Home / Pernikahan / Suksesnya Wanita Terbuang / 6. Lelaki Pembuat Onar

Share

6. Lelaki Pembuat Onar

Author: Stara
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Laki-laki berambut kecoklatan itu duduk berhadapan dengan Amber. Matanya berkedip aneh. Salah satu tangannya berada di atas meja, nyaris menempel dengan tangan Amber padahal semua orang tau perlakuan seperti itu sama sekali tidak sopan.

 

Amber tidak memperhatikan apapun kecuali mendengarkan lawan bicaranya di telepon.

 

Saat itu pintu terbuka dari luar. Wanita berusia 26 tahun masuk dengan ekspresi marah. "Amber, aku muak dengan laki-laki itu."

 

Amber menoleh dengan ekspresi kesal. "Aku sedang menjawab telefon, Kaylin Hayes!"

 

"Ya, tapi kau harus dengarkan aku. Laki-laki bernama Adam itu berani mengancamku untuk bisa masuk ke sini. Dia datang untuk ketiga kalinya sejak pagi. Kedatangannya sungguh meresahkan." Kaylin baru sadar ada laki-laki duduk berhadapan dengan Amber sedang menatap datar ke arahnya. "James, apa yang kau lakukan di sini?"

 

"Cuma melaporkan masalah," sahut lelaki berambut coklat itu dengan ekspresi salah tingkah.

 

"Kau sudah selesai? Kalau begitu, silahkan keluar!" Kaylin menarik James dari kursi dan mendorongnya keluar. "Ada masalah lebih penting yang harus aku bicarakan dengan boss Amber J!" tegasnya dengan gigi menggertak.

 

"Relax! Aku akan keluar, tidak perlu mendorongku, Kaylin," sahut James sambil mengusap lengannya seolah ada debu di sana.

 

Kaylin menunggu pintu ruangan terutup dan James menghilang dari pandangan, baru dia bicara dengan ekspresi serius. "Adam McLarren, dia yang datang ke sini beberapa hari yang lalu---"

 

Amber memperlihatkan telunjuknya. Menyuruh Kaylin berhenti bicara dengan tatapan sinis. "Maaf, Pak. Bisa kita bicara lagi nanti? Sampai jumpa!" 

 

Amber mematikan panggilan sepihak. Menegakkan wajah ke arah Kaylin. "Kau harus belajar sopan santun di ruanganku."

 

"Oh, sudahlah. Aku tidak peduli sopan santun lagi, aku ingin laki-laki bernama Adam itu ditangani. Dia terus saja memberontak untuk masuk ke ruanganmu."

 

Amber menelan saliva. Mengingat saat dia bertemu dengan laki-laki itu di sekolah Daniel. Mereka tidak sempat saling bicara dan Amber bersyukur karena itu.

 

"Aku tidak mengerti kenapa dia punya keberanian sebesar ini. Seharusnya dia malu pernah ditolak, tetapi masih bersikeras datang ke sini."

 

"Mungkin dia datang untuk tujuan lain," sahut Amber tanpa nada.

 

"Untuk tujuan lain? Tujuan apa?"

 

"Kita tidak akan tau kalau tidak bertanya secara langsung padanya. Biarkan dia masuk."

 

Kaylin menatap tak percaya. "Kau serius?"

 

"Tidak ada salahnya membiarkan dia masuk."

 

"Ya, tapi kau tidak pernah mau bicara dengan orang asing sebelumnya. Sikapmu yang baru ini membuatku bertanya-tanya. Atau jangan-jangan ... kalian saling mengenal."

 

"Ya, kami saling mengenal."

 

Kaylin mematung selama beberapa detik. Lalu melebarkan matanya untuk memastikan sosok di hadapannya adalah Amber. "Hm ... oke. Aku akan suruh dia masuk. Setelah dia pergi, aku akan datang ke sini lagi untuk mengintrogasimu."

 

Kaylin bangkit dari duduknya. Masih menatap kebingungan ke arah Amber, sampai kakinya tak sengaja menyandung kaki kursi.

