Santi yang penasaran langsung membuka surat itu."Panggilan sidang untuk Yusuf," gumam Santi sedikit kaget, ia tak menyangka jika Melinda melayang kan gugatan cerai begitu cepat.***Di sebuah caffe di pusat kota, dua perempuan sedang bersenda gurau. Mereka terlihat sangat bahagia."Jadi gak nih kita liburan?" tanya Arum."Jadi dong! Aku mau merelex kan pikiran setelah berasap beberapa minggu ini," sahut Melinda antusias sambil tertawa."Kemana?""Oke! Aku pesan sekarang tiketnya ya!"Melinda hanya mengagukkan kepalanya. Mereka kemudian mengobrol banyak hal. Melinda sengaja tak memberitahu tentang kehamilannya agar proses perceraiannya bisa berlangsung dengan cepat.Dua hari Melinda dan Arum menghabiskan waktu di Jakarta, mereka memutuskan untuk kembali ke Bandung.Lima puluh menit di perjalanan udara dan darat, akhirnya mereka tiba di kediaman Kusuma."Aku langsung pulang aja ya, Mel," saat mobil grab sudah berada di halaman rumah."Nggak mampir dulu?""Lain kali aja, capek banget so
"Sayang!" panggil Yusuf membuat Melinda memutar malas kedua bola matanyanya. Dia kemudian duduk di samping Marisha."Maafkan mas! Mas gak mau bercerai dengan mu, sayang. Kamu cabutkan tuntutan itu!" mohon Yusuf kepada Melinda."Untuk apa? Bukankah itu bagus? Jadi kamu bisa menikahi Riska secara sah dimata agama dan hukum!" sahut Melinda ketus."Tidak, Mel. Aku nggak akan bisa hidup tanpa mu. Lagian aku sudah menceraikan Riska. Aku ingin memulai semuanya dari awal lagi. Aku janji gak akan pernah membohongi kamu lagi, Mel," ucap Yusuf dengan memelas berharap Melinda akan luluh mendengar rayuannya."Haha.. haaahhaa!!" Melinda tertawa keras membuat Marisha dan Kusuma menjadi cemas."Eling, nak. Eling!" Marisha mengelus punggung Melinda yang sedang tertawa keras."Aku gak kesurupan, bu. Aku hanya menertawakan kekonyolan menantu ibu ini saja," sahut Melinda seraya menunjuk ke wajah Yusuf."Maksudnya apa sih, Mel?" tanya Marisha penasaran."Dia bilang sudah menceraikan Riska dan tak bisa hid
[Mas, aku kangen sama kamu]Yusuf menghela nafas panjang saat membaca pesan dari Riska. Dia seperti tidak minat untuk membalasnya. Meskipun Yusuf mencintai Riska namun dia tetap saja kepikiran tentang Melinda.[Mas, kamu kok gak balas chat aku? Hanya read doang! Lagi ngapain sih?]Riska kembali mengirimkan pesan omelan pada Yusuf, namun tetap saja lelaki itu tidak beraksi apapun.[Mas! Jika kamu gak balas pesan aku, maka aku akan datang ke rumah!]Pesan ketiga pun tak kunjung di balas oleh Yusuf, dia meletakkan ponselnya di atas nakas dan langsung memejamkan mata. Berharap bisa terlelap setelah lama memantau postingan istrinya.***Sedangkan Riska mengumpat habis-habisan. Karna dia di abaikan oleh Yusuf. Tempo hari mereka terlibat cekcok sebab Yusuf mengetahui perselingkuhan Riska dengan teman nya sendiri.Yusuf juga sudah menalak Riska, tapi Riska bersikukuh tidak mau bercerai begitu saja. Jika bercerai dia sudah pasti akan kehilangan ATM berjalanan nya.Riska kembali mengutak atik p
