Dari luar terdengar suara Imel menggelegar sampai ke dalam kamar Melinda. Dia sangat marah besar ketika mengetahui perempuan yang sudah dinikahi oleh Yusuf adalah anak angkatnya Ramlah, pembantu di rumah mereka sendiri.Melinda kembali keluar membawa ponsel lama Yusuf yang masih disimpannya. Dia akan menunjukkan semua bukti yang telah di dapatnya selama ini. Namun sepertinya Imelda dan Eddy tidak memerlukan bukti yang akurat lagi. Mereka sudah percaya dengan apa yang di katakan oleh Melinda. Mereka juga sedang terlihat marah-marah kepada Yusuf dan Ramlah.Ramlah sudah terduduk lemas di lantai. Berkali-kali dia meminta maaf kepada majikannya. Melinda melihat semua itu dari kejauhan."Apa semua yang Melinda katakan tadi benar? Perempuan itu adalah anak angkatnya bik Ramlah? Orang sudah kami anggap seperti keluarga sendiri?" tanya Imel kepada Ramlah.Semua orang bugkam, termasuk juga Ramlah ikut diam. Jelas-jelas pertanyaan itu di lontarkan Imel kepada Ramlah, tapi Ramlah tak bergeming
"Kamu benar-benar mempermalukan keluarga kita, Suf!" kata Santi seraya membawa Syifa masuk ke dalam kamarnya.Yusuf tak menyahut dia hanya diam mendengar perkataan kakaknya."Mama benar-benar masih tidak mengerti dengan jalan pikiran mu. Bisa-bisanya kamu mencintai anak pembantu kita sendiri, Suf. Ahh,, pokoknya mama gak mau tahu. Akhiri hubungan kalian secepatnya. Jangan sampai ada orang lain lagi yang tahu soal ini. Cukup kita saja tahu. Jangan bikin malu keluarga kita!" kata Imel masih emosi.Yusuf menghela nafas panjang, sepertinya sangat berat untuk melepaskan orang yang dia cintai."Dan buat Melinda, mama minta tolong dengan sangat. Beri lah Yusuf kesempatan kedua ya, sayang. Mama jamin Yusuf tidak akan mengulangi kesalahannya lagi. Yusuf tidak akan berbuat macam-macam lagi dibelakang mu setelah ini. Bahkan mama bisa menjamin kalau pernikahan siri Yusuf akan segera berakhir, Mel," kata Imel terus membujuk Melinda."Iya, Mel. Papa juga memohon padamu, ya. Tolong maafkan Yusuf sek
Baru saja Melinda meletakkan ponsel kembali di atas nakas. Sebuah notifikasi pesan masuk berbunyi.Melinda meraih ponselnya dan membaca pesan itu.[Asal kamu tahu saja, Mel. Kita tidak akan pernah bisa bercerai sampai kamu melahirkan anak kita. Dan sembari menunggu saat itu tiba, aku akan berjuang dan membuat mu jatuh hati lagi padaku. Aku akan membuktikan ucapan ku ini benar, membuatmu mempercayai ku kembali. Perasaan ku kepada mu muncul seiring waktu yang telah kita lewati bersama. Bahkan perasaan ini mengalahkan rasa cintaku pada Riska. Percaya lah pada ku, sayang. Bahwa aku mencinMeliu tulus dari hatiku yang paling dalam, Melinda] Melinda menarik nafas panjang dan menghembuskan nya secara perlahan, dia tengah memikirkan pesan dari Yusuf. Bukan tentang ungkapan cinta dari Yusuf yang menjadi beban pikirannya. Melainkan kata-kata yang mengatakan mereka tidak bisa bercerai hingga Melinda melahirkan, itulah yang ada di benak Melinda saat ini.Melinda berusaha memejamkan matanya yang s
Hampir seharian menggu, akhirnya Kusuma dan Marisha tiba di kediaman Gunawan. Seperti biasa, mereka di antar oleh Wowo sang sopir pribadi."Jeng Marisha dengarkan penjelasan kami dulu, ya. Yusuf hanya khilaf, jeng. Dia juga sudah berjanji untuk menceraikan istri sirinya itu," kata Imel membujuk Marisha."Sudah lah, bu Imelda. Bu Imel jangan memohon terus seperti ini. Keputusan kami untuk membawa Melinda pulang sudah bulat," sahut Marisha. Dia terlihat tidak senang ketika menjawab perkataan besan nya."Pak Kusuma, saya minta maaf yang sebesar-besarnya atas apa yang sudah di lakukan oleh Yusuf. Sungguh saya merasa sangat malu atas kelakukan nya ini," giliran Eddy yang meminta maaf kepada bapaknya Melinda.Kusuma menarik nafas panjang dan menghembuskan perlahan. Meskipun dia seorang CEO, namum dia tidak pernah berkata keras kepada besannya. Namun kali ini, ia berbicara sedikit membentak karna sudah terlampau jengkel. Tapi masih terdengar dan terlihat berwibawa."Pak Eddy punya anak perem