 

Beberapa saat setelah Kaylin keluar, terjadi keheningan suram. Amber menunggu selama hampir satu menit dengan menatap tak berkedip ke arah pintu, tak kunjung ada orang yang masuk.

 

"Buang-buang waktu," bisiknya sambil membuka catatan dan meraih bolpoin.

 

Brak ...

 

Pintu menjeblak terbuka. Amber mengira pintu kacanya itu pecah sehingga dia terlonjak kaget dari kursinya.

 

"Maaf, aku dikejar penjaga!" Adam menahan dadanya yanga bergerak naik turun. Napasnya ngos-ngosan parah. Dasi di lehernya melonggar dan ada bercak darah di sudut bibirnya.

 

"Sekali lagi kau tidak sopan di ruanganku, Tuan Adam."

 

Adam melangkah tertatih-tatih ke kursi di hadapan Amber. "Aku tidak bermaksud tak sopan, Miss. Aku benar-benar minta maaf."

 

"Mau apa lagi kau ke sini? Bukankah aku sudah bilang kemarin bahwa aku tidak ingin punya karyawan sepertimu."

 

"Ehm ... Anda tidak bilang begitu, Miss. Anda bilang Anda menolak lamaranku ... maksudku, lamaran pekerjaanku."

 

Amber mengalihkan pandangan dan mendengus.

 

"Tetapi sekarang aku ingin bersungguh-sungguh meminta kepada Anda untuk memperbolehkanku bekerja di sini." Adam memperlihatkan berkas yang tertekuk-tekuk ke hadapan Amber. 

 

"Aku benar-benar memohon!" Adam duduk di hadapan Amber sambil menahan napas tak beraturannya.

 

Amber menatap lurus ke mata Adam. Dia mengedipkan matanya setelah menatap mata itu terlalu lama dan mengambil napas. "Keputusanku sudah kau dengar kemarin, aku tidak akan menerimamu."

 

"Miss, kumohon! Anda bisa jadikan aku cleaning servise atau tukang pengantar teh, itu tidak masalah, asalkan Anda menerimaku."

 

Amber menautkan alis. 

 

"Aku tidak bercanda," sahut Adam ketika melihat ekspresi tak percaya di wajah Amber. 

 

"Maaf, Tuan McLarren, aku tidak bisa."

 

"Apa ini karena permusuhan kedua anak kita?"

 

Tiba-tiba Amber merasakan sengatan di nadinya. Kedua matanya kembali menatap lurus ke mata Adam. Sorotan marah menjalar di antara kedua mata Amber. 

 

"Aku tidak pernah membawa masalah pribadi dalam dunia pekerjaan," sahut Amber dengan nada getir.

 

"Aku benar-benar minta maaf atas nama Ovi."

 

"ITU DIA!" dua penjaga muncul di ambang pintu ruangan Amber. Keduanya menatap marah ke arah Adam yang kini berdiri dengan ekspresi kaku. 

 

"Maaf Miss Amber, dia datang dengan cara yang tidak sopan," kata salah satu penjaga yang sudah menodongkan tongkatnya untuk memukuli Adam lagi.

 

Kedua penjaga itu melangkahkan kaki tegap mereka ke dalam ruangan untuk meringkus Adam.

 

"Berhenti! Biarkan dia di sini!" perintah Amber membuat kedua penjaga itu saling menatap kebingungan. "Kami perlu bicara. Kalian boleh kembali ke tempat berjaga."

 

"Baik, Miss." Kedua penjaga itu pergi dengan langkah ragu-ragu.

 

Adam duduk lagi. Ekspresinya terlihat lebih lega. "Apakah ada kemungkinan bahwa aku akan diterima sekarang?" tanya Adam penuh percaya diri.

 

"Kenapa kau begitu bersikeras melamar pekerjaan di sini meskipun aku sudah menolakmu berkali-kali?" Amber menyeringai penuh selidik.