"Bukan masalah tega atau gak tega, Din. Hanya saja hati ku sudah tertutup untuk Yusuf. Karna kebohongan nya sendiri. Makanya aku memilih untuk bercerai,"Tegas Melinda, setelah mengobrol beberapa saat mereka pun mengakhiri panggilan.***Hampir seminggu Melinda dan Arum berlibur di Bali. Akhirnya mereka harus kembali pulang ke Bandung. Untuk menghadiri sidang perceraian Melinda dan Yusuf.Tok.. tokk... tokkk..."Mel!" panggil Marisha seraya mengetuk pintu kamar putrinya."Masuk, bu! Gak di kunci," sahut Melinda seraya mengoles lipstick dibibir ranumnya."Seriusan ibu gak boleh ikut?" tanya Marisha sambil memegang bahu Melinda yang sedang duduk di depan meja rias."Aku bisa sendiri, bu. Aku ingin belajar mengurus masalah ku sendiri, setelah ini aku harus terjun ke perusahaan bapak kan? Jadi mulai sekarang aku harus bisa menyelesaikan semua masalah mu sendiri," jawab Melinda tersenyum simpul."Tapi, ibu ingin mendampingi mu disana, nak," ucap Marisha sendu."Ibu gak usah khawatir, aku p
Fatir memperhatikan kembali perempuan yang di maksud oleh Melinda."Bukan, namanya Linda. Ibunya adalah kakak dari bapak ku,"Melinda kembali menatap perempuan itu, tetap saja Melinda bersikukuh bahwa perempuan itu adalah Alika, perempuan yang mau di jodohkan dengan Yusuf."Memang dia tinggal dimana?" tanya Melinda masih penasaran."Di Jakarta sih, Mel. Dia juga tiba tadi pagi,""Jakarta? Apa bude mu juga tinggal di Jakarta?""Nggak, bude gak tinggal di Jakarta. Jadi gini ceritanya, waktu itu bude hidup kekurangan banget. Sampai-sampai dia nggak bisa nyekolahin Linda. Terus ada teman nya yang cerita jika ada sepasang suami istri sedang mencari anak angkat, karna mereka udah lama menikah namum belum di karuniai seorang anak. Jadi bude ku berinisiatif membawa Linda ke pasangan suami istri itu, dengan tangan terbuka mereka menerima kehadiran Linda di antara mereka. Bude juga yakin, Linda pasti hidup bahagia dan berkecukupan ikut dengan pasangan suami istri itu. Makanya bude langsung saja
Kusuma mengajak anak dan istrinya pulang. Dia nampak sedang cemas. Keringat membanjiri tubuhnya."Ada apa, pak? Kenapa bapak seperti tidak tenang begitu?" tanya Marisha saat mereka tiba di rumah.Kusuma menggeleng lemah seraya memegangi dadanya yang terasa sakit, "Tidak apa, bu. Hanya saja tadi orang pabrik mengabari kalau pabrik kita yang di Jakarta kebakaran,""Hah? Kebakaran? Bagaimana bisa?" Marisha shock mendengar perkataan Kusuma. Begitu juga Melinda."B-bapak juga tidak.." Kusuma berucap terbata-bata seraya memegangi dadanya yang sesak dan berakhir tak sadarkan diri."Bapak!!!" teriak Marisha dan Melinda bersamaan.Wowo dan Sari langsung menghampiri majikan mereka."Wo siapkan mobil, pak Kusuma pingsan!" pekik Sari langsung mendorong tubuh Wowo.Wowo bingung harus berbuat apa karna sama-sama masih shock. Beruntung ada Fatir yang datang karna ingin mengantarkan ponsel milik Kusuma yang ketinggalan."Loh pak Kusuma kenapa?" tanya Fatir ikut panik melihat Kusuma tak sadarkan diri
Seminggu sudah kepergian Kusuma. Melinda berniat pindah ke Jakarta untuk mengurus perusahaan pusat.Pagi ini rencana setelah sarapaan Melinda dan Marisha akan langsung berangkat ke Jakarta.Sari datang dari dapur sembari membawa sepiring ayam goreng."Bi Sari benaran tidak mau ikut ke Jakarta?" tanya Marisha memastikan."Iya, bu. Saya disini saja, biar bisa merawat makam bapaknya anak-anak," sahut Sari."Yah padahal aku ingin bi Sari ikut bersama kami. Tapi mau gimana lagi kalau bibi tetap kekueh ingin tetap tinggal disini. Aku pasti sangat merindukan bibi," Melinda menimpali. Membuat Sari menjadi ikut sedih mendengarnya."Selamat pagi!" tiba-tiba terdengar suara seseorang dari luar membuat Sari langsung keluar. Karna Wowo sedang mengambil berkas di kantor cabang.Sari masuk bersama sepupunya Cici."Selamat pagi bu Marisha dan nona Melinda!" sapa Cici ramah."Pagi juga, Ci. Ini datang pagi-pagi ada apa ya?" Marisha menyerngit heran.Cici tersenyum kikuk, dia membenarkan anak rambutnya
