Home / Pernikahan / Sumpah Palsu Suami Siri / Percakapan Diam-Diam

Share

Percakapan Diam-Diam

last update Last Updated: 2022-05-05 02:34:48
Entah berapa lama aku tertidur. Saat kubuka mataku kulihat Kang Wirna sedang khusuk berdoa di atas sejadah di ruang tamu yang kami jadikan tempat sholat berjamaah berdua.

“Oh, sudah Ashar..!” gumamku yang teringat bahwa aku baru menunaikan sholat dzuhur tadinya. Aku berusaha turun dari kasur yang berlapis dua sehingga agak tinggi. Tempat tidur kami hanya dua batang spring bed ukuran lajang yang aku lapiskan. Itu cukup buat kami tidur berdua karena tubuh suamiku tidaklah besar. Kang Wirna tidak mau jika kedua spring bed itu aku susun sejajar agar lapang. Selain karena kamar kami sempit, Kang Wirna bilang, “jika kasurnya kecil kita akan tidur berdempetan terus. Abi nggak bisa jauh-jauh dari Ami.”

Ya sudahlah. Kekurangan ekonomi yang kami miliki malah kami manfaatkan untuk mengambil kebahagiaan. Intinya kami mensyukuri apa pun keadaan kami.

“Eh, Ami sudah bangun.” Kang Wirna menyapa dari ruang tamu. Kulihat tidak ada lagi koperku di ruang tamu itu. Semua sudah rapi. Aku yakin Kang Wirna p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Pindah Kamar

    Kugeliatkan tubuhku di atas kasur dan kurasakan tubuhku mulai terasa segar. Aku ingin pipis dan perlahan aku bangkit lalu berjalan ke kamar mandi. Setelah melepas hajat kecil yang tadi menyakitkan perutku, kini sudah semakin sangat lega kurasa.Aku duduk di ruang tamu yang hanya beralaskan karpet plastik tipis dan tidak memiliki kursi tamu. Hanya duduk di lantai yang terasa cukup dingin.Dari teras rumah aku dengarkan Kang Wirna terus bercakap-cakap dengan memakai bahasa daerah. Aku mencoba mencari tahu arti ucapan-ucapannya melalui nalarku.Aku tidak mengerti sama sekali.Namun dari intonasi yang aku dengarkan, sepertinya Kang Wirna tengah memberikan pengertian kepada seseorang. “Apakah Kang Wirna sedang berbicara dengan istrinya?” Hatiku terbakar cemburu namun aku berusaha menenangkan diriku. Kubiarkan saja masalah ini berjalan seperti air mengalir. Ke manakah muaranya? Kita lihat saja nanti, begitulah kesimpulanku.Kulihat jam dinding telah menunjukkan pukul sepuluh malam hari. Da

    Last Updated : 2022-05-05
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Cerita Tentang Santet

    “Nih kopinya, Bi!” ujarku dengan intonasi melunak sambil menyodorkan secangkir kopi yang masih berasap ke hadapan Kang Wirna. Ia duduk di lantai kamar sementara ponselnya yang ada di hadapannya sering terdengar bunyi notifikasi dan demikian juga dengan ponselku. Namun dari ponselku, aku yakin hanya pesan dari grup saja.“Ya Mi!” jawab Kang Wirna lalu meraih ponselnya. Tanpa melihat pesan masuk terlebih dahulu, ia menekan tombol off yang ada di sisi benda pipih itu.“Matikan saja biar tidak mengganggu. Ponsel Ami juga!” titahnya. Aku mengangguk dan langsung mematikan ponselku juga.“Ceritalah Bi. Sebenarnya kenapa sih kok kita bisa sampai menikah dengan sangat tiba-tiba. Padahal dulu kita kan sudah seperti saudara atau Kakak beradik.” ucapku membuka pembicaraan.Kang Wirna belum menjawab, ia hanya meniup uap kopi yang masih mengepul dari cangkir yang aku suguhkan kepadanya.“Ami terkadang merasa bersalah Bi. Gara-gara Ami, Abi harus berpisah dengan istri Abi. Kalau Ami tahu cerita yan

    Last Updated : 2022-05-05
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Petuah Suami

    Bukankah Anak Abi cuma ada dua orang? Yang sulung bernama Haris dan kecil bernama Yoga?Kang Wirna mengangguk. “Benar! Sekarang cuma ada dua orang karena anak sulung Abi sudah meninggal. Ia meninggal ketika sedang lucu-lucunya. Baru pandai manggil ‘Bapak’.” ucap Kang Wirna dengan mata menerawang seakan mengumpulkan kenangan pahit di masa lalu. Bahkan aku lihat matanya berlinang.Ooh...Aku tercekat ikut pilu.“Anak Abi meninggal karena sakit yang tidak jelas. Sudah banyak rumah sakit yang kami datangi serta Dokter, namun tidak ada yang bisa menjelaskan anak Abi sakit apa.” lanjutnya.“Padahal...” Kang Wirna tercekat. “’Padahal itu adalah anak Abi satu-satunya saat itu.” Akhirnya Kang Wirna benar-benar menangis.Ooh...Aku makin tercekat pilu. Aku dapat merasakan kesedihan Kang Wirna karena kehilangan anaknya. Beberapa bulan bergaul dengan Kang Wirna aku bisa merasakan kalau Kang Wirna sebenarnya sangat menyayangi anak-anaknya. Namun kepada Sarmini istrinya, Kang Wirna seakan menaruh

    Last Updated : 2022-05-05
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Bersujud

    Semenjak tersiar kabar Kang Wirna menikah denganku, di kampungnya mungkin sudah terjadi kegaduhan. Kang Wirna pun terlihat tidak nyaman. Namun di hadapanku ia berusaha bersikap tenang. Aku menunggu saja reaksi darinya. Aku memilih seperti tidak terlalu memikirkan hal itu.Ponsel Kang Wirna tidak lagi dikunci. Aku bebas melakukan apa saja di ponsel miliknya jika siang hari atau saat Kang Wirna ada di rumah. Namun aku masih menahan diri tidak terlalu over acting. Cukup melihat dan memperhatikan sikap Kang Wirna yang tampak gelisah.Pada suatu hari aku mengajak Kang Wirna bertamu ke rumah temanku karena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan temanku itu. Beberapa menit berbincang dengan temanku, Kang Wirna permisi untuk membeli rokok. Satu jam lebih Kang Wirna belum juga kembali. Hatiku mulai curiga kalau dirinya menelepon Sarmini. Namun kemarahanku tidak kuperlihatkan di hadapan temanku.“Mungkin sepeda motor Kang Wirna mogok lagi.” Kataku kepada temanku setelah hampir dua jam aku m

    Last Updated : 2022-05-05
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Telepon Dari Sarmini

    “Begitulah ceritanya!” ujarku kepada Risma setelah aku selesai menceritakan semua kejadian-kejadian yang tengah terjadi dalam rumah tanggaku dengan Kang Wirna, kepada sahabatku Risma lewat pembicaraan video call siang itu. Kang Wirna sedang tidak berada di rumah, ia sedang menemui Siregar untuk meminjam uang kepada rentenir itu.Wajah Risma kulihat menegang. Aku tahu ia cukup terkejut mendengar ceritaku yang panjang lebar seperti yang diceritakan Kang Wirna kepadaku semalam.“Hm, aku melihatmu dengan Kang Wirna seakan datang dari dua dunia yang berbeda bahkan berlawanan arah.” Komentar Risma akhirnya terdengar juga setelah cukup lama ia merenung berdiam diri.Risma juga memanggil Kang Wirna dengan embel-embel ‘Kang’ walau umur Kang Wirna jauh di bawah usianya. Itu sebagai penghargaannya kepadaku, temannya. Kepada Kang Wirna, aku meminta ia menyapa Risma dengan panggilan ‘Kak’. Itu sebagai panggilan penghargaan kepada orang yang lebih tua, agar tercipta komunikasi yang saling mengharga