 

"Mencarikan berlian terlangka di ujung dunia pun tetap akan kulakukan jika demi putriku. Aku tidak bisa menolak apapun yang ia impikan, dan mendapatkan pekerjaan di sini adalah salah satu impiannya. Sudah kubilang, dia sangat menyukai Anda, Miss."

 

Amber kehilangan kata-kata. Ekspresi profesionalnya melunak. Matanya tak berkedip beberapa detik hanya untuk menatap betapa murninya sorotan mata Adam ketika mengatakan itu. Lalu Amber sadar, mungkin ini hanya sebuah trik agar dia bisa memberi Adam pekerjaan. Laki-laki itu benar-benar aktor handal.

 

"Karyawan di sini tidak boleh membawa anggota keluarganya masuk ke kantor," sanggah Amber sama sekali tidak mempengaruhi Adam.

 

"Aku tau, Miss. Setidaknya dia bisa membanggakan kepada teman-temannya kalau ayahnya bekerja di tempat impiannya. Dia selalu pulang dalam keadaan menangis ketika teman-temannya menyombongkan tentang ibu mereka, Ovi tidak punya ibu, dia tidak punya sesuatu untuk dibanggakan."

 

Amber kembali terlena dengan cara Adam menceritakan tentang putrinya. Sekarang dia agak sadar, Adam bukan seorang aktor, lelaki itu benar-benar tulus.

 

"Baiklah, aku memberimu satu minggu percobaan di departemen komunikasi. Setelah itu, baru aku akan menentukan apakah kau harus bertahan atau tidak."

 

Adam terperangah. Matanya berkedip cemas. "Apa aku tidak salah dengar? Anda memberiku pekerjaan?"

 

"Kau masih dalam tahap percobaan. Ingat itu!"

 

"Terima kasih, Miss. Terima kasih sudah memahami keadaaanku. Boleh aku pulang sekarang? Aku ingin memberi kabar bahagia ini untuk putriku. Dia pasti sangat senang."

 

"Ya, pergilah!" 

 

Adam berjalan keluar setelah memberi tatapan penuh terima kasih kepada Amber. Mulai besok dia akan bekerja di sini untuk Ovi.

 

Stara

Hay pembaca! Selamat membaca kisah Amber dan kawan-kawan. Semoga terhibur!

| Like

Related chapters

  • Suksesnya Wanita Terbuang   7. Meminta Maaf

    "Hey, penakut!" ejek Ovi ke arah Daniel yang sedang memakan sandwich di kantin sendirian. "Dasar penakut!" Ovi menjulurkan lidahnya. "Daniel tidak berani bicara di depan ibunya," jelas Ovi kepada teman-temannya."Mungkin karena dia tidak bisa bicara," sahut salah satu dari mereka lalu tertawa terbahak.Ovi mengajak teman-temannya mendekat ke meja Daniel. "Dasar penakut!"Daniel menggebrak meja. Gejolak emosi membakar dadanya. Matanya menatap marah ke wajah Ovi. Alih-alih takut, Ovi dan teman-temannya terbahak hingga menjadi satu-satunya suara terkeras di kantin."Kau pasti mau menangis, 'kan? Menangis saja sekarang. Aku mau menonton!" Ovi tertawa lagi.Daniel menarik kotak bekalnya dari atas meja dan berjalan keluar kantin diiringi suara tawa Ovi dan teman-temannya.Dia terus berjalan ketika seisi kantin menatap penasaran ke arahnya."Aduh!" Daniel sadar dia tidak memperhatikan jalan hingga tak sengaja menabrak seseorang di koridor. Makanannya berhamburan di lantai. Daniel menoleh ke