"Berarti setelah kematian Kusuma, maka seluruh hartanya jatuh ke tangan Melinda. Dan otomatis nanti juga akan menjadi milik anakku. Dengan begitu aku tak perlu bekerja lagi, aku akan menjadi sultan yang sesungguhnya. Meskipun bercerai dengan Melinda, anak ku tak mungkin tega membiarkan ayahnya jadi gelandangan kelak." batin Yusuf menyeringai."Kamu handle semua rapat hari ini. Aku ada urusan mendadak. Jangan lupa transfer semua dana perusahaan ke rekening ku!" titah Yusuf kepada Haris. Dia melenggang pergi tanpa menghiraukan jawaban asisten nya itu."Selalu saja begitu. Bagaimana perusahaan mau maju jika bosnya saja begitu? Beruntung punya istri sultan!" gerutu Haris seraya menatap punggung Yusuf yang sudah tak terlihat lagi.***Melinda masih termenung memikirkan keadaan anaknya. Dia sangat shock dengan kematian bapak dan anaknya secara bergiliran.Setelah melakukan kureks dan beberapa prosedur tadi. Marisha pergi keluar menjawab panggilan dari Adam.Tak berselang lama dua orang dokt
Keluarga Yusuf turun dari mobil. Mereka berdecak kagum saat melihat dekorasi pernikahan Melinda kali ini. Sangat berbeda saat pernikahannya dengan Yusuf.Hati Santi berdenyut nyeri kembali, ketika awal mula dia merendahkan Melinda. Hanya karna memakai daster dan menggelar pernikahan dengan sederhana. Dia lalu memperlakukan Melinda seperti Upik Abu yang ternyata adalah seorang Sultan.Mereka langsung mengisi buku tamu, bahkan terpampang banyak papan ucapan dan buket bunga membuat mereka semakin kagum.Saat melihat dekorasi yang begitu bagus, kepala Dina langsung travelling. Dia menduga-duga berapa biaya yang sudah dihabiskan oleh Rio dan Melinda untuk dekorasi ini. Sungguh dia merasa lucu karna sempat ingin bersaing kekayaan dengan Melinda dulu.Mata Yusuf melirik ke sebuah foto besar yang di sebut foto prewedding. Foto itu sepertinya diambil di sebuah pantai. Tiba-tiba Yusuf teringat saat dia menelantarkan mantan istrinya itu."Lihat itu!" bisik Dina pada Yuda. Yuda langsung melirik k
Kolega dan rekan bisnis juga datang berganti, mereka tak sabar ingin mengucapkan selamat kepada Melinda dan Rio.Sakti juga menjadi tamu terhormat disana, sebab dia salah satu pengusaha muda yang sukses. Banyak kaum hawa yang ingin mendekatinya."Samperin! Lamar!" ucap Rio kepada Sakti, sedangkan Melinda sedang berganti pakaian untuk melanjutkan sesi resepsi."Kamu ngomong sama aku?" tanya Sakti seraya menunjuk ke arah hidungnya."Bukan! Sama bujang tua yang gak laku!" ketus Rio membuat Sakti semakin melotot."Mentang-mentang sudah laku. Hemm, ingat! Apa yang kamu dapat sekarang juga ikut andil diriku!" angkuh Sakti seraya menyilangkan kedua tangannya di dada."Haha, sumpah idemu gak guna, Bro! Yang ada, aku seperti ABG labil!" kekeh Rio membuat Sakti menyatukan kedua alisnya."Aku berhasil karna cara ku sendiri, Sakti. Perempuan itu susah di tebak maunya. Makanya ku paksa saja!" ucap Rio masih tertawa bangga."Dipaksa? Yang ada dia ilfeel!""Jangan banyak mikir, sana buruan samperin!
