Share

7. Meminta Maaf

Author: Stara
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

"Hey, penakut!" ejek Ovi ke arah Daniel yang sedang memakan sandwich di kantin sendirian. "Dasar penakut!" Ovi menjulurkan lidahnya. 

 

"Daniel tidak berani bicara di depan ibunya," jelas Ovi kepada teman-temannya.

 

"Mungkin karena dia tidak bisa bicara," sahut salah satu dari mereka lalu tertawa terbahak.

 

Ovi mengajak teman-temannya mendekat ke meja Daniel. "Dasar penakut!"

 

Daniel menggebrak meja. Gejolak emosi membakar dadanya. Matanya menatap marah ke wajah Ovi. Alih-alih takut, Ovi dan teman-temannya terbahak hingga menjadi satu-satunya suara terkeras di kantin.

 

"Kau pasti mau menangis, 'kan? Menangis saja sekarang. Aku mau menonton!" Ovi tertawa lagi.

 

Daniel menarik kotak bekalnya dari atas meja dan berjalan keluar kantin diiringi suara tawa Ovi dan teman-temannya.

 

Dia terus berjalan ketika seisi kantin menatap penasaran ke arahnya.

 

"Aduh!" Daniel sadar dia tidak memperhatikan jalan hingga tak sengaja menabrak seseorang di koridor. Makanannya berhamburan di lantai. Daniel menoleh ke arah sosok yang baru saja dia tabrak.

 

"Oh tidak," pekik Adam. "Apa kau bawa bekal lain?"

 

Daniel menggeleng.

 

"Kau Daniel anaknya Amber, 'kan?" tanya Adam, mendapat anggukan kepala Daniel. "Ayo, kita ke kantin dan aku akan mengganti makananmu."

 

"Aku tidak mau ke kantin."

 

"Kenapa?"

 

"Tidak apa-apa." Daniel berlari ke arah koridor untuk menghindari kantin sejauh mungkin.

 

"Hey!" seru Adam dengan nada pasrah. Dia baru saja dapat informasi dari penjaga sekolah, seluruh siswa sedang istirahat. Adam ingin mengajak Ovi pulang untuk memberinya kabar bahagia tentang pekerjaan barunya dan dia yakin akan menemukan Ovi di kantin.

 

Adam semakin yakin saat dia membelok dan melihat Ovi sedang duduk bersama teman-temannya.

 

"Hay, Ovi!" Adam membungkuk ke arah putrinya.

 

"Dad, untuk apa kau ke sini?"

 

"Papa mau bicara. Ayo keluar dari sini." Adam menjulurkan tangannya.

 

Ovi ragu-ragu menerima juluran tangan itu. Dia takut ayahnya ingin memarahinya karena dia baru saja mengejek Daniel.

 

"Ayo, Ovi!"

 

Ovi menerima juluran tangan itu dan berjalan keluar kantin meninggalkan teman-temannya yang kembali mengobrol seru. Mereka berhenti di taman bermain, tempat mereka bisa melihat Daniel di sudut taman merenung sendirian.

 

"Apa yang terjadi padanya?" Adam menunjuk Daniel.

 

"A-aku tidak tau."

 

"Ovi, kau berbuat nakal lagi?"

 

"Tidak."

 

Adam menautkan alis dan melihat kebohongan dari sorot mata Ovi. "Ayo, minta maaf padanya."

 

"Apa? Tidak mau," elak Ovi sambil menarik tangannya dari genggaman Adam.

 

"Jangan keras kepala, Ovi. Kalau kita bersalah, berarti kita harus minta maaf."

 

"Aku tidak bersalah."

 

Adam menghela napas. Menangani Ovi dalam situasi seperti ini adalah hal paling menantang baginya. "Aku melihat Daniel berlari ketakutan dari kantin, pasti ada hubungannya denganmu, 'kan?"

 

"Bukan aku saja yang sering membullynya, Papa."

 

"Kalau begitu, bela dia ketika dia dibully orang lain."

