Share

Bab 7

Author: Jingga Amelia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Aku dan Kekasih Suamiku (7)

**

Terdengar suara sendok dan piring beradu saat aku dan Mas Chandra tengah menikmati makan malam. Tak sepatah katapun terucap dari bibir kami masing-masing karena hatiku pun sedang tidak ingin bersikap baik padanya.

"Kamu udah jadian sama Lusi, Mas?" tanyaku sontak membuat Mas Chandra terperanjat.

Dia meletakkan sendoknya, lalu meneguk air putih yang telah kusediakan sebelumnya. Bagaimana bisa, aku harus bersikap sabar dan lembut sedang di luar sana suamiku tengah membagi cinta dengan wanita lain?

"A-apa maksudmu, Hanan. Jangan ngada-ada, deh."

Aku memutar bola mata malas, lalu ikut menjauhkan piring yang telah habis isinya. Selama kebersamaanku dengannya, tak sekali pun Mas Chandra bersikap demikian. Dia adalah tipe lelaki yang setia dan jujur, tapi entah kenapa sekarang bisa berubah sedrastis ini.

Apa semua ini karena pesona Lusi? Tapi apa yang dia lihat dari sosok Lusi? Bahkan hartaku pun juga tak kalah

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 8

    Aku dan Kekasih Suamiku (8)**Apa Mas Chandra pikir aku ini bod*h, menyamarkan nama Lusi menjadi Jamal? Mungkin dia juga tak mengira bahwa aku bisa bertindak sejauh ini. Terserah, aku hanya ingin dia paham bahwa aku benar tidak main-main dengan perkataanku."Tapi kalau mau ketemu Pak Akbar harus buat janji dulu, Bu," tandas resepsionis itu menolak.Aku mendengus kesal, "bilang sama dia, ini penting. Tentang anaknya, Lusi."Resepsionis itu tetap menolak mempertemukanku dengan bos yang disebutnya Pak Akbar itu. Hingga akhirnya perdebatan kami berhenti ketika ada seseorang yang membentak dari belakang."Ada apa ini?"Kami berdua sontak melihat ke arah sumber suara. Seorang pria berjas hitam, usianya setengah baya, seperti ayahku. Dia terlihat berwibawa, tapi sedikit garang."Em ... maaf, Pak. Nona ini memaksa untuk bertemu dengan anda," ucap resepsionis yang baru saja berdebat denganku.Aku memicingkan mata, 'oh, jadi ini,

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 9

    Aku dan Kekasih Suamiku (9)**Lusi terheran, melihat sikapku yang justru tertawa saat melihatnya menabrak mobilku. Mungkin dia mengira, bahwa aku akan marah dengan ulahnya. Namun, salah ... Aku tak akan melakukan hal serendah itu."Hahaha ... Silahkan tabrak saja, harga mobil ini tidak seberapa. Bahkan aku bisa membeli yang lebih mahal dari ini," ucapku setengah meledek.Raut wajahnya berubah seketika, dia benar-benar telah salah sasaran. Mungkin dia bisa saja ingin merebut suamiku, tapi sepertinya dia benar-benar tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa."Lalu, kenapa jika aku mempermalukanmu di kantor ayahmu? Bukankah semua itu benar adanya?"Lusi mendengus kesal, lalu maju selangkah dan hendak menjambak rambutku."Ets ... Yang elegan sedikit dong, Nona."Untung saja, aku bisa menghindar cepat darinya, jika tidak mungkin rambutku sudah habis di tarik olehnya. Selain tidak punya hati, ternyata Lusi juga tidak punya eti

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 10

    Aku dan Kekasih Suamiku (10)**Kali ini, Mas Chandra benar-benar telah membuktikan perkataannya sebelumnya, bahwa dia telah berjanji akan meninggalkan Lusi. Ya, beberapa saat setelah kedatangan Lusi dengan sebuah koper besar, Mas Chandra mengusirnya kasar.Tak tanggung-tanggung, Mas Chandra melempar koper besar milik perempuan yang mengaku sebagai kekasihnya itu ke halaman rumah kami. Tubuhku sedikit tersentak saat dengan kasarnya Mas Chandra mendorong tubuh kurus Lusi.Aku tersenyum puas, saat Mas Chandra kembali masuk ke dalam kamar sedang Lusi menatapku dengan penuh amarah. Puas, ya ... Semoga saja dia benar-benar menepati janjinya."Aku bersumpah, meski apapun yang terjadi semua milikmu akan kembali kepadaku!"Kulihat sosok Lusi berjalan keluar pekarangan dengan gontai, sepertinya mobilnya pun terparkir di luar pekarangan rumah karena tak kudapati di sekitaran halamanku yang luas ini. Biar saja, aku sungguh tidak perduli dengannya lagi.

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 11

    Aku dan Kekasih Suamiku (11)**Dengan segala kebimbangan, aku kembali melangkah ke kantor. Ini semua terasa sangat menyesakkan dada, ternyata tak hanya Lusi yang menginginkan hubunganku dengan Mas Chandra hancur, melainkan ibu Lusi pun juga.Sebenarnya, apa yang terjadi diantara kami sehingga mereka terlihat sangat dendam padaku. Mungkin kah ini ada hubungannya dengan masalaluku? Tapi apa? Sedikitpun aku tidak mengenal mereka sama sekali.DdrrtttPonselku bergetar, gegas kuambil dan melihat siapa yang telah mengirimkan pesan padaku.Mas Chandra[Jangan lupa makan siang, Cantik]Ah, dia kembali merayuku. Pasti semua itu dia lakukan supaya aku tidak marah lagi padanya.Meskipun saat ini kami telah berdamai, tapi kepercayaanku belum kembali 100% padanya karena bisa jadi ini semua hanya akal-akalannya seperti yang sebelumnya. Biarlah, aku menjalani ini semua sampai aku benar-benar memastikan kalau Mas Chandra memang t

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 12

    Aku dan Kekasih Suamiku (12)**"Kamu Leo? Tinggalkan Lusi, dia tidak pantas untukmu!" ucap Tuan Aris mengejutkan, membuat pria bertato itu seketika menatap wajahnya.Aku hanya terdiam, melihat pergerakan yang akan dilakukan oleh Leo. Sepertinya, dia juga bukan orang sembarangan, seluruh lengannya penuh tato, anting terpasang indah di telinga kirinya. Khas seperti pria berandal di luar sana."Kamu siapa? Berani-beraninya berkata seperti itu," tandas Leo dengan wajah garang.Memang sedikit terdengar kurang kerjaan, tapi aku rasa ini lah satu-satunya cara agar aku bisa menerobos masuk lebih jauh ke dalam kehidupan Lusi. Dengan begitu pula, aku bisa tahu apa motifnya ingin merusak hidupku, serta ingin mengganggu rumah tanggaku."Aku Aris, pria yang bersedia membahagiakan Lusi. Tidak sepertimu!"Mereka berdua terlihat percekcokan, hingga akhirnya satu diantara mereka terluka karena sebuah botol yang Leo lemparkan ke atas kepala Tuan Aris.

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 13

    Aku dan Kekasih Suamiku (13)**"Bu, Tuan Aris ingin membuat janji. Apakah anda bisa?" ucap Siska saat aku tengah mengerjakan laporan bulanan."Apa saja jadwalku hari ini?""Tidak ada, Bu. Hanya meeting dengan staf intern membahas laporan bulanan," tuturnya lagi dengan membuka catatan kecil di tangannya.Sepertinya Tuan Aris ingin membicarakan mengenai Lusi dan juga masalahku, karena jika mengenai pekerjaan pasti dia yang akan memintaku untuk ke kantornya. Tidak ada salahnya aku menyetujui ajakannya, siapa tau aku bisa mendapatkan jawaban atas masalah yang tengah kuhadapi."Baik, buat janji saat makan siang saja. Jam 12 di Kafe Baruto, ya."Siska mengangguk, lalu kembali keluar ruangan. Sedangkan aku melanjutkan laporan bulanan sebelum meeting dengan para stafku dilaksanakan.Kini, Mas Chandra benar-benar tidak bisa berkutik setelah tahu bahwa aku lah yang mengendalikan perusahaan ini. Sikapnya tidak pernah semena-mena la

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 14

    Aku dan Kekasih Suamiku (14)**"Hanan, gimana penawaranku kemarin? Bukankah lebih baik aku yang urus perusahaan induk, biar kamu bisa fokus di rumah dan melanjutkan program hamil kita?" ucap Mas Chandra ketika aku baru saja membuka laptop hendak menyalin laporan bulanan.Dia duduk di hadapanku, memegang beberapa berkas yang sepertinya juga laporan bulanan perusahaan yang dia pegang. Wajahnya berseri, dia begitu yakin bahwa aku akan menyerahkan perusahaan induk padanya."Nan, kamu kan cewek. Masa urus perusahaan, sih. Lagipula, aku kan udah lama berkecimpung dalan dunia bisnis. Kalau kamu ngomong sama Papa, pasti bakal dikasih ke aku," tuturnya lagi percaya diri.Aku tersenyum kecut, mana mungkin aku memilih duduk di rumah, mengurus segala sesuatunya, melanjutkan program hamil sedang di luar sana dia tengah memanfaatkan kebaikan yang kuberikan. Apa dia pikir aku sebodoh itu?Kutekan kursor 'copy' lalu menatap suami yang sudah beberapa hari b

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 15

    Aku dan Kekasih Suamiku (15)**Pak Akbar berjalan meninggalkanku dengan raut wajah aneh, dia seperti tengah memikirkan sesuatu. Padahal sebelumnya, ketika aku mengajaknya berbincang mengenai Lusi dia tak terlihat selesu itu."Ok-oki? Oki Wijaya?" ucapnya saat aku baru saja menyelesaikan sambungan teleponku dengan papa.Aku mengangguk, dengan meraih kunci mobil yang masih tergeletak di atas meja. Apa dia mengenalnya? Jika tidak, kenapa dia bisa sekaget itu?"Kenapa, Pak? Anda kenal?"Dia mengerjapkan matanya yang sedari tadi menatapku dalam. "Oh, mungkin hanya namanya saja yang sama. Dulu aku juga punya teman bernama Oki Wijaya, tapi sudah lama tak berjumpa," tuturnya dengan lantas mengusap kasar wajahnya.Aku hanya mengangkat kedua bahuku, lalu mengajaknya pergi dari restoran sebelum ada orang lain yang mengenalinya. Lagipula setelah ini aku masih harus ke rumah papa untuk bertemu dengan mama, katanya lewat sambungan telepon tadi mam

Latest chapter

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 28

    Aku dan Kekasih SuamikuPart 28Satu tahun kemudian ...."Sarapannya sudah siap, Mas," ucapku pada Mas Chandra ketika aku baru saja menyiapkan dua lembar roti tawar dengan selai kacang di atasnya, juga susu hangat di samping piringnya."Iya, sebentar," jawabnya dari kamar.Aku tersenyum tipis, lalu melanjutkan menyiapkan sayuran yang hendak kumasak untuk makan siang. Namun, sebelum itu aku mengelus lembut perutku yang mulai menyembul.Ya, tepat bulan ini usia kandunganku sudah memasuki bulan ke tujuh, rencananya sepulang dari kantor Mas Chandra akan mengantarkanku pergi ke dokter untuk kontrol bulanan.Tak berselang lama, Mas Chandra menghampiriku dengan melingkarkan tangannya di perut buncitku. Dia menciumi pipiku brutal hingga aku meletakkan pisau yang kugunakan untuk mengupas bawang."Ini masih pagi, Mas," ledekku, membuatnya terkekeh kecil lalu melepaskanku."Kamu cantik banget hari ini," ujarnya.Aku mendengus, lalu mundur darinya. "Jadi aku cantiknya hari ini saja?"Dia tak han

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 27

    Aku dan Kekasih Suamiku (27)“Kamu sudah tahu kalau Lusi kecelakaan?” tanya ibu ketika aku baru saja pulang bekerja.Aku memicingkan mata, “dari mana Ibu tahu?”Wanita yang telah melahirkanku itu tersenyum, lalu berjalan mendekat ke arahku. “Apa kamu pikir gara-gara Ibu tidak perna bertanya padamu mengenai masalahmu lantas Ibu tidak tahu?”Sampai ibu berkata demikian pun aku masih belum paham mengenai apa yang beliau maksud. Memang selama ini aku sangat jarang sekali menceritakan masalah pribadiku pada ibu maupun bapak karena aku takut jika apa yang kuceritakan akan menganggu pikirannya.“Bu ….”“Sayang … selama ini Ibu dan Bapak hanya diam, tapi diamnya kami bukan karena tidak perduli melainkan kami memilih mengawasimu seperti sebelumnya,” kata ibu lagi memotong pembicaraanku.“Selama ini Ibu pun kesana kemari mencari informasi tentangmu dan semua yang berhubungan denganmu. Semua itu kulakukan karena semata-mata kami tidak ingin ada yang menyakiti hatimu, Nak.”Kedua mataku berkaca-k