    Last Updated : 2022-05-06
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Perlakuan Manis Yang Membunuh

    Di atas sebatang kayu tumbang aku duduk termenung. Sinar matahari yang sangat menyengat siang itu terhalang oleh daun pohon petai Cina yang tumbuh merimbun.“Ya Allah, apa yang harus aku lakukan dalam menjalani skenario yang telah engkau suguhkan ke jalan hidupku ini.” desahku dengan mata membasah.Untuk kehilangan Kang Wirna aku sungguh tidaklah sanggup. Kang Wirna adalah suami terbaik yang ada di muka bumi ini. Setidaknya itu menurutku.Kuingat kejadian sekitar sebulan yang lalu. Kala itu sekitar pukul sepuluh malam, kami pulang berziarah untuk sekedar membaca doa dan surat Yassin di pusara seorang syekh atau ulama yang sudah meninggal. Di tengah jalan kami harus berhenti karena ban belakang motor yang kami kendarai bocor. Kang Wirna menuntun sepeda motor sewaan itu dan aku membantu mendorong dari belakang.Sekitar lima belas menit mendorong sepeda motor tersebut, kami menemukan pondok kecil di pinggir jalan yang masih buka menerima jasa tempel ban. Kang Wirna segera menyerahkan sep

    Last Updated : 2022-05-06
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Rencana Jadi Penulis

    “Sudah kenyang, Bi?” tanyaku setelah nasi ludes di piringku.“Tambah Mi!” seru Kang Wirna.“Oh, Abi banyak makan sekarang. Pasti sebentar lagi badan Abi makin berisi dan makin tampan.” ucapku sambil memasukkan nasi dan lauk pauk serta sayur ke piring.Kang Wirna bangkit dan menuju kran air lalu mencuci tangannya. “Sekarang aja Abi sudah agak gemuk Mi! Kata teman-teman Abi, Abi makin bersih dan terurus.” Kang Wirna duduk kembali di atas dipan dan menjulurkan tangannya meminta piring yang aku pegang. Aku pikir Kang Wirna ingin melanjutkan makan sendiri dan aku menyerahkan piring itu kepadanya.“Oh, teman Abi bilang begitu ya? Syukurlah Bi.” sahutku sambil memperhatikan tangan Kang Wirna menjumput nasi dengan jari tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya menenteng piring.“Aak... Mi!” ujar Kang Wirna membuka mulutnya sendiri namun tangannya menyodorkan sesuap nasi ke mulutku. Ternyata ia memerintahkan aku membuka mulutku karena ia ingin gantian menyuapiku.Kupandangi wajahnya sejenak l

    Last Updated : 2022-05-06
  • Sumpah Palsu Suami Siri   Bercinta Dengan Suami Adalah Ibadah

    Hari selanjutnya aku mulai sibuk merancang sketsa cerita yang hendak aku buat. Aku ingin memulai dengan cerita seorang patriot yang berjiwa nasionalisme saja. Kalau cerita tentang cinta aku lihat sudah sangat banyak berserakan di setiap platform novel online.Namun memulai sebuah usaha tentu bukanlah hal yang mudah. Beberapa kali aku merasakan kecewa karena platform yang kuharap dapat mengubah nasibku ternyata tidak sesuai dengan harapanku.Tanpa putus asa aku terus mencari platform yang benar-benar bersahabat dan berlaku adil kepada penulisnya. Akhirnya aku menemukannya dan mulai kutuliskan kisah menarik sesuai dengan imajinasiku yang mulai liar mengembara.Waktu malam ketika Kang Wirna bekerja aku gunakan untuk menulis cerita. Sedangkan waktu siang adalah untuk mengurusnya dan melayani hasratnya yang selalu saja membara.Kusadari betul bahwa pasanganku lebih muda dariku. Menjaga stamina setiap hari wajib aku lakukan agar suamiku tidak kecewa. Dan hasilnya Kang Wirna benar-benar mera