 

"Kenapa aku harus membela culun dan penakut sepertinya?"

 

"Ovi, hentikan!" Adam kehilangan kesabaran. Wajah Ovi memerah ketika menyadari emosi dari gerakan ayahnya. "Kau harus minta maaf padanya!" tegas Adam.

 

Ovi menahan air matanya yang sudah menggenang. Akhirnya dia berjalan mendekati Daniel di ujung taman. Dengan ekspresi marah, dia menjulurkan tangannya ke hadapan Daniel.

 

Daniel menoleh kebingungan, lalu dia paham Ovi sedang pura-pura minta maaf padanya di depan ayahnya. 

 

"Ovi dan aku mau minta maaf, Nak," kata Adam saat Daniel tak kunjung menjabat tangan Ovi. 

 

Daniel menatap kedua mata Ovi yang sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi bersalah, justru dendam Ovi semakin besar. Namun Daniel tetap menjabat tangan itu.

 

"Bilang maaf, Ovi!" pesan Adam membuat Ovi menghela napas.

 

"Maaf," kata Ovi dengan nada malas.

 

"Ya," sahut Daniel sambil melepas jabatan itu cepat-cepat.

 

Adam menghela napas lega. Dia menatap bangga ke arah Ovi, lalu menatap Daniel lagi. "Mau ikut kami?" 

 

"Kemana?" tanya Daniel.

 

"Bolos."

 

Daniel menggeleng pelan.

 

"Papa mau mengajakku bolos?!" Ovi menatap kegirangan. 

 

"Sebenarnya bukan bolos, karena aku sudah minta izin kepada Miss Nancy untuk membawamu pulang."

 

"Kenapa? Ada masalah?" Ovi menautkan alis kecoklatannya.

 

"Coba kau tebak! Papa akhirnya dapat kesempatan bekerja di perusahaan Amber J!"

 

Baik Ovi maupun Daniel menoleh terperangah. Ovi meloncat-loncat tak terkendali. Dia berteriak keras dan meraih bahu Adam untuk dipeluk, sedangkan Daniel hanya menyeringai tersenyum seolah ingin mengucapkan kata selamat.

 

"Aku harus bilang ke Ashley agar dia tidak sombong lagi padaku, akhirnya aku bisa masuk Amber J tiap hari!" histeris Ovi.

 

"Ehm ... Ovi, bukan seperti itu." Adam merendahkan nada bicaranya.

 

"Apa? Apa yang tidak seperti itu? Apa maksud papa?" Ovi menghentikan teriakan bahagianya.

 

"Papa tidak diperbolehkan membawa anggota keluarga ke kantor."

 

"Apakah itu artinya, aku tidak bisa pergi ke sana?"

 

Adam tidak tega menjawabnya. Dia masih ingin melihat ekspresi bahagia di wajah putrinya.

 

"Papa!" seru Ovi, menuntut jawaban.

 

"Kita akan ke sana sekarang. Papa menjemputmu karena papa mau mengajakmu pergi ke Amber J."

 

Ovi tetap tersenyum, meskipun tidak selebar tadi. Otaknya sedang berusaha menggabungkan informasi yang ia dapatkan dari ayahnya. "Bagaimana dengan besok dan seterusnya? Aku bisa masuk ke sana lagi, 'kan?"

 

"Hm ... ya, tentu saja. Kalau papa sedang tidak bekerja, pasti papa akan membawamu ke sana."

 

"Aku bisa datang ke kantor ibuku kapan saja," gerutu Daniel membuat Ovi dan Adam menoleh. Mereka berdua menatap Daniel seolah bocah itu berubah warna kulitnya. Mereka tak menyangka Daniel akan bicara dengan nada seperti itu.

 

"Oh ya? Kau mulai sombong sekarang, hah?" Ovi mengangkat tangan ke pinggang. Pipinya menggelembung marah. Daniel agak membengkokkan senyum melihat wajah lucu Ovi.

