berkaca-kaca.Kalimat itu sudah sejak lama ingin Nadira lontarkan pada Hesti tapi ia tak pernah mendapatkan kesempatan yang pas. Hari ini pertanyaan itu akhirnya lolos begitu saja dari mulutnya.Dengan senyum kecut di bibir Hesti, ia pun menjawab pertanyaan Nadira yang saat itu tampak masih menunggu jawaban dari Hesti."Salahmu adalah dicintai oleh Chandra! Kamu mengambil semua perhatian Chandra dan kasih sayang Chandra yang seharusnya diberikan hanya untukku. Semenjak kehadiran mu, Chandra jadi menomorduakan aku, itulah sebabnya aku membencimu."Akhirnya terjawab sudah semua rasa penasaran Nadira selama ini. Ia sama sekali tak menyangka jika Hesti tak suka padanya hanya karena merasa dinomorduakan oleh anak kandungnya sendiri."Aku minta maaf jika ibu merasa aku sudah merebut semua itu dari ibu.. perhatian, kasih sayang yang seharusnya diberikan pada ibu jadi terbagi untukku juga. Tapi sungguh, aku pun
Roy pun mengembalikan ponsel milik Anita setelah melihat nama yang tertera di ponsel adalah nama seorang wanita."Sudah kubilang kan padamu kalau itu teman wanita," ucap Anita menyalahkan Roy atas tuduhannya yang terbukti salah."Iya maaf. Yaudah aku mau mandi dulu, nanti kamu siapkan aku makan ya," ujar Roy dengan lesu tak bersemangat.Roy pun mulai melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi dan meninggalkan Anita sendiri di dalam kamar."Huh, untung saja aku memberi nama mas Rendi dengan nama perempuan. Sudah aku duga hal seperti ini akan terjadi untungnya aku sudah dulu berjaga-jaga," batin Anita menghembuskan napas lega.***Saat itu dengan wajah lelah, Rani pulang dan langsung masuk ke dalam kamar. Tampak Chandra yang sedang tiduran di atas kasur karena ia pulang lebih dulu."Kamu sudah pulang, Ran?" tanya Chandra segera bangkit dari posisinya yang tengah bersandar pada bantal."Menurutmu bagaiman?" Rani tampak sangat lemas."Hari ini aku capek sekali, Mas. Banyak sekali pelangga
Keesokannya Chandra dan yang lainnya sudah duduk di kursi meja makan dan siap untuk sarapan. Tampak Anita yang sangat sibuk menyiapkan sarapan pagi itu."Loh Mas, kamu kok belum siap-siap sih, kamu nggak mau berangkat kerja?" tanya Rani dengan kening mengernyit."Emmm a-aku hari ini libur, Ran. Perutku masih nggak enak," jawab Rani."Huh dasar, punya suami kok gini banget sih. Nyesel banget aku nikah sama Mas Chandra. Bukannya dia yang menuhin kebutuhanku, ini malah aku yang memenuhi kebutuhan orang tuanya dan keluarga ini," batin Rani sedikit kesal.Tak ada lagi kalimat yang keluar dari mulut Rani saat itu. Ia lebih memilih menyantap sarapannya dan mengabaikan Chandra yang saat itu terlihat sedikit pucat."Ya ampun, kamu sakit, Chandra? Yaudah nanti kita ke rumah sakit ya buat berobat." Hesti yang panik melihat putra kesayangannya sakit lantas cepat bertindak."Nggak apa-apa kok, Bu. Aku baik-baik saja," jawab Chandra menolak."Ibu benar, Chandra. Kalau kamu sakit sebaiknya kamu bero