Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Sekitar hampir tiga jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di Bandung. Tepatnya di kediaman Kusuma Hadiningrat, sebuah rumah mewah dan juga elit. Meski masuk ke dalam pelosok namun tak ada yang menyangka jika ada sebuah rumah mungil tapi mewah yang berdiri kokoh disana. Bahkan bertetangga dengan warga menengah ke bawah."Selamat datang kembali ke rumah ini, Nona Melinda," ujar Sari pembantu rumah tangga yang membantu Marisha mengurus Melinda sejak kecil."Terimakasih, bi Sari. Aku kangen deh sama bibi," ucap Melinda langsung memeluk pembantu rumah tangganya itu."Oh iya tuan, di dalam ada tamu yang sedang menunggu," kata Sari."Tamu? Siapa bi?""Maaf tuan, saya teh lupa menanyakan namanya. Tapi jika dilihat dari penampilan kayaknya rekan bisnis tuan,"Kusuma langsung masuk ke dalam untuk melihat siapa yang tengah menunggunya."Herman!" terus Kusuma saat melihat lelaki paruh baya sedang duduk di ruang tamu."Nah akhirnya ketemu juga. Soalnya
Melinda menarik nafas panjang sebelum membalas perkataan ibunya. Dia terlihat kurang bersemangat dari sebelum memasuki kantor pengadilan agama tadi."Hufftt... Salah satu persyaratan untuk mengajukan gugatan perceraian adalah surat nikah, bu. Dan aku lupa membawanya kemarin," kata Melinda lesu."Oh gitu ya? Nanti kita runding kan dirumah sama bapak gimana baiknya. Udah gak usah di pikirin, ini kita mau langsung pulang atau gimana?" tanya Marisha."Pulang aja, bu." kata Melinda langsung masuk ke dalam mobil diikuti oleh Marisha.Wowo langsung melajukan mobil mereka menuju ke rumah sesuai dengan permintaan majikannya.Baru lima menit Wowo mengemudi ponsel Melinda berdering terlihat Yusuf yang menelpon. Melinda mengabaikan panggilan itu sebab tahu Yusuf pasti akan memintanya untuk membatalkan gugatan perceraian itu. Saat mereka tiba di rumah ternyata sudah ada Kusuma yang menunggu kedatangan mereka di rumah."Loh bapak udah pulang?" tanya Marisha menyerngit heran saat melihat suaminya s
Santi yang penasaran langsung membuka surat itu."Panggilan sidang untuk Yusuf," gumam Santi sedikit kaget, ia tak menyangka jika Melinda melayang kan gugatan cerai begitu cepat.***Di sebuah caffe di pusat kota, dua perempuan sedang bersenda gurau. Mereka terlihat sangat bahagia."Jadi gak nih kita liburan?" tanya Arum."Jadi dong! Aku mau merelex kan pikiran setelah berasap beberapa minggu ini," sahut Melinda antusias sambil tertawa."Kemana?""Oke! Aku pesan sekarang tiketnya ya!"Melinda hanya mengagukkan kepalanya. Mereka kemudian mengobrol banyak hal. Melinda sengaja tak memberitahu tentang kehamilannya agar proses perceraiannya bisa berlangsung dengan cepat.Dua hari Melinda dan Arum menghabiskan waktu di Jakarta, mereka memutuskan untuk kembali ke Bandung.Lima puluh menit di perjalanan udara dan darat, akhirnya mereka tiba di kediaman Kusuma."Aku langsung pulang aja ya, Mel," saat mobil grab sudah berada di halaman rumah."Nggak mampir dulu?""Lain kali aja, capek banget so
"Sayang!" panggil Yusuf membuat Melinda memutar malas kedua bola matanyanya. Dia kemudian duduk di samping Marisha."Maafkan mas! Mas gak mau bercerai dengan mu, sayang. Kamu cabutkan tuntutan itu!" mohon Yusuf kepada Melinda."Untuk apa? Bukankah itu bagus? Jadi kamu bisa menikahi Riska secara sah dimata agama dan hukum!" sahut Melinda ketus."Tidak, Mel. Aku nggak akan bisa hidup tanpa mu. Lagian aku sudah menceraikan Riska. Aku ingin memulai semuanya dari awal lagi. Aku janji gak akan pernah membohongi kamu lagi, Mel," ucap Yusuf dengan memelas berharap Melinda akan luluh mendengar rayuannya."Haha.. haaahhaa!!" Melinda tertawa keras membuat Marisha dan Kusuma menjadi cemas."Eling, nak. Eling!" Marisha mengelus punggung Melinda yang sedang tertawa keras."Aku gak kesurupan, bu. Aku hanya menertawakan kekonyolan menantu ibu ini saja," sahut Melinda seraya menunjuk ke wajah Yusuf."Maksudnya apa sih, Mel?" tanya Marisha penasaran."Dia bilang sudah menceraikan Riska dan tak bisa hid