 

"Ovi, kau sudah minta maaf padanya. Lagipula, ini saatnya kita pergi dari sekolah. Ayo, Nak!" 

 

Adam membawa Ovi pergi dari sana. Sampai mereka membelok ke parkiran, senyum di bibir Daniel belum menghilang. 

 

***

 

"Papa, ayo ke toko jam tangan di sana!" Ovi menarik lengan Adam yang sudah kewalahan menuju ke sisi kanan mall. Mereka berada di mall sejak empat jam lalu dan Ovi belum juga puas melihat-lihat barang-barang di sana.

 

"Ovi, selama kau melihat-lihat, papa akan pergi ke kafe. Bagaimana, kau setuju?"

 

Ovi menatap datar.

 

"Papa tidak tahan, nak." Adam menatap sekeliling. Ada lebih banyak wanita di ruangan itu, dia satu-satunya lelaki tanpa pasangan di sini.

 

"Baik," sahut Ovi yang mulai memikirkan peluangnya membeli barang-barang impian selama ayahnya di kafe.

 

"Temui aku kalau kau sudah selesai, oke?"

 

"Ya, Dad. Tentu saja."

 

Adam berjalan dengan langkah gontai ke arah kafe yang berhadapan secara langsung dengan toko jam. Dia bisa memantau Ovi dengan duduk di salah satu bangku itu. 

 

Adam mengenyakkan diri di atas kursi. Bahunya rileks dan napasnya semakin tenang. Tetapi matanya menangkap sesuatu di antara lalu lalang pengunjung. 

 

Adam melihat Amber berjalan bersama seorang laki-laki berambut coklat. Amber berjalan cepat seolah tidak ada siapapun di sampingnya, sedangkan laki-laki berambut coklat itu berusaha mengajaknya bicara. Adam menautkan alis penasaran.

 

 

Kaugnay na kabanata

  • Suksesnya Wanita Terbuang   8. Hari Pertama

    Adam sangat antuasias di hari pertamanya bekerja di perusahaan Amber J. Dia menyiapkan sarapan sambil berdendang riang bersama Ovi yang kini sedang menikmati roti bakar dan selai dari atas meja."When ... you want me!" dendang mereka sama-sama. Ovi tertawa-tawa karena sang ayah membuat nada seperti kakek-kakek tersedak."Papa, stop!" kata Ovi saat Adam ingin melanjutkan lirik lagunya. "Kau membuatku tertawa sampai sakit perut.""Oh ya?" Adam duduk di kursinya dan menggelitik perut Ovi sampai tawa gadis itu tak bersuara.Kring ...Keduanya menatap ke arah pintu utama saat seseorang membunyikan bel di depan rumah."Oh tidak, kau hampir telat!" pekik Adam, langsung menyiapkan tas Ovi yang sudah tergeletak di ujung ruangan. "Jangan sampai papa dipanggil ke sekolah lagi, oke? Jangan buat ulah!""Ya," sahut Ovi sambil mengedikkan bahunya. Dia merebut tasnya di tangan Adam. "Semoga hari pertamamu di sana menyenangkan.""Semoga."Itulah yang Adam bayangkan. Berangkat ke kantor dan memperken

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   9. Keadaan Kritis

    Adam mengendarai mobilnya sampai ke rumah sakit. Tanpa mengunci mobilnya, dia langsung berlarian menuju ke ruangan Ovi. Kebetulan saat itu dokter sedang keluar dari sana."Dokter!" seru Adam dengan dasi longgar dan rambut berantakan. "Saya ... saya ayahnya. Apakah Ovi baik-baik saja?""Dia mengalami cidera cukup dalam di kepala yang hampir melukai otaknya.""Oh tidak." Adam menelan saliva sebisanya."Jangan khawatir!" Dokter menepuk bahu Adam yang masih berguncang. "Putri Anda sangat kuat. Dia sedang dalam masa kritis saat ini, tapi sebentar lagi dia akan membaik."Adam langsung menghambur ke dalam ruangan. Lampu temaram di tengah ruangan memperlihatkan putrinya terbujur lemas di atas brangkar berwarna hijau. Hidungnya terpasang nasal kanul, sedangkan kepalanya terbalut perban."Ovi ...." Adam merasakan tubuhnya tertusuk ribuan pisau tepat di dadanya, dan itu tidak seberapa daripada rasa sakit yang sedang dia alami ketika melihat putrinya yang ceria dalam keadaan seperti ini."Dia cum