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   8. Hari Pertama

    Adam sangat antuasias di hari pertamanya bekerja di perusahaan Amber J. Dia menyiapkan sarapan sambil berdendang riang bersama Ovi yang kini sedang menikmati roti bakar dan selai dari atas meja."When ... you want me!" dendang mereka sama-sama. Ovi tertawa-tawa karena sang ayah membuat nada seperti kakek-kakek tersedak."Papa, stop!" kata Ovi saat Adam ingin melanjutkan lirik lagunya. "Kau membuatku tertawa sampai sakit perut.""Oh ya?" Adam duduk di kursinya dan menggelitik perut Ovi sampai tawa gadis itu tak bersuara.Kring ...Keduanya menatap ke arah pintu utama saat seseorang membunyikan bel di depan rumah."Oh tidak, kau hampir telat!" pekik Adam, langsung menyiapkan tas Ovi yang sudah tergeletak di ujung ruangan. "Jangan sampai papa dipanggil ke sekolah lagi, oke? Jangan buat ulah!""Ya," sahut Ovi sambil mengedikkan bahunya. Dia merebut tasnya di tangan Adam. "Semoga hari pertamamu di sana menyenangkan.""Semoga."Itulah yang Adam bayangkan. Berangkat ke kantor dan memperken

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   9. Keadaan Kritis

    Adam mengendarai mobilnya sampai ke rumah sakit. Tanpa mengunci mobilnya, dia langsung berlarian menuju ke ruangan Ovi. Kebetulan saat itu dokter sedang keluar dari sana."Dokter!" seru Adam dengan dasi longgar dan rambut berantakan. "Saya ... saya ayahnya. Apakah Ovi baik-baik saja?""Dia mengalami cidera cukup dalam di kepala yang hampir melukai otaknya.""Oh tidak." Adam menelan saliva sebisanya."Jangan khawatir!" Dokter menepuk bahu Adam yang masih berguncang. "Putri Anda sangat kuat. Dia sedang dalam masa kritis saat ini, tapi sebentar lagi dia akan membaik."Adam langsung menghambur ke dalam ruangan. Lampu temaram di tengah ruangan memperlihatkan putrinya terbujur lemas di atas brangkar berwarna hijau. Hidungnya terpasang nasal kanul, sedangkan kepalanya terbalut perban."Ovi ...." Adam merasakan tubuhnya tertusuk ribuan pisau tepat di dadanya, dan itu tidak seberapa daripada rasa sakit yang sedang dia alami ketika melihat putrinya yang ceria dalam keadaan seperti ini."Dia cum

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   10. Pengakuan Daniel

    Hari berikutnya, Amber mendengar kabar bahwa Adam tidak berangkat ke kantor padahal hari ini adalah hari keduanya bekerja. Amber semakin dibuat marah. Memang bukan tugasnya mengurus karyawan, tetapi dia yang membuat kesepakatan untuk memberi waktu percobaan selama seminggu dan lelaki itu sama sekali tidak menganggap perintahnya serius.Keesokan harinya masih sama, Adam masih tak berangkat. Itu membuat keputusan Amber semakin bulat, dia akan memecat Adam sebelum menerimanya. Entah kenapa mengambil keputusan itu membuat Amber marah pada dirinya sendiri. Dia pernah terlena dengan cara Adam bicara, jujur saja, tetapi dia tidak ingin mengakuinya.Lagipula, Adam adalah tipe laki-laki yang suka main-main, buktinya dia tidak mengindahkan perintah Amber. Bahkan satu-satunya pekerjaan yang Amber berikan pun sama sekali tidak dikerjakan.Telepon berdering membuat lamunan Amber buyar. Dia menarik gagang telefon dan menjawab panggilan yang ternyata berasal dari resepsionisnya di luar."Ya, Kayli

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   11. Bagaimana Membesarkan Anak?