Melinda sedang di rias oleh tim MUA, Marisha dan Maida pun begitu. Di bagian dapur juga hidangan sudah siap. Dan di depan meja sudah tertata rapi. Hampir sembilan puluh persen semuanya selesai, hanya menunggu kedatangan pengantin laki-lakinya saja lagi."Done!" ucap Sesea yang merias wajah Melinda."Cantik sekali kamu!" kata Sesea tersenyum bangga dengan hasil karyanya menyulap wajah Melinda menjadi makin cantik.Asistennya pun ikut tersenyum melihat bos nya sudah selesai berkarya.Maida juga tersenyum puas saat melihat Melinda yang memang benaran sangat cantik sekali. Riasan Melinda memang sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat sangat natural dan cantik. Maklum saja yang meriasnya adalah perias para kalangan artis. Tarif jasa untuk merekuitnya pun cukup mahal. Tapi tidak untuk Melinda dan Rio. Mereka hanya menggunakan uang saku sehari saja untuk meminta jasa Sesea.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan Melinda sudah siap dengan kebaya putih dengan dandanan adat Sunda. Ba
Resa keluar kamarnya setelah selesai mandi, dia menuju kamar Rio. Perlahan tangan nya mengetuk pintu, namun hingga ketukan pintu yang kesekian kali tak ada jawaban juga.Resa meraih hendle pintu dan membuka pintu kamar. Nampak di dalam kamar masih gelap dan tidak ada aktivitas apapun. Itu menandakan sang penghuni kamar masih terlelap.Sebuah selimut tebal masih teronggok di atas kasur. Resa meraba selimut itu dan menyingkapnya sedikit.Sang cucu tercinta yang akan melaksanakan akad nikah hari ini, ternyata masih terbuai dalam alam mimpi. Resa tersenyum seraya menatap wajah tenang Rio yang masih menutup mata dengan sempurna."Hari ini kamu mau menikah, padahal baru kemarin rasanya Oma menggendongmu," ucapnya pelan seraya tangan Resa membelai wajah Rio.Rio tiba-tiba membuka mata dan terkejut saat mendapati neneknya sudah duduk di sampingnya."Oma?" ucap Rio seraya mengerjapkan mata, terlihat Resa tersenyum ke arahnya. Sejak dulu, Rio memang jarang menyusahkannya. Berbeda dengan Reza.
Hari ini Rio dan Melinda melakukan foto prewedding di pantai. Mereka sudah menginap sejak semalam. Dan pagi ini sebelum matahari menampakkan sinarnya. Melinda sudah siap di dandani oleh tim MUA.Sesi foto pertama, Melinda mengenakan dress berwarna maron hingga menyentuh mata kakinya. Dengan meneteng topi e di tangannya. Sedangkan Rio mengenakan baju dan celena pendek yang senada dengan baju Melinda. Mereka menggunakan latar hamparan laut yang luas. Dan berpose menghadap ke arah matahari terbit.Kemudian di sesi berikutnya, Melinda mengenakan gaun pernikahan warna gold dan Rio mengenakan kemeja putih dibalut dengan toxido hitam. Kesan mewah dari baju mereka begitu terlihat.Fotografer yang mereka sewa juga berkerja keras dengan totalitas. Berbagai pose dilakukan, bahkan sang fotografer harus tiduran untuk mendapatkan foto terbaik.Pose terbaik adalah saat Melinda dan Rio berada di balik karang yang di hantam oleh ombak, dan airnya menyiprat seperti air terjun. Mereka berpose sangat bag