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   10. Pengakuan Daniel

    Hari berikutnya, Amber mendengar kabar bahwa Adam tidak berangkat ke kantor padahal hari ini adalah hari keduanya bekerja. Amber semakin dibuat marah. Memang bukan tugasnya mengurus karyawan, tetapi dia yang membuat kesepakatan untuk memberi waktu percobaan selama seminggu dan lelaki itu sama sekali tidak menganggap perintahnya serius.Keesokan harinya masih sama, Adam masih tak berangkat. Itu membuat keputusan Amber semakin bulat, dia akan memecat Adam sebelum menerimanya. Entah kenapa mengambil keputusan itu membuat Amber marah pada dirinya sendiri. Dia pernah terlena dengan cara Adam bicara, jujur saja, tetapi dia tidak ingin mengakuinya.Lagipula, Adam adalah tipe laki-laki yang suka main-main, buktinya dia tidak mengindahkan perintah Amber. Bahkan satu-satunya pekerjaan yang Amber berikan pun sama sekali tidak dikerjakan.Telepon berdering membuat lamunan Amber buyar. Dia menarik gagang telefon dan menjawab panggilan yang ternyata berasal dari resepsionisnya di luar."Ya, Kayli

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   11. Bagaimana Membesarkan Anak?

    Adam mengemas seluruh barang miliknya di sudut-sudut meja ruangan Ovi. Ovi sudah diperbolehkan pulang. Infus dan alat-alat medis di tubuhnya sudah dilepaskan. Dia sudah bisa bergerak bebas, bahkan meloncat-loncat gaya balet seperti kebiasaan anehnya di rumah."Papa, apa setelah ini kau akan mengajakku ke AJ lagi?" tanya Ovi setelah dia kelelahan menjijitkan kedua kakinya dan melayang sampai nyaris menjatuhkan gelas dari meja."Ke AJ, untuk apa?""Untuk ikut kau bekerja."Adam menghentikan tangannya yang sedang memasukkan makanan sisa ke tempat sampah. "Sebenarnya sayang ... papa sangat sibuk hari ini. Papa akan menitipkanmu ke Bibi Anderson, lalu papa akan pergi. Setuju?""Tidak. Rumah Bibi Anderson bau makanan busuk. Aku tidak mau ke sana. Lebih baik aku menunggu di rumah daripada berada di rumah itu."Adam menghela napas. "Baiklah. Papa tidak akan protes.""Hay!" sapa suara bernada tinggi tetapi pelan. Daniel muncul dari balik pintu. Masih mengenakan seragam sekolah.Ovi langsung me

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   12. Dan Mereka Berteman

    "Oke, anak-anak. Kalian akan membentuk kelompok yang beranggotakan dua anak untuk mengerjakan essai dariku. Tugas essai itu harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Kalian bisa meminta dampingan orang tua atau pengasuh kalian untuk mengerjakan tugas itu bersama-sama!" jelas Miss Travizo di depan kelas."Miss!" tangan milik seorang gadis yang duduk di bangku paling belakang terangkat ke atas, dia adalah Ovi. "Apakah kita bisa memilih partner kita sendiri?""Ya, tentu saja. Kalian bisa pilih partner yang kalian inginkan.""Ovi!" seru gadis berambut kepang yang duduk di samping Ovi. "Kau mau bersamaku, 'kan?""Tidak," sahut Ovi dengan nada mengejek. "Aku tidak mau sekelompok dengan anak yang tidak mau berkontribusi ketika menyelesaikan pr."Gadis berambut kepang itu menatap malas. "Lalu, kau mau dengan siapa?""Daniel," sahut Ovi dengan nada antusias."Daniel? Kau serius? Pasti kau hanya akan menghabiksan waktumu dengan memukulinya.""Tidak. Aku tidak akan memukulinya lagi." Daniel m