    Adam mengemas seluruh barang miliknya di sudut-sudut meja ruangan Ovi. Ovi sudah diperbolehkan pulang. Infus dan alat-alat medis di tubuhnya sudah dilepaskan. Dia sudah bisa bergerak bebas, bahkan meloncat-loncat gaya balet seperti kebiasaan anehnya di rumah."Papa, apa setelah ini kau akan mengajakku ke AJ lagi?" tanya Ovi setelah dia kelelahan menjijitkan kedua kakinya dan melayang sampai nyaris menjatuhkan gelas dari meja."Ke AJ, untuk apa?""Untuk ikut kau bekerja."Adam menghentikan tangannya yang sedang memasukkan makanan sisa ke tempat sampah. "Sebenarnya sayang ... papa sangat sibuk hari ini. Papa akan menitipkanmu ke Bibi Anderson, lalu papa akan pergi. Setuju?""Tidak. Rumah Bibi Anderson bau makanan busuk. Aku tidak mau ke sana. Lebih baik aku menunggu di rumah daripada berada di rumah itu."Adam menghela napas. "Baiklah. Papa tidak akan protes.""Hay!" sapa suara bernada tinggi tetapi pelan. Daniel muncul dari balik pintu. Masih mengenakan seragam sekolah.Ovi langsung me

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   12. Dan Mereka Berteman

    "Oke, anak-anak. Kalian akan membentuk kelompok yang beranggotakan dua anak untuk mengerjakan essai dariku. Tugas essai itu harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Kalian bisa meminta dampingan orang tua atau pengasuh kalian untuk mengerjakan tugas itu bersama-sama!" jelas Miss Travizo di depan kelas."Miss!" tangan milik seorang gadis yang duduk di bangku paling belakang terangkat ke atas, dia adalah Ovi. "Apakah kita bisa memilih partner kita sendiri?""Ya, tentu saja. Kalian bisa pilih partner yang kalian inginkan.""Ovi!" seru gadis berambut kepang yang duduk di samping Ovi. "Kau mau bersamaku, 'kan?""Tidak," sahut Ovi dengan nada mengejek. "Aku tidak mau sekelompok dengan anak yang tidak mau berkontribusi ketika menyelesaikan pr."Gadis berambut kepang itu menatap malas. "Lalu, kau mau dengan siapa?""Daniel," sahut Ovi dengan nada antusias."Daniel? Kau serius? Pasti kau hanya akan menghabiksan waktumu dengan memukulinya.""Tidak. Aku tidak akan memukulinya lagi." Daniel m

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   13. James Carmody

    Tok tok ..."Boleh aku masuk?" James berdiri di ambang pintu ruangan Amber."Ya," sahut Amber dengan nada lelah."Aku ingin membicarakan sesuatu. Mumpung ini masih jam istirahat." James duduk di hadapan Amber. Ekspresinya berubah lebih santai. Bibirnya agak membengkok ke atas agar tidak terlihat seram."Aku baru saja ... menjemput Daniel dari sekolah.""Oh ya? Kau baik sekali." Amber menoleh sekilas, lalu kembali mengalihkan pandangan keluar jendela untuk berpikir."Apa yang sedang kau pikirkan?"James menegakkan duduknya untuk memperhatikan lamunan Amber. "Aku perhatikan sejak meeting kau terlihat sedang memikirkan sesuatu.""Jika iya pun kau tidak berhak untuk tau."James mengulum senyum. "Aku bisa jadi teman curhat yang baik. Percayalah!""Oh ya? Kaylin punya lebih banyak masalah dalam hidupnya. Dia baru saja gagal menikah, kurasa dia punya banyak cerita yang harus diungkapkan kepada seseorang. Kau mungkin orang yang tepat."James terdiam beberapa detik. "Kaylin punya banyak teman c

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   14. Sepak Bola

    Amber terpaksa duduk di sofa untuk menghargai kedatangan James yang sama sekali tidak dia harapkan. Seharusnya James bisa menyadari raut wajah Amber yang terlihat tak mendukungnya dan memilih memutuskan untuk pergi, tetapi ternyata James tidak putus asa."Apa semuanya baik-baik saja? Kau sudah tidak memikirkan hal yang membuatmu kepikiran di kantor tadi?" tanya James dengan nada halus penuh perhatian.Amber menghela napas bosan. Dia harus mengingat kekhawatiran itu lagi karena James. "Ya, aku baik-baik saja.""Aku sempat cemas. Mungkin kau sedang memikirkan tentang Daniel. Maksudku ... dia bergaul dengan anak yang salah. Anaknya McLarren itu membuatku ikut cemas padanya. Aku sering lihat gadis itu mengejek Daniel setiap kali aku menjemputnya di sekolah." James menampilkan ekspresi resahnya yang sengaja dibuat-buat."Syukurlah mereka sudah baikan dan aku baru saja mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.""Apa?" James terlihat sangat terkejut. "Ovi dan Daniel baru saja dari sini untuk