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 26

    Aku dan Kekasih Suamiku (26).Untuk beberapa saat kedua orang yang baru saja kubongkar rahasianya itu terdiam, terlebih dihadapan Lusi. Mana mungkin mereka akan mengakui kebobrokan masalalunya di hadapan anaknya?"Pa, Ma. Kenapa diam? Katakan apa yang sebenarnya terjadi."Aku tersenyum kecut, melihat orang yang hendak menghancurkan rumah tanggaku nyatanya justru akan hancur dengan sendirinya. Mungkin ini yang dinamakan 'karma'."Pak Akbar, Bu Hanum. Kenapa? Lebih baik jujur, bukan?""Lancang kamu!" bentak perempuan yang duduk di atas kursi roda itu.Bukan aku ingin menjadi wanita yang jahat, hanya saja mereka sudah lebih dulu menjahatiku. Mungkin dulu ibuku diam, dan menerima semuanya. Namun, aku tak terima. Mereka harus mendapatkan sanki atas apa yang sudah dilakukannya.Kulihat Pak Akbar menarik rambutnya kasar, lalu menatapku dan Lusi secara bergantian. Bisa kulihat jelas bahwa dia tengah tertekan dengan keadaan saat ini.

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 25

    Aku dan Kekasih Suamiku (25).“Dari mana kamu yakin bahwa orang tuaku lah yang telah membuat hidup mamamu menjadi seperti ini? Dan juga, bagaimana kamu bisa yakin bahwa orang tuaku pula telah merebut semua milik mamamu?” tanyaku ketika telah duduk berhadapan dengan Lusi di meja nomor 8.Dia tampak santai, raut tenang tergambar jelas di wajahnya. Semua ini terlihat berbanding terbalik dengan apa yang biasa dia tunjukkan padaku. Jika biasanya dia selalu saja terlihat menjengkelkan tapi kali ini dia terlihat jauh lebih tenang.“Kamu tau hanya dari ucapan mamamu, kan?”“Mana mungkin aku bisa mempercayai orang lain, sedang aku yakin Mama tidak akan pernah berbohong kepadaku,” tandasnya begitu percaya dengan mamanya.Memang, kuakui bahwa di dunia ini tidak ada orang yang patut kita percayai selain perempuan yang telah melahirkan kita. Namun, bukankah seharusnya kitak boleh menelan kebenaran itu secara mentah-me

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 24

    Aku dan Kekasih Suamiku (24).Aku masih tertegun setelah mendengar penuturan Mas Chandra mengenai alasannya mengenai foto itu. Rasanya kini untuk percaya dengannya terlihat sangat lah sulit, karena aku pernah dikecewakan olehnya."Hanan, kamu percaya, kan?" ucapnya lagi ketika aku masih terdiam.Jika dilihat dari gerak-gerik dan mimik wajahnya, dia terlihat seperti benar-benar tidak berbohong. Namun, bukankah tidak seharusnya aku percaya begitu saja dengannya?"Terserah, sekarang kamu kamu percaya atau tidak denganmu. Namun, yang pasti aku telah mengatakan semua kejujuran ini padamu."Hatiku bimbang, sejujurnya aku sangat ingin percaya padanya. Aku juga tidak ingin rumah tanggaku hancur hanya karena wanita seperti Lusi."Baik, aku percaya. Tapi jangan memaksaku untuk bersikap baik seperti dulu lagi," tuturku setelah beberapa saat memikirkan mengenai hal ini.Mas Chandra tersenyum, sepertinya dia memang menunggu jawaban ini dar