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   13. James Carmody

    Tok tok ..."Boleh aku masuk?" James berdiri di ambang pintu ruangan Amber."Ya," sahut Amber dengan nada lelah."Aku ingin membicarakan sesuatu. Mumpung ini masih jam istirahat." James duduk di hadapan Amber. Ekspresinya berubah lebih santai. Bibirnya agak membengkok ke atas agar tidak terlihat seram."Aku baru saja ... menjemput Daniel dari sekolah.""Oh ya? Kau baik sekali." Amber menoleh sekilas, lalu kembali mengalihkan pandangan keluar jendela untuk berpikir."Apa yang sedang kau pikirkan?"James menegakkan duduknya untuk memperhatikan lamunan Amber. "Aku perhatikan sejak meeting kau terlihat sedang memikirkan sesuatu.""Jika iya pun kau tidak berhak untuk tau."James mengulum senyum. "Aku bisa jadi teman curhat yang baik. Percayalah!""Oh ya? Kaylin punya lebih banyak masalah dalam hidupnya. Dia baru saja gagal menikah, kurasa dia punya banyak cerita yang harus diungkapkan kepada seseorang. Kau mungkin orang yang tepat."James terdiam beberapa detik. "Kaylin punya banyak teman c

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   14. Sepak Bola

    Amber terpaksa duduk di sofa untuk menghargai kedatangan James yang sama sekali tidak dia harapkan. Seharusnya James bisa menyadari raut wajah Amber yang terlihat tak mendukungnya dan memilih memutuskan untuk pergi, tetapi ternyata James tidak putus asa."Apa semuanya baik-baik saja? Kau sudah tidak memikirkan hal yang membuatmu kepikiran di kantor tadi?" tanya James dengan nada halus penuh perhatian.Amber menghela napas bosan. Dia harus mengingat kekhawatiran itu lagi karena James. "Ya, aku baik-baik saja.""Aku sempat cemas. Mungkin kau sedang memikirkan tentang Daniel. Maksudku ... dia bergaul dengan anak yang salah. Anaknya McLarren itu membuatku ikut cemas padanya. Aku sering lihat gadis itu mengejek Daniel setiap kali aku menjemputnya di sekolah." James menampilkan ekspresi resahnya yang sengaja dibuat-buat."Syukurlah mereka sudah baikan dan aku baru saja mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.""Apa?" James terlihat sangat terkejut. "Ovi dan Daniel baru saja dari sini untuk

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Suksesnya Wanita Terbuang   15. Memberi Harapan

    "Hewan herbivor adalah hewan yang suka makan ..." Ovi berdiri di samping Daniel tepat di depan papan tulis. Anak-anak menatap ke arah mereka dengan ekspresi penasaran apakah kerja sama Ovi dan Daniel yang merupakan musuh itu akhirnya berhasil, tetapi Ovi beberapa kali lupa dengan essai-nya dan harus dibisiki Daniel agar presentasi mereka berjalan lancar."Hewan herbivor adalah hewan yang suka makan tumbuhan. Contohnya adalah kadal ... ups." Ovi menutup mulutnya karena salah ucap. Sontak satu kelas tertawa ke arahnya. "Apakah kadal makan tumbuhan? Memang benar, kan, Dan?" Ovi mengerling ke arah Daniel yang sedang menjaga sikap profesionalnya untuk tidak menjawab pertanyaan satu tim karena itu akan membuatnya terlihat kurang persiapan, padahal dia dan Ovi berlatih tiap hari."Tidak, Ovi!" jawab Miss Travizo dari kursi guru."Ya, aku baru ingat sekarang." Ovi berdehem dan kembali menatap ke hadapan kelas untuk melanjutkan presentasinya.Daniel mendapat giliran beberapa saat kemudian. Di