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Suksesnya Wanita Terbuang   16. Serasi

    Amber sudah mengemasi seluruh perlengkapan kerjanya ke dalam tas. Kedua asistennya membawa barang-barangnya ke dalam mobil sementara dia masih harus mengecek beberapa ruangan. Amber dan James sempat bertemu di koridor. Sialnya mereka harus satu lift. James tidak berhenti mencuri perhatian Amber, tetapi Amber berusaha untuk tidak peduli."Kau sudah baca undangan yang kuberikan padamu, 'kan?" James menatap tubuh Amber yang berdiri sangat jauh darinya. Terkadang dia agak tersinggung dengan cara Amber memandangnya. Dia bukan satu-satunya laki-laki yang Amber tatap dengan cara seperti itu.James sering mendengar dari Kaylin bahwa Amber punya masa lalu yang kelam. Itu sangat masuk akal. Banyak yang bertanya-tanya bagaimana Amber bisa menumbuhkan perusahaannya hingga sebesar ini padahal dia hanya seorang ibu tunggal sekaligus anak yatim piatu. James bersyukur dia tau sedikit tentang hal itu. James tau Amber belum pernah menikah seumur hidupnya. Mungkin Amber pernah terjebak dengan hubungan

  • Suksesnya Wanita Terbuang   15. Memberi Harapan

    "Hewan herbivor adalah hewan yang suka makan ..." Ovi berdiri di samping Daniel tepat di depan papan tulis. Anak-anak menatap ke arah mereka dengan ekspresi penasaran apakah kerja sama Ovi dan Daniel yang merupakan musuh itu akhirnya berhasil, tetapi Ovi beberapa kali lupa dengan essai-nya dan harus dibisiki Daniel agar presentasi mereka berjalan lancar."Hewan herbivor adalah hewan yang suka makan tumbuhan. Contohnya adalah kadal ... ups." Ovi menutup mulutnya karena salah ucap. Sontak satu kelas tertawa ke arahnya. "Apakah kadal makan tumbuhan? Memang benar, kan, Dan?" Ovi mengerling ke arah Daniel yang sedang menjaga sikap profesionalnya untuk tidak menjawab pertanyaan satu tim karena itu akan membuatnya terlihat kurang persiapan, padahal dia dan Ovi berlatih tiap hari."Tidak, Ovi!" jawab Miss Travizo dari kursi guru."Ya, aku baru ingat sekarang." Ovi berdehem dan kembali menatap ke hadapan kelas untuk melanjutkan presentasinya.Daniel mendapat giliran beberapa saat kemudian. Di

  • Suksesnya Wanita Terbuang   14. Sepak Bola

    Amber terpaksa duduk di sofa untuk menghargai kedatangan James yang sama sekali tidak dia harapkan. Seharusnya James bisa menyadari raut wajah Amber yang terlihat tak mendukungnya dan memilih memutuskan untuk pergi, tetapi ternyata James tidak putus asa."Apa semuanya baik-baik saja? Kau sudah tidak memikirkan hal yang membuatmu kepikiran di kantor tadi?" tanya James dengan nada halus penuh perhatian.Amber menghela napas bosan. Dia harus mengingat kekhawatiran itu lagi karena James. "Ya, aku baik-baik saja.""Aku sempat cemas. Mungkin kau sedang memikirkan tentang Daniel. Maksudku ... dia bergaul dengan anak yang salah. Anaknya McLarren itu membuatku ikut cemas padanya. Aku sering lihat gadis itu mengejek Daniel setiap kali aku menjemputnya di sekolah." James menampilkan ekspresi resahnya yang sengaja dibuat-buat."Syukurlah mereka sudah baikan dan aku baru saja mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.""Apa?" James terlihat sangat terkejut. "Ovi dan Daniel baru saja dari sini untuk