Keluarga Kusuma memutuskan untuk menginap di hotel malam ini. Karna kasian pada Wowo jika harus menyetir seharian semalaman tanpa istirahat. "Mbak Melinda baik-baik saja kan? Kok saya yang jadi gemes sendiri melihat kelakuan Yusuf," tanya Wowo terlihat kesal tapi mata nya masih fokus ke jalanan."Aku baik-baik aja, pak. Sudah lah, biarkan saja dia. Dia pasti akan mendapat balasan yang setimpal nantinya. Aku yakin itu, siapa yang berani bermain api maka dia sendiri yang akan terbakar,""Benar itu, mbak. Yang penting mbak Melinda harus tetap semangat ya. Saya yakin Yusuf pasti akan menyesali perbuatannya, dasar lelaki tak tau di untung,"Meskipun Wowo hanya sopir pribadi keluarga Melinda. Tapi mereka sudah sangat dekat, Wowo sudah ikut dengan Kusuma sejak Melinda belum lahir. Mereka sudah seperti keluarga sendiri.Sepuluh menit kemudian mereka tiba di hotel tujuan. Meskipun mereka belum membooking terlebih dahulu tapi kelas VVIP selalu tersedia kapan pun. Apalagi jika pemilik hotel men
Keesokan hari nya mereka kembali melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah. Setelah semalaman menginap di hotel."Kita langsung pulang atau mau mampir ke suatu tempat dulu kah, pak?" tanya Wowo saat mereka sedang sarapan bersama."Iya, pak. Setelah ini kita langsung pulang saja. Gak papa kan? Pak Wowo gak capek?" Kusuma balik bertanya."Ya jelas gak dong, pak. Kan semalam saya tidur nyenyak di hotel mewah begini. Apalagi tidur sekamar dengan bapak. Jarang-jarang sopir tidur bareng majikan," canda Wowo membuat semuanya tertawa."Bisa aja pak Wowo. Yaudah setelah saparapan kita langsung check out," Saat mereka sedang menikmati sarapan, tiba-tiba saja Melinda melihat Risky masuk ke dalam restaurant juga."Loh itu bukan nya Risky?" gumam Melinda tapi masih bisa di dengar oleh kedua orangtuanya."Kayla siapa, nak?" tanya Kusuma."Adiknya Riska, pak,"Kusuma menyatukan kedua alisnya, "Riska siapa lagi sih, Mel?""Riska itu nama istri siri nya mas Yusuf pak," jelas Melinda."Loh jadi adi
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Sekitar hampir tiga jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di Bandung. Tepatnya di kediaman Kusuma Hadiningrat, sebuah rumah mewah dan juga elit. Meski masuk ke dalam pelosok namun tak ada yang menyangka jika ada sebuah rumah mungil tapi mewah yang berdiri kokoh disana. Bahkan bertetangga dengan warga menengah ke bawah."Selamat datang kembali ke rumah ini, Nona Melinda," ujar Sari pembantu rumah tangga yang membantu Marisha mengurus Melinda sejak kecil."Terimakasih, bi Sari. Aku kangen deh sama bibi," ucap Melinda langsung memeluk pembantu rumah tangganya itu."Oh iya tuan, di dalam ada tamu yang sedang menunggu," kata Sari."Tamu? Siapa bi?""Maaf tuan, saya teh lupa menanyakan namanya. Tapi jika dilihat dari penampilan kayaknya rekan bisnis tuan,"Kusuma langsung masuk ke dalam untuk melihat siapa yang tengah menunggunya."Herman!" terus Kusuma saat melihat lelaki paruh baya sedang duduk di ruang tamu."Nah akhirnya ketemu juga. Soalnya
Melinda menarik nafas panjang sebelum membalas perkataan ibunya. Dia terlihat kurang bersemangat dari sebelum memasuki kantor pengadilan agama tadi."Hufftt... Salah satu persyaratan untuk mengajukan gugatan perceraian adalah surat nikah, bu. Dan aku lupa membawanya kemarin," kata Melinda lesu."Oh gitu ya? Nanti kita runding kan dirumah sama bapak gimana baiknya. Udah gak usah di pikirin, ini kita mau langsung pulang atau gimana?" tanya Marisha."Pulang aja, bu." kata Melinda langsung masuk ke dalam mobil diikuti oleh Marisha.Wowo langsung melajukan mobil mereka menuju ke rumah sesuai dengan permintaan majikannya.Baru lima menit Wowo mengemudi ponsel Melinda berdering terlihat Yusuf yang menelpon. Melinda mengabaikan panggilan itu sebab tahu Yusuf pasti akan memintanya untuk membatalkan gugatan perceraian itu. Saat mereka tiba di rumah ternyata sudah ada Kusuma yang menunggu kedatangan mereka di rumah."Loh bapak udah pulang?" tanya Marisha menyerngit heran saat melihat suaminya s