    Huling Na-update : 2024-10-29

Pinakabagong kabanata

  • Suksesnya Wanita Terbuang   16. Serasi

    Amber sudah mengemasi seluruh perlengkapan kerjanya ke dalam tas. Kedua asistennya membawa barang-barangnya ke dalam mobil sementara dia masih harus mengecek beberapa ruangan. Amber dan James sempat bertemu di koridor. Sialnya mereka harus satu lift. James tidak berhenti mencuri perhatian Amber, tetapi Amber berusaha untuk tidak peduli."Kau sudah baca undangan yang kuberikan padamu, 'kan?" James menatap tubuh Amber yang berdiri sangat jauh darinya. Terkadang dia agak tersinggung dengan cara Amber memandangnya. Dia bukan satu-satunya laki-laki yang Amber tatap dengan cara seperti itu.James sering mendengar dari Kaylin bahwa Amber punya masa lalu yang kelam. Itu sangat masuk akal. Banyak yang bertanya-tanya bagaimana Amber bisa menumbuhkan perusahaannya hingga sebesar ini padahal dia hanya seorang ibu tunggal sekaligus anak yatim piatu. James bersyukur dia tau sedikit tentang hal itu. James tau Amber belum pernah menikah seumur hidupnya. Mungkin Amber pernah terjebak dengan hubungan

  • Suksesnya Wanita Terbuang   15. Memberi Harapan

    "Hewan herbivor adalah hewan yang suka makan ..." Ovi berdiri di samping Daniel tepat di depan papan tulis. Anak-anak menatap ke arah mereka dengan ekspresi penasaran apakah kerja sama Ovi dan Daniel yang merupakan musuh itu akhirnya berhasil, tetapi Ovi beberapa kali lupa dengan essai-nya dan harus dibisiki Daniel agar presentasi mereka berjalan lancar."Hewan herbivor adalah hewan yang suka makan tumbuhan. Contohnya adalah kadal ... ups." Ovi menutup mulutnya karena salah ucap. Sontak satu kelas tertawa ke arahnya. "Apakah kadal makan tumbuhan? Memang benar, kan, Dan?" Ovi mengerling ke arah Daniel yang sedang menjaga sikap profesionalnya untuk tidak menjawab pertanyaan satu tim karena itu akan membuatnya terlihat kurang persiapan, padahal dia dan Ovi berlatih tiap hari."Tidak, Ovi!" jawab Miss Travizo dari kursi guru."Ya, aku baru ingat sekarang." Ovi berdehem dan kembali menatap ke hadapan kelas untuk melanjutkan presentasinya.Daniel mendapat giliran beberapa saat kemudian. Di

  • Suksesnya Wanita Terbuang   14. Sepak Bola

    Amber terpaksa duduk di sofa untuk menghargai kedatangan James yang sama sekali tidak dia harapkan. Seharusnya James bisa menyadari raut wajah Amber yang terlihat tak mendukungnya dan memilih memutuskan untuk pergi, tetapi ternyata James tidak putus asa."Apa semuanya baik-baik saja? Kau sudah tidak memikirkan hal yang membuatmu kepikiran di kantor tadi?" tanya James dengan nada halus penuh perhatian.Amber menghela napas bosan. Dia harus mengingat kekhawatiran itu lagi karena James. "Ya, aku baik-baik saja.""Aku sempat cemas. Mungkin kau sedang memikirkan tentang Daniel. Maksudku ... dia bergaul dengan anak yang salah. Anaknya McLarren itu membuatku ikut cemas padanya. Aku sering lihat gadis itu mengejek Daniel setiap kali aku menjemputnya di sekolah." James menampilkan ekspresi resahnya yang sengaja dibuat-buat."Syukurlah mereka sudah baikan dan aku baru saja mengantar gadis itu pulang ke rumahnya.""Apa?" James terlihat sangat terkejut. "Ovi dan Daniel baru saja dari sini untuk

  • Suksesnya Wanita Terbuang   13. James Carmody

    Tok tok ..."Boleh aku masuk?" James berdiri di ambang pintu ruangan Amber."Ya," sahut Amber dengan nada lelah."Aku ingin membicarakan sesuatu. Mumpung ini masih jam istirahat." James duduk di hadapan Amber. Ekspresinya berubah lebih santai. Bibirnya agak membengkok ke atas agar tidak terlihat seram."Aku baru saja ... menjemput Daniel dari sekolah.""Oh ya? Kau baik sekali." Amber menoleh sekilas, lalu kembali mengalihkan pandangan keluar jendela untuk berpikir."Apa yang sedang kau pikirkan?"James menegakkan duduknya untuk memperhatikan lamunan Amber. "Aku perhatikan sejak meeting kau terlihat sedang memikirkan sesuatu.""Jika iya pun kau tidak berhak untuk tau."James mengulum senyum. "Aku bisa jadi teman curhat yang baik. Percayalah!""Oh ya? Kaylin punya lebih banyak masalah dalam hidupnya. Dia baru saja gagal menikah, kurasa dia punya banyak cerita yang harus diungkapkan kepada seseorang. Kau mungkin orang yang tepat."James terdiam beberapa detik. "Kaylin punya banyak teman c

  • Suksesnya Wanita Terbuang   12. Dan Mereka Berteman

    "Oke, anak-anak. Kalian akan membentuk kelompok yang beranggotakan dua anak untuk mengerjakan essai dariku. Tugas essai itu harus diselesaikan dalam waktu satu minggu. Kalian bisa meminta dampingan orang tua atau pengasuh kalian untuk mengerjakan tugas itu bersama-sama!" jelas Miss Travizo di depan kelas."Miss!" tangan milik seorang gadis yang duduk di bangku paling belakang terangkat ke atas, dia adalah Ovi. "Apakah kita bisa memilih partner kita sendiri?""Ya, tentu saja. Kalian bisa pilih partner yang kalian inginkan.""Ovi!" seru gadis berambut kepang yang duduk di samping Ovi. "Kau mau bersamaku, 'kan?""Tidak," sahut Ovi dengan nada mengejek. "Aku tidak mau sekelompok dengan anak yang tidak mau berkontribusi ketika menyelesaikan pr."Gadis berambut kepang itu menatap malas. "Lalu, kau mau dengan siapa?""Daniel," sahut Ovi dengan nada antusias."Daniel? Kau serius? Pasti kau hanya akan menghabiksan waktumu dengan memukulinya.""Tidak. Aku tidak akan memukulinya lagi." Daniel m

  • Suksesnya Wanita Terbuang   11. Bagaimana Membesarkan Anak?

    Adam mengemas seluruh barang miliknya di sudut-sudut meja ruangan Ovi. Ovi sudah diperbolehkan pulang. Infus dan alat-alat medis di tubuhnya sudah dilepaskan. Dia sudah bisa bergerak bebas, bahkan meloncat-loncat gaya balet seperti kebiasaan anehnya di rumah."Papa, apa setelah ini kau akan mengajakku ke AJ lagi?" tanya Ovi setelah dia kelelahan menjijitkan kedua kakinya dan melayang sampai nyaris menjatuhkan gelas dari meja."Ke AJ, untuk apa?""Untuk ikut kau bekerja."Adam menghentikan tangannya yang sedang memasukkan makanan sisa ke tempat sampah. "Sebenarnya sayang ... papa sangat sibuk hari ini. Papa akan menitipkanmu ke Bibi Anderson, lalu papa akan pergi. Setuju?""Tidak. Rumah Bibi Anderson bau makanan busuk. Aku tidak mau ke sana. Lebih baik aku menunggu di rumah daripada berada di rumah itu."Adam menghela napas. "Baiklah. Papa tidak akan protes.""Hay!" sapa suara bernada tinggi tetapi pelan. Daniel muncul dari balik pintu. Masih mengenakan seragam sekolah.Ovi langsung me

  • Suksesnya Wanita Terbuang   10. Pengakuan Daniel

    Hari berikutnya, Amber mendengar kabar bahwa Adam tidak berangkat ke kantor padahal hari ini adalah hari keduanya bekerja. Amber semakin dibuat marah. Memang bukan tugasnya mengurus karyawan, tetapi dia yang membuat kesepakatan untuk memberi waktu percobaan selama seminggu dan lelaki itu sama sekali tidak menganggap perintahnya serius.Keesokan harinya masih sama, Adam masih tak berangkat. Itu membuat keputusan Amber semakin bulat, dia akan memecat Adam sebelum menerimanya. Entah kenapa mengambil keputusan itu membuat Amber marah pada dirinya sendiri. Dia pernah terlena dengan cara Adam bicara, jujur saja, tetapi dia tidak ingin mengakuinya.Lagipula, Adam adalah tipe laki-laki yang suka main-main, buktinya dia tidak mengindahkan perintah Amber. Bahkan satu-satunya pekerjaan yang Amber berikan pun sama sekali tidak dikerjakan.Telepon berdering membuat lamunan Amber buyar. Dia menarik gagang telefon dan menjawab panggilan yang ternyata berasal dari resepsionisnya di luar."Ya, Kayli

  • Suksesnya Wanita Terbuang   9. Keadaan Kritis

    Adam mengendarai mobilnya sampai ke rumah sakit. Tanpa mengunci mobilnya, dia langsung berlarian menuju ke ruangan Ovi. Kebetulan saat itu dokter sedang keluar dari sana."Dokter!" seru Adam dengan dasi longgar dan rambut berantakan. "Saya ... saya ayahnya. Apakah Ovi baik-baik saja?""Dia mengalami cidera cukup dalam di kepala yang hampir melukai otaknya.""Oh tidak." Adam menelan saliva sebisanya."Jangan khawatir!" Dokter menepuk bahu Adam yang masih berguncang. "Putri Anda sangat kuat. Dia sedang dalam masa kritis saat ini, tapi sebentar lagi dia akan membaik."Adam langsung menghambur ke dalam ruangan. Lampu temaram di tengah ruangan memperlihatkan putrinya terbujur lemas di atas brangkar berwarna hijau. Hidungnya terpasang nasal kanul, sedangkan kepalanya terbalut perban."Ovi ...." Adam merasakan tubuhnya tertusuk ribuan pisau tepat di dadanya, dan itu tidak seberapa daripada rasa sakit yang sedang dia alami ketika melihat putrinya yang ceria dalam keadaan seperti ini."Dia cum

  • Suksesnya Wanita Terbuang   8. Hari Pertama

    Adam sangat antuasias di hari pertamanya bekerja di perusahaan Amber J. Dia menyiapkan sarapan sambil berdendang riang bersama Ovi yang kini sedang menikmati roti bakar dan selai dari atas meja."When ... you want me!" dendang mereka sama-sama. Ovi tertawa-tawa karena sang ayah membuat nada seperti kakek-kakek tersedak."Papa, stop!" kata Ovi saat Adam ingin melanjutkan lirik lagunya. "Kau membuatku tertawa sampai sakit perut.""Oh ya?" Adam duduk di kursinya dan menggelitik perut Ovi sampai tawa gadis itu tak bersuara.Kring ...Keduanya menatap ke arah pintu utama saat seseorang membunyikan bel di depan rumah."Oh tidak, kau hampir telat!" pekik Adam, langsung menyiapkan tas Ovi yang sudah tergeletak di ujung ruangan. "Jangan sampai papa dipanggil ke sekolah lagi, oke? Jangan buat ulah!""Ya," sahut Ovi sambil mengedikkan bahunya. Dia merebut tasnya di tangan Adam. "Semoga hari pertamamu di sana menyenangkan.""Semoga."Itulah yang Adam bayangkan. Berangkat ke kantor dan memperken

DMCA.com Protection Status