  • Suksesnya Wanita Terbuang   13. James Carmody

    Tok tok ..."Boleh aku masuk?" James berdiri di ambang pintu ruangan Amber."Ya," sahut Amber dengan nada lelah."Aku ingin membicarakan sesuatu. Mumpung ini masih jam istirahat." James duduk di hadapan Amber. Ekspresinya berubah lebih santai. Bibirnya agak membengkok ke atas agar tidak terlihat seram."Aku baru saja ... menjemput Daniel dari sekolah.""Oh ya? Kau baik sekali." Amber menoleh sekilas, lalu kembali mengalihkan pandangan keluar jendela untuk berpikir."Apa yang sedang kau pikirkan?"James menegakkan duduknya untuk memperhatikan lamunan Amber. "Aku perhatikan sejak meeting kau terlihat sedang memikirkan sesuatu.""Jika iya pun kau tidak berhak untuk tau."James mengulum senyum. "Aku bisa jadi teman curhat yang baik. Percayalah!""Oh ya? Kaylin punya lebih banyak masalah dalam hidupnya. Dia baru saja gagal menikah, kurasa dia punya banyak cerita yang harus diungkapkan kepada seseorang. Kau mungkin orang yang tepat."James terdiam beberapa detik. "Kaylin punya banyak teman c

  • Suksesnya Wanita Terbuang   12. Dan Mereka Berteman

    "Oke, anak-anak. Kalian akan membentuk kelompok yang beranggotakan dua anak untuk mengerjakan essai dariku. Tugas essai itu harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Kalian bisa meminta dampingan orang tua atau pengasuh kalian untuk mengerjakan tugas itu bersama-sama!" jelas Miss Travizo di depan kelas."Miss!" tangan milik seorang gadis yang duduk di bangku paling belakang terangkat ke atas, dia adalah Ovi. "Apakah kita bisa memilih partner kita sendiri?""Ya, tentu saja. Kalian bisa pilih partner yang kalian inginkan.""Ovi!" seru gadis berambut kepang yang duduk di samping Ovi. "Kau mau bersamaku, 'kan?""Tidak," sahut Ovi dengan nada mengejek. "Aku tidak mau sekelompok dengan anak yang tidak mau berkontribusi ketika menyelesaikan pr."Gadis berambut kepang itu menatap malas. "Lalu, kau mau dengan siapa?""Daniel," sahut Ovi dengan nada antusias."Daniel? Kau serius? Pasti kau hanya akan menghabiksan waktumu dengan memukulinya.""Tidak. Aku tidak akan memukulinya lagi." Daniel m

  • Suksesnya Wanita Terbuang   11. Bagaimana Membesarkan Anak?

    Adam mengemas seluruh barang miliknya di sudut-sudut meja ruangan Ovi. Ovi sudah diperbolehkan pulang. Infus dan alat-alat medis di tubuhnya sudah dilepaskan. Dia sudah bisa bergerak bebas, bahkan meloncat-loncat gaya balet seperti kebiasaan anehnya di rumah."Papa, apa setelah ini kau akan mengajakku ke AJ lagi?" tanya Ovi setelah dia kelelahan menjijitkan kedua kakinya dan melayang sampai nyaris menjatuhkan gelas dari meja."Ke AJ, untuk apa?""Untuk ikut kau bekerja."Adam menghentikan tangannya yang sedang memasukkan makanan sisa ke tempat sampah. "Sebenarnya sayang ... papa sangat sibuk hari ini. Papa akan menitipkanmu ke Bibi Anderson, lalu papa akan pergi. Setuju?""Tidak. Rumah Bibi Anderson bau makanan busuk. Aku tidak mau ke sana. Lebih baik aku menunggu di rumah daripada berada di rumah itu."Adam menghela napas. "Baiklah. Papa tidak akan protes.""Hay!" sapa suara bernada tinggi tetapi pelan. Daniel muncul dari balik pintu. Masih mengenakan seragam sekolah.Ovi langsung me