Rio berjalan sembari berkari dari parkiran. Sebab sempat terkena macet tadi saat di jalan menuju rumah sakit. Kini dia terlembat sepuluh menit.Lobby rumah sakit yang ramai juga membuat moodnya berantakan. Karna menghalangi jalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, Rio menghembuskan nafas kasar. Karna sudah banyak pasien yang menunggu kedatangannya. Dia langsung mengerjakan tugasnya untuk menangani berbagai keluhan pasiennya. Hingga tiba waktu istirahat, dia melangkah ke kantin rumah sakit untuk mencari secangkir kopi. Dia butuh kafien untuk mengembalikan moodnya.Baru saja melangkah beberapa langkah, tangan nya di cekal oleh seseorang."Yo!""Jelita? Ngapain kamu kesini?" tanya Rio seraya melirik ke arah tangannya yang di cekal oleh Jelita. Perempuan yang menjadi sahabat Rio sejak SMA, dia pernah menyatakan perasaannya pada Rio. Namun Rio tak pernah membalas perasaan Jelita."Aku sengaja kesini!" kata Jelita seraya menatap lekat ke arah Rio."Ngapain? Aku mau ke kantin! Mau
Argadana menemui Resa setelah Rio dan Melinda pulang."Bu!" panggil Argadana menghampiri Resa yang masih duduk di ranjang, sama saat Melinda menemuinya tadi."Mau minum jus?" tanya Argadana basa-basi."Nggak! Kamu kesini mau menawari jus atau ada maksud lain?" tanya Resa sudah tahu maksud kedatangan anaknya."Aku eh, au,.." ucap Argadana tergagap."Kamu kalah sama Rio dan Melinda, Arga! Keduanya tidak ada yang takutnya saat bicara dengan ku," ledek Resa."Jadi kapan Rio akan melamar perempuan itu?"Argadana langsung shock ketika mendengar pertanyaan Resa. Dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi."Kamu kenapa?" tanya Resa menatap heran ke arah anaknya."Aku terkejut karna pertanyaan ibu tadi," jujur Argadana."Kok bisa?"Argadana menggeleng, "Ibu yakin mau menerima Melinda?""Bukankah sudah aku katakan barusan? Apakah harus aku tarik kembali kata-kataku?" sahut Resa kesal."Ti-tidak seperti itu, Bu! Ya, kalau sudah pas, biar Riana yang mengurus semuanya. Aku akan segera bilang padanya
Semua orang memuji masakan Melinda. Mereka makan dengan lahap, termasuk Resa. Tapi dia tidak mencibir atau memuji masakan Melinda. Riana yang melihat itu, bersorak gembira sebab calon mantunya selangkah lebih maju. Biasanya Resa selalu mengkritik masakannya dan Gendis jika tidak enak, walaupun hanya kurang tingkat kematangannya sedikit. Namun sekarang, mertuanya itu makan dengan lahap tanpa protes sedikit pun.Setelah makan, semua anggota keluarga Argadana kembali berkumpul di ruang tamu, termasuk Resa. Dia ingin menunjukkan kepada Melinda siapa dirinya."Hmm, Ma, Pa, Oma, dan Tante. Sebenarnya kedatangan Rio membawa Melinda kesini, ingin meminta restu. Agar hubungan ini bukan hanya untuk jalan bersama. Rio minta izin untuk melamar Melinda secepatnya," ucap Rio tegas hanya dengan satu helaan nafas."Kamu itu! Baru aja kenal beberapa hari, sudah sok sokan mau lamaran. Mbok harus di kenali dulu bibit, bebet, dan bobotnya dulu. Kamu kan tahu kita ini siapa, Rio?" sela Resa, dia memotong
"Wah ada yang dapat cincin nih! Coba ibu lihat!" celutuk Marisha sudah berdiri di ambang pintu kamar Melinda. Dia langsung masuk untuk memastikan.Melinda menutup wajah dengan sebelah tangan yang tersemat cincin pemberian Rio."Sebentar ibu foto ya!" ujar Marisha mengeluarkan ponsel dari saku dasternya. Dia langsung mengunggah di story Whatshapp nya dengan caption 'Semoga ini pertanda baik' tulisnya.Marisha mengulas pucuk kepala putrinya."Istirahat, Mel. Udah malam ini, jangan liatin cincin itu mulu. Nanti ibu beliin yang lebih banyak kalau mau!" goda Marisha membuat Melinda melongo. Marisha langsung keluar dan menutup pintu kamar anaknya. Melinda melanjutkan mengoles skincare malamnya.***Rio sudah berganti baju dan bersiap untuk tidur. Namun dia lupa menyalakan alrm untuk besok pagi, karna masuk jadwal pagi. Dia membuka whatshapp nya terlebih dahulu. Siapa tahu ada pesan dari Melinda. Rio mendesah pelan karna harapan tak sesuai keinginan.Tapi matanya terpaku pada unggahan story