[Mas, aku kangen sama kamu]Yusuf menghela nafas panjang saat membaca pesan dari Riska. Dia seperti tidak minat untuk membalasnya. Meskipun Yusuf mencintai Riska namun dia tetap saja kepikiran tentang Melinda.[Mas, kamu kok gak balas chat aku? Hanya read doang! Lagi ngapain sih?]Riska kembali mengirimkan pesan omelan pada Yusuf, namun tetap saja lelaki itu tidak beraksi apapun.[Mas! Jika kamu gak balas pesan aku, maka aku akan datang ke rumah!]Pesan ketiga pun tak kunjung di balas oleh Yusuf, dia meletakkan ponselnya di atas nakas dan langsung memejamkan mata. Berharap bisa terlelap setelah lama memantau postingan istrinya.***Sedangkan Riska mengumpat habis-habisan. Karna dia di abaikan oleh Yusuf. Tempo hari mereka terlibat cekcok sebab Yusuf mengetahui perselingkuhan Riska dengan teman nya sendiri.Yusuf juga sudah menalak Riska, tapi Riska bersikukuh tidak mau bercerai begitu saja. Jika bercerai dia sudah pasti akan kehilangan ATM berjalanan nya.Riska kembali mengutak atik p
"Bukan masalah tega atau gak tega, Din. Hanya saja hati ku sudah tertutup untuk Yusuf. Karna kebohongan nya sendiri. Makanya aku memilih untuk bercerai,"Tegas Melinda, setelah mengobrol beberapa saat mereka pun mengakhiri panggilan.***Hampir seminggu Melinda dan Arum berlibur di Bali. Akhirnya mereka harus kembali pulang ke Bandung. Untuk menghadiri sidang perceraian Melinda dan Yusuf.Tok.. tokk... tokkk..."Mel!" panggil Marisha seraya mengetuk pintu kamar putrinya."Masuk, bu! Gak di kunci," sahut Melinda seraya mengoles lipstick dibibir ranumnya."Seriusan ibu gak boleh ikut?" tanya Marisha sambil memegang bahu Melinda yang sedang duduk di depan meja rias."Aku bisa sendiri, bu. Aku ingin belajar mengurus masalah ku sendiri, setelah ini aku harus terjun ke perusahaan bapak kan? Jadi mulai sekarang aku harus bisa menyelesaikan semua masalah mu sendiri," jawab Melinda tersenyum simpul."Tapi, ibu ingin mendampingi mu disana, nak," ucap Marisha sendu."Ibu gak usah khawatir, aku p
Fatir memperhatikan kembali perempuan yang di maksud oleh Melinda."Bukan, namanya Linda. Ibunya adalah kakak dari bapak ku,"Melinda kembali menatap perempuan itu, tetap saja Melinda bersikukuh bahwa perempuan itu adalah Alika, perempuan yang mau di jodohkan dengan Yusuf."Memang dia tinggal dimana?" tanya Melinda masih penasaran."Di Jakarta sih, Mel. Dia juga tiba tadi pagi,""Jakarta? Apa bude mu juga tinggal di Jakarta?""Nggak, bude gak tinggal di Jakarta. Jadi gini ceritanya, waktu itu bude hidup kekurangan banget. Sampai-sampai dia nggak bisa nyekolahin Linda. Terus ada teman nya yang cerita jika ada sepasang suami istri sedang mencari anak angkat, karna mereka udah lama menikah namum belum di karuniai seorang anak. Jadi bude ku berinisiatif membawa Linda ke pasangan suami istri itu, dengan tangan terbuka mereka menerima kehadiran Linda di antara mereka. Bude juga yakin, Linda pasti hidup bahagia dan berkecukupan ikut dengan pasangan suami istri itu. Makanya bude langsung saja
Kusuma mengajak anak dan istrinya pulang. Dia nampak sedang cemas. Keringat membanjiri tubuhnya."Ada apa, pak? Kenapa bapak seperti tidak tenang begitu?" tanya Marisha saat mereka tiba di rumah.Kusuma menggeleng lemah seraya memegangi dadanya yang terasa sakit, "Tidak apa, bu. Hanya saja tadi orang pabrik mengabari kalau pabrik kita yang di Jakarta kebakaran,""Hah? Kebakaran? Bagaimana bisa?" Marisha shock mendengar perkataan Kusuma. Begitu juga Melinda."B-bapak juga tidak.." Kusuma berucap terbata-bata seraya memegangi dadanya yang sesak dan berakhir tak sadarkan diri."Bapak!!!" teriak Marisha dan Melinda bersamaan.Wowo dan Sari langsung menghampiri majikan mereka."Wo siapkan mobil, pak Kusuma pingsan!" pekik Sari langsung mendorong tubuh Wowo.Wowo bingung harus berbuat apa karna sama-sama masih shock. Beruntung ada Fatir yang datang karna ingin mengantarkan ponsel milik Kusuma yang ketinggalan."Loh pak Kusuma kenapa?" tanya Fatir ikut panik melihat Kusuma tak sadarkan diri