SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 95"Hah, Mas Dirga Sayang, i'm coming. Aku sudah enggak sabar kamu ajak refreshing. Secara sudah lama aku enggak shopping. Ah, nanti aku mau minta Mas Dirga belanjain aku tas, sepatu, baju juga make up. Hihihi beginilah nikmatnya jadi orang cantik di mana-mana pastj menjadi primadona," ucap Nora dengan kedua sudut bibirnya yang tidak berhenti tersenyum. ***Nora sudah siap dengan dandanannya yang paripurna. Baju dengan belahan dada rendah, bahu terekspos. Serta rok yang hanya sebatas paha saja sehingga membuat pahanya yang putih mulus terekspose secara jelas. Hanya bedanya kini ia tidak lagi berani memakai baju model crop sebab perutnya yang kian hari kian membuncit meski masih belum terlalu kentara tapi menurut Nora itu pun sudah terlihat gendut. Tak lupa ia mempoles wajahnya dengan make up tipis dan lipstik pink nude sehingga membuat kesan bibirnya lebih fresh. "Sempurna, hemmm memanglah kalