Share

Masih Tentang Cika dan Beni

Cika beberapa kali melihat jam yang ada pada ruangannya sambil menggigiti kukunya, sebagai pertanda jika dirinya sedang dilanda khawatir yang begitu amat menguras pikirannya. Mondar-mandir pun entah ini yang sudah keberapa kali, perempuan itu juga tidak sempat menghitungnya.

Bagaimana ia bisa fokus dengan pekerjaannya jika pikirannya melantur ke mana-mana? Dia hanya memiliki satu sahabat baik selayaknya saudara.

Ok, apakah dirinya terlalu berlebihan? Sepertinya tidak, jika berhubungan dengan seseorang yang selalu ada di saat-saat terberatnya.

Hanya Ana, yang mau berteman dengan dirinya, walau mereka jauh berbeda kasta. Ana memperlakukannya dengan baik. Mau bekerja sama dengan dirinya, serta merekomendasikan dia pekerjaan yang bahkan dia mau bekerja di bawahnya. Jadi, jika sampai terjadi sesuatu dengan sahabat baiknya, maka dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

“Selamat siang? Apakah Nyonya sudah makan siang?” Beni datang dengan membawa sekotak ayam goreng khas Korea yang katanya s
Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status