    Last Updated : 2022-05-07

Latest chapter

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Kembali Bersama

    "Apa-apaan sih kamu, Wirna..?? Dasar laki-laki tak berguna!" teriak Sarmini langsung mendorong tubuh Wirna hingga laki-laki itu hilang keseimbangan dan jatuh ke tanah. Sarmini naik pitam lalu memungut sepotong kayu yang kebetulan ada ditempat itu lalu ia mengayunkan kayu itu ke kepala Wirna. "Plaaak...!"Kayu tersebut mendarat dengan keras namun bukan mengenai kepala Wirna tapi malah menghantam bahu Amelia yang lebih dulu menjatuhkan diri memeluk dan melindungi tubuh Wirna yang tak berdaya di tanah hingga pukulan Sarmini mengenai bahunya. "Oough..!" Amelia mengaduh tertahan. "Amii..! Oh ...!" Wirna berteriak keras lalu segera bangkit sembari memeluk tubuh Amelia dan mengusap bahu wanita yang ia cintai itu. Lalu dengan mata membesar ia menatap Sarmini yang masih mengayun-ayunkan sepotong kayu ditangannya. "Apa sih kamu? Segitu kasarnya tak punya perasaan!" bentak Wirna sambil menunjuk wajah Sarmini. Beberapa orang yang sudah berkerumun di tempat itu mulai bergerak melerai dan sala

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Penguburan

    Kematian Haris membuat Wirna sangat terpukul. Ia tidak hentinya menyalahkan diri sendiri. Hal itu membuat Amelia menjadi iba. Bagaimana pun mereka berdua pernah saling mencintai walau hanya delapan bulan saja berumah tangga. Namun kasih sayang bukanlah tergantung lama atau singkatnya tempo bersama. Walau Amelia sudah tidak lagi mencintai Wirna, namun ia masih menyayangi layaknya kepada insan yang tengah ditimpa musibah. "Sudahlah! Jangan menangis lagi. Haris sudah tenang di alamnya." bisik Amelia lirih. Ia berdiri disamping Wirna yang masih berjongkok di sisi tanah yang masih berwarna merah yang telah mengubur jasad Haris. "Pergilah dan tinggalkan aku sendiri!" sahut Wirna juga lirih namun terdengar jelas oleh Amelia. Suara itu benar-benar mengandung luka yang dalam. "Baiklah, aku akan pergi!" sahut Amelia lalu memutar tubuh perlahan dan mulai melangkah meninggalkan pusara Haris dan tanpa ia sadari Sarmini mengikutinya dari belakang. "Kau benar-benar telah berhasil menghancurkan

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Tebusan Sumpah

    "Bapak.. Ibu.." tersendat dan terbata-bata Haris memanggil Wirna dan Sarmini yang berada di samping tempat tidurnya. Kedua orang tuanya itu juga menangis sangat sedih menyaksikan penderitaan anak sulung mereka. "Haris, maafkan Bapak. Bapak yang bersalah Haris. huhuhu..." Wirna menggenggam kadang membelai tangan kanan Haris. Lelaki itu terlihat sangat terpukul didera penyesalan yang tiada berguna. Dalam hati ia yakin kalau apa yang terjadi kepada Haris saat ini adalah tebusan sumpah yang pernah ia ucapkan sendiri. Sementara itu mata Haris hanya memandang kosong ke arah kedua orang tuanya secara bergantian. Sedangkan Sarmini mengelus lengan kiri Haris yang cacat. Hati ibu mana yang tidak teriris melihat putranya tak berdaya dan tergolek penuh luka. Kepala Haris diperban dengan selang terpasang dihidung dan beberapa peralatan medis lainnya yang menempel ditubuh kecil Haris. 'Pak, Bu. Berhentilah bertengkar. Setelah Haris pergi, tolong jaga Riski sebaik mungkin. Haris lelah dan ingin