  • Suksesnya Wanita Terbuang   10. Pengakuan Daniel

    Hari berikutnya, Amber mendengar kabar bahwa Adam tidak berangkat ke kantor padahal hari ini adalah hari keduanya bekerja. Amber semakin dibuat marah. Memang bukan tugasnya mengurus karyawan, tetapi dia yang membuat kesepakatan untuk memberi waktu percobaan selama seminggu dan lelaki itu sama sekali tidak menganggap perintahnya serius.Keesokan harinya masih sama, Adam masih tak berangkat. Itu membuat keputusan Amber semakin bulat, dia akan memecat Adam sebelum menerimanya. Entah kenapa mengambil keputusan itu membuat Amber marah pada dirinya sendiri. Dia pernah terlena dengan cara Adam bicara, jujur saja, tetapi dia tidak ingin mengakuinya.Lagipula, Adam adalah tipe laki-laki yang suka main-main, buktinya dia tidak mengindahkan perintah Amber. Bahkan satu-satunya pekerjaan yang Amber berikan pun sama sekali tidak dikerjakan.Telepon berdering membuat lamunan Amber buyar. Dia menarik gagang telefon dan menjawab panggilan yang ternyata berasal dari resepsionisnya di luar."Ya, Kayli

  • Suksesnya Wanita Terbuang   9. Keadaan Kritis

    Adam mengendarai mobilnya sampai ke rumah sakit. Tanpa mengunci mobilnya, dia langsung berlarian menuju ke ruangan Ovi. Kebetulan saat itu dokter sedang keluar dari sana."Dokter!" seru Adam dengan dasi longgar dan rambut berantakan. "Saya ... saya ayahnya. Apakah Ovi baik-baik saja?""Dia mengalami cidera cukup dalam di kepala yang hampir melukai otaknya.""Oh tidak." Adam menelan saliva sebisanya."Jangan khawatir!" Dokter menepuk bahu Adam yang masih berguncang. "Putri Anda sangat kuat. Dia sedang dalam masa kritis saat ini, tapi sebentar lagi dia akan membaik."Adam langsung menghambur ke dalam ruangan. Lampu temaram di tengah ruangan memperlihatkan putrinya terbujur lemas di atas brangkar berwarna hijau. Hidungnya terpasang nasal kanul, sedangkan kepalanya terbalut perban."Ovi ...." Adam merasakan tubuhnya tertusuk ribuan pisau tepat di dadanya, dan itu tidak seberapa daripada rasa sakit yang sedang dia alami ketika melihat putrinya yang ceria dalam keadaan seperti ini."Dia cum

  • Suksesnya Wanita Terbuang   8. Hari Pertama

    Adam sangat antuasias di hari pertamanya bekerja di perusahaan Amber J. Dia menyiapkan sarapan sambil berdendang riang bersama Ovi yang kini sedang menikmati roti bakar dan selai dari atas meja."When ... you want me!" dendang mereka sama-sama. Ovi tertawa-tawa karena sang ayah membuat nada seperti kakek-kakek tersedak."Papa, stop!" kata Ovi saat Adam ingin melanjutkan lirik lagunya. "Kau membuatku tertawa sampai sakit perut.""Oh ya?" Adam duduk di kursinya dan menggelitik perut Ovi sampai tawa gadis itu tak bersuara.Kring ...Keduanya menatap ke arah pintu utama saat seseorang membunyikan bel di depan rumah."Oh tidak, kau hampir telat!" pekik Adam, langsung menyiapkan tas Ovi yang sudah tergeletak di ujung ruangan. "Jangan sampai papa dipanggil ke sekolah lagi, oke? Jangan buat ulah!""Ya," sahut Ovi sambil mengedikkan bahunya. Dia merebut tasnya di tangan Adam. "Semoga hari pertamamu di sana menyenangkan.""Semoga."Itulah yang Adam bayangkan. Berangkat ke kantor dan memperken

DMCA.com Protection Status