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 23

    Aku dan Kekasih Suamiku (23).Pak Akbar masih menatapku heran, ketika dengan sengaja aku mengatakan tentang hubungan saudara antara diriku dan juga Lusi. Hatiku sudah terlanjur panas, terlebih setelah aku mengetahui semua kebenaran yang terjadi antara mama, papa dan juga Pak Akbar."Apa maksud kamu?"Aku memutar bola mata malas, lalu berdiri dan berjalan sedikit menjauh darinya. Bagaimana bisa, aku berbaik hati pada orang yang telah berbuat buruk pada mamaku. Bahkan dia juga tidak berniat mengakuiku sebagai anaknya."Tentunya Anda ingat bukan dengan Anisa dan Oki Wijaya? Sudah lah, aku lelah dengan sandiwara ini, Pak. Lebih baik, jika Anda dan istri Anda masih memiliki dendam pada kedua orang tuaku, jangan bawa-bawa aku dan Mas Chandra. Setidaknya aku hanya ingin rumah tanggaku ini baik-baik saja. Terlepas bahwa ternyata Anda adalah ayah kandungku, itu sudah bukan menjadi prioritasku lagi karena bagiku ayahku cuma satu, yaitu Papa Oki Wijaya."

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 22

    Aku dan Kekasih Suamiku (22)."Jadi, kamu menuduh kami telah mencelakakan mamanya Lusi?" sahut papa ketika aku berbicara demikian."Oh ... Bukan begitu, bukan ....""Lalu? Dengan nada bicaramu seperti itu tandanya kamu menuduh kami melakukan hal itu, Nan. Papa kecewa, bisa-bisanya kamu bersikap seperti itu," tandas papa dengan raut wajah kecewa.Aku menunduk dalam, seharusnya aku memang tidak berkata seperti itu karena mungkin hal itu akan menyakiti hati kedua orang tuaku. Namun, aku hanya ingin mencari kebenaran atas apa yang telah menimpaku ini. Apa aku salah?Mama hanya diam, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. Membenarkan pertanyaanku, atau justru sama kecewanya dengan papa?Kedua bahu papa naik turun, menandakan bahwa dia terlihat sedang menahan amarah."Ma, Pa. Bukan begitu maksudku, hanya saja aku benar-benar sedang ingin mencari kebenaran. Hidupku sudah terlalu penat dengan semua masalah ini. Bukankah lebih

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 21

    Aku dan Kekasih Suamiku (21)**Siang ini aku berencana untuk menyegarkan pikiranku dengan berjalan-jalan di Mall besar kota. Setelah tragedi Mas Chandra kemarin, dia belum berani pulang ke rumah. Entah, dia pergi kemana setelah aku mengusirnya.Tidak ada sesuatu yang penting, aku hanya ingin menyegarkan pikiranku sejenak dengan berjalan-jalan dan menikmati hari. Usai kunjunganku ke rumah kakek, aku juga belum bertemu dengan Pak Akbar yang ternyata adalah ... Ayahku.Ah, memuakkan sekali. Ternyata, selama ini aku telah mengenal pria yang dulu telah mengkhianati mama sedalam itu. Bahkan mungkin bisa saja mama depresi karena ulah pria itu.Dan sekarang, anak perempuannya pun juga ingin merusak rumah tanggaku. Bukan kah hal itu adalah suatu kebetulan yang sangat mengejutkan. Atau ... Sebenarnya ini bukan kebetulan? Melainkan direncanakan. Entahlah.Kedua mataku tertuju pada sebuah toko baju yang sering kukunjungi. Jika biasanya aku akan datang

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 20

    Aku dan Kekasih Suamiku (20)."Sudah berapa lama kamu kenal orang ini?" tanya kakek tanpa menjawab pertanyaanku.Aku menghela nafas panjang, sepertinya orang yang aku tanyakan ini memang benar ayahku."Kek, tolong. Apa benar, orang ini ayahku?" ucapku sekali lagi.Kakek menatap Bibi Wulan seperti meminta persetujuan, lalu berbalik menatapku setelah Bibi Wulan menganggukkan kepalanya. Jantungku berdetak dua kali lipat dari sebelumnya, menunggu saat kakek akan menjawab pertanyaanku."Iya. Itu memang ayahmu," jawab kakek membuat duniaku seketika berhenti berputar.Aku terpaku, semua ini benar-benar membuatku sangat terkejut. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Benar hanya kebetulan, atau memang sudah di rencanakan?"Selama ini kami benar-benar kehilangan kontak dengannya karena kami memang tidak ingin mengenalnya lagi. Sikap dan perbuatannya dulu sangat membuat kami terutama Kakekmu ini sakit hati, hingga akhirnya aku memutuskan un

DMCA.com Protection Status