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Jebakan Salma

    Kepergian Mois membawa Amelia meninggalkan rumah sakit meninggalkan kekesalan dan kekecewaan di hati Salma. Entah sudah berapa kali wanita muda itu memaki-maki sendiri. "Nggak abis pikir deh sama pikiran Bang Mois. Kok dia malah lebih tertarik kepada perempuan tua itu dibanding aku yang jauh lebih muda dan lebih cantik. Huh..! Dunia sekarang emang makin edan, makin banyak saja lelaki muda yang lebih memilih pasangan lebih tua. Haah... gagal sudah usahaku untuk mendapatkan Bang Mois. Padahal aku sudah menyukainya sejak pertama bertemu di saat persiapan pesta pernikahanku dengan Mas Farzan empat tahun lalu. Andaikan aku lebih dulu mengenal Bang Mois tentu aku akan menolak ajakan Mas Farzan untuk menikah." Salma terus saja mengoceh dan bersungut-sungut di pojok sebuah ruangan rumah sakit yang mulai tenang. Tidak ada lagi gerombolan orang-orang berkerumun seakan tidak pernah ada keributan disana. Orang-Orang yang tadi berkerumun telah kembali ke urusan masing-masing. Ada yang kembali k

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Sekedar Penjaga

    "Jangan berbuat sekasar itu! Kelewatan!" bentak lelaki yang tiba-tiba saja muncul itu terdengar berdesis bagaikan ular cobra yang siap menyemburkan bisanya. Suasana yang tadi riuh dan panas mendadak sunyi serta mencekam. Semua mata tertuju ke arah Sarmini dan lelaki asing yang terlihat bertatapan disertai pertentangan bathin. "Siapa kamu?" tanya Sarmini juga mendesis. Matanya menyipit dan ia berusaha melepaskan tangannya yang masih dicengkram lelaki dihadapannya tersebut. Namun si lelaki asing semakin memperkuat cengkramannya hingga Sarmini makin meringis. "Siapa aku tidaklah penting. Tapi jika kamu masih menyakiti Amelia, maka aku akan selalu muncul. Ingat itu!" ancam si lelaki tersebut lalu melemparkan tangan Sarmini ke samping. "Siapa laki-laki ini? Ia sangat tampan dan masih muda. Jangan-jangan dirinya adalah adik kandung Amelia." hati Sarmini bertanya-tanya seraya memandangi lelaki yang baru saja melepaskan cengkraman ditangannya. "Tapi mengapa ia terlihat seperti mencintai

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Keributan Di Rumah Sakit

    Hari itu Amelia tidak datang ke kantor polisi untuk menemui Mois. Kabar dari rumah sakit membuat Amelia harus membatalkan rencananya untuk menemui calon suaminya yang sudah lima hari mendekam di dalam tahanan tersebut. Kasus Mois akan segera naik ke persidangan jika berita acara sudah dianggap sempurna. Dengan bergegas Amelia berjalan di koridor rumah sakit tempat Haris mendapat perawatan. Di sana sudah ada Wirna yang juga terlihat menunggu resah. "Ami!" sapa Wirna langsung menyambut kedatangan Amelia dengan sikap mesra. Ia kembali merengkuh bahu wanita itu dan berjalan bersama menuju ruang dokter. "Bagaimana keadaan Haris, Bi?" tanya Amelia cemas. Entah karena hatinya telah mencair terhadap Wirna atau hanya terbawa keadaan saja, tapi yang jelas sikap Amelia sangat jauh melunak kini terhadap Wirna. Mereka terlihat sangat kompak dan akur bahkan sepintas terlihat mesra layaknya seperti dulu sebelum mereka berpisah. "Ayolah kita ke ruangan Dokter! Abi juga belum sampai kesana. Tadi p

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Hanya Tatapan Luka

    Pintu ruang tahanan terbuka lebar. Mois dikawal menuju sebuah ruangan tempat ia diizinkan untuk menerima tamu. "Pasti Amelia yang datang." terka hati Mois dengan menyunggingkan senyum bahagia dibibirnya. Dirinya sangat merindukan wanita yang dicintanya itu. "Silahkan!" ucap petugas polisi yang mengantar Mois ke ruang khusus tersebut. "Terima kasih!" sahut Mois mengangguk sopan. Pintu segera ditutup si petugas dan terdengar bunyi dari lubang kunci tanda pintu tersebut dikunci sang petugas dari luar. Mois membalikkan tubuhnya menghadap ke arah sepasang kursi tamu yang ada di dalam ruang yang tidak begitu besar itu. Disana hanya ada dua buah kursi dengan posisi berhadapan yang dibatasi oleh sebuah meja yang tidak begitu lebar. Agak tercenung Mois melihat seorang wanita yang duduk menunggunya disana. Wanita itu bukan Amelia yang ia kira, tapi seorang perempuan bertubuh ramping dan terlihat lebih muda. Rambutnya tergerai indah berwarna coklat coca-cola. Bergegas Mois mendekat dan l

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Dua Kemungkinan Saja

    Sirene ambulan meraung memecah terik panas matahari sore itu. Tubuh kecil Haris tergolek tidak berdaya di atas bangsal ambulan tersebut. Pakaian yang membungkus tubuhnya sebagian besar telah dibasahi darah. Bau anyir memenuhi kabin bagian belakang mobil penyelamat yang terus melaju kencang membelah keramaian jalan. "Haris..., bangun Nak..! Bapak tidak mau melihatmu seperti ini, huhuhu.." Wirna tiada hentinya meratapi nasib malang yang menimpa putra sulungnya tersebut. Ia tertunduk lesu di samping kanan bangsal tempat tubuh Haris tergolek lemah dan tak sadarkan diri. Tidak berbeda dengan Wirna, Amelia juga melakukan hal yang sama. Wanita yang sudah menganggap Haris seperti anak kandungnya itu tiada hentinya menangis. Ia terduduk lesu disebelah kiri Haris. Amelia tidak sanggup lagi berkata-kata, hanya seribu rasa berkecamuk di dalam hatinya. Ada rasa penyesalan mengapa ia tidak menyadari dari semula kalau pembicaraannya dengan Wirna akan di dengar Haris dan akan membuat bocah polos

  • Sumpah Palsu Suami Siri   Pertengkaran Sengit

    "Duduklah Kang!" Amelia mempersilahkan Wirna yang masih berdiri kaku. Mereka seperti orang baru kenal saja. "Iya!" sahut Wirna singkat kemudian duduk di sebuah sofa di ruang tamu rumah Amelia. Amelia juga melakukan hal yang sama. Ia menduduki sebuah sofa yang posisinya berhadapan dengan Wirna. Diantara mereka berdua dipisahkan oleh sebuah meja kaca yang tidak begitu lebar. Beberapa detik berlalu begitu saja. Belum ada yang memulai untuk bicara. "Aku sangat senang melihatmu sudah sembuh sekarang, Kang. Dan aku mohon maaf atas semua perbuatan yang telah dilakukan oleh Mois terhadapmu." akhirnya Amelia bicara juga dan memecah kebuntuan diantara mereka berdua. Ucapan Amelia yang kaku membuat wajah Wirna memerah. Tampaknya ia sangat tidak suka dengan kalimat yang diucapkan oleh Amelia. Bukan kalimat itu yang ia harapkan keluar dari bibir Amelia. "Aku...? Kang..? Sejak kapan Ami memanggil Abi seperti itu? Sejak Ami sudah pandai berselingkuh dengan lelaki jahanam itu, hah?" hardik Wirn

DMCA.com Protection Status