SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 29"Atau setelah ini kamu akan memaafkan aku? Jika memang begitu, baiklah. Tak mengapa, aku akan menikahi Mona dan akan menceraikan dia begitu anak itu lahir." Pletak!"Aduh!" pekik Johan begitu sebuah asbak rokok menghantam keningnya karena dilempar oleh Mona. "Apa-apaan kamu, Mas! Enak aja mau cari enaknya saja. Kalau rencanamu seperti itu, yaudah digugurin saja ini bayi!" sungut Mona yang benar-benar tak terima dengan apa yang Johan katakan. Johan hanya menelan salivanya, ia tak tau harus berkata apa. Tangan lelaki itu terus mengusap kening yang terkena lemparan asbak rokok. "Lihatlah, sepengecut itulah lelaki yang kamu cintai." Mika tersenyum sinis sembari menggelengkan kepala. "Sayang." "jangan menyebutku dengan panggilan itu lagi! Mual perutku mendengarnya!" "Astaghfirullah, Johan. Apa yang terjadi?" Suara seorang wanita paruh baya terdengar seiring tubuhnya yang tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. "Johan, apa yang terjadi, Nak?" tan
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 30"Loh? Mana bisa kayak gitu? Semua ini aku yang mencari. Oke jika kamu memang memilih berpisah, aku turuti. Tapi nggak bisa dengan harta yang selama ini kucari!" Mendengar seruan dari Johan membuat Mika tersenyum. "Baiklah, tunggu sebentar." Gegas Mika berdiri dari tempat duduknya lalu ia melangkah pergi menuju kamar. Kini tinggal Johan dan Mona yang berada di ruang tamu dan melakukan obrolan serius. "Kamu yakin mau cerai sama Mika?""Ya mau gimana lagi? Dianya menginginkan perpisahan." Kali ini Johan pasrah, sebab ia tahu bagaimana karakter seorang Mika. Bahkan, sesaat setelah melakukan ijab qabul, Mika sudah menekankan pada Johan kalau dirinya menentang dan tak akan memaafkan yang namanya perpisahan. "Lalu apa kamu masih ingin menceraikan aku setelah aku melahirkan anak kita?"Johan tersenyum, lalu lelaki itu meraih kedua tangan Mona. Johan menggenggam kuat-kuat tangan wanita itu, setelahnya ia pun berucap, "Itu tidak akan terjadi, Sayang.
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 31Mika berdiri di balik jendela–menatap mobil yang dikendarai oleh sang suami dan wanita simpanannya bergerak keluar dari halaman rumah. Mika menghela napas dalam-dalam lalu ia keluarkan secara perlahan. Tak bisa dipungkiri, hati wanita itu terasa hancur. Bagaimanapun juga, tak mudah menghapus rasa cinta yang pernah bertahta.Mika menatap wajah mungil yang ada di gendongannya dengan perasaan ... entah. "Sayang, maafkan Mama ya. Mama janji, tidak akan membuatmu kekurangan kasih sayang meskipun tanpa kehadiran seorang ayah. Tak terduga!Bibir mungil itu tersenyum, senyum yang terlihat begitu menenangkan. Bayi itu tau bagaimana perasaan wanita yang mendekapnya, ia ingin menguatkan hati sang ibu. Bahkan, bibir mungil itu seperti berusaha ingin bicara. Hanya ocehan-ocehan kecil yang tak mampu dipahami oleh Mika. Namun wanita itu tau, kalau sang bayi sedang menguatkan dan menghiburnya.Melihat senyum dari bibir mungil itu seketika membuat air mata Mi
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 32Semburat jingga mulai terlihat. Dengan mendorong kereta bayi, Mika tengah berjalan di taman yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Pandangan wanita itu menyusuri taman yang kian ramai. Beberapa muda-mudi terduduk di sebuah tikar sembari menikmati cemilan dan teh hangat yang ada di hadapannya, dan sebagian lainnya tengah terduduk di kursi berderet yang terbuat dari besi sembari menyaksikan anak-anak yang sedang berlarian kesana kemari. Hembusan angin sore menerpa lembut wajah cantik wanita itu. Beberapa kali ia menghela napas dalam-dalam lalu dikeluarkannya secara perlahan saat mengingat jika tempat ini menjadi tempat favoritnya saat ia mengandung buah cinta dari pernikahan mereka.Mika terus melangkah, sesekali bibir wanita itu tersenyum getir saat menyaksikan seorang anak yang tengah bermain ditemani dengan kedua orangtuanya. Hingga sampailah ia di kursi kosong. Wanita itu lantas mendudukkan bokongnya setelah mengambil Nando dari stroller. "N
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 33Menyadari Mona yang terasa tak nyaman, tangannya terulur lalu menggenggam tangan Mona. Johan berharap, genggaman tangannya mampu memberikan kekuatan dan ketenangan. "Ibu nggak setuju kami tinggal di sini?" Sengaja Johan mengalihkan pembicaraan. "Ya bukannya gitu, Johan. Kamu tau sendiri kan kalau adik kamu itu sukanya malas-malasan. Kerjaannya ya kalau nggak kuliah, pergi sama teman-temannya, sekali pulang ... diem di kamar. Bisa rontok tulang Ibu kalau di rumah banyak orangnya tapi Ibu yang urus semuanya," keluh Bu Susan panjang lebar. Mendengar ucapan sang ibu, tangan Johan sengaja menyenggol lengan Mona yang duduk tepat di sampingnya. Membuat wanita itu sekilas menoleh lalu kembali menatap ke arah Bu Susan. "Nan–nanti Mona bantu, Bu. Mona sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga. I–ibu tidak perlu khawatir." Tergagap Mona berbicara. Bukan tanpa sebab, yang diucapkan olehnya sebenarnya adalah keinginan Johan yang memintanya untuk m
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 34"Tidak semudah itu, Nak Johan. Permasalahannya tidak sesederhana itu. Saya harap kalian berkenan untuk menerima keputusan kami. Dan Johan pun sudah setuju dengan pembatalan rencana pernikahan." Deg!Jantung gadis itu seperti berhenti berdetak. Cepat, ia melepaskan diri dari dekapan sang ibu. Lalu ia menatap sang kekasih dengan sorot mata penuh rasa kekecewaan, ditambah bibir yang bergetar karena isakan tangis yang ia tahan kuat-kuat. Gadis itu ingin berkata, namun suaranya seperti tertahan di tenggorokan. Dan sepersekian detik kemudian, Putri bangkit dari tempat duduknya lalu dengan setengah berlari ia menuju kamar. Sang ibu pun terlihat panik. Ia ingin mengejar langkah sang anak, namun Johan memberikan kode untuk berdiam di tempat. Bu Susan pun terduduk dengan perasaan gusar. "Pah ....""Diamlah," lirih lelaki paruh baya itu. Reno menghembuskan napas berat. "Sebenarnya ada cara agar pernikahan itu bisa terealisasikan." "Bagaimana, Bu Re
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 35Prang!Prang!Mona yang masih tertidur, seketika tersentak kaget begitu mendengar suara panci dan wajan yang saling dibenturkan. Bahkan, karena terlalu terkejutnya, tubuh wanita itu seketika bangkit dari pembaringan. Tak bisa dipungkiri, dada wanita itu terasa berdebar-debar."Alhamdulillah punya menantu yang rajiiinnnnn sekali." Suara sang ibu mertua terdengar dari luar sana. Kini, Mona baru menyadari kode yang diberi oleh sang mertua. "Huft!" Hembusan napas kasar keluar dari bibir Mona, setelahnya ia menoleh ke arah jarum jam yang ada di dinding. Dimana jarum jamnya menunjukkan pukul setengah lima pagi."Masih pagi buta loh ini. Bahkan, langit pun masih gelap," gerutu Mona yang kini memendang ke arah luar melalui jendela kaca yang ada di dalam kamar. Beberapa kali Mona menghela napas dalam-dalam lalu ia keluarkan secara perlahan, lalu wanita itu mengambil kunciran yang ia letakkan di atas bantal.Rambutnya digelung asal dan kemudian, ia me
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 36"Ibu kenapa?" tanya Mona lirih. Johan mendengkus, namun pada akhirnya lelaki itu berjalan mendekat ke arah sang ibu."Mas, ibu pingsan," rengek Putri sembari suara isak tangis yang terus keluar. Begitu dekat, Johan membopong tubuh sang ibu menuju kamar. Perlahan, lelaki itu membaringkannya di atas ranjang. "Put, ambilkan minyak kayu putih." "I–iya, Mas." Gegas Putri melangkah menuju etalase yang ada di ruang tengah, mengeluarkan kotak, lalu mengambil minyak yang diminta oleh sang kakak. Dan begitu menemukan, dengan setengah berlari Putri kembali menuju kamar. "Ini, Mas." Putri mengulurkan benda tersebut. Johan yang sedari menepuk-nepuk pelan pipi sang ibu pun menoleh, mengambil benda kecil itu. "Sayang, tolong berikan minya ini ke ibu. Aku mau kabarin pihak kantor, datang agak telat." Mona yang berdiri di belakang sang suami mengangguk, lalu ia mengambil alih minyak tersebut. Begitu Johan pergi, Mona mendudukkan tubuhnya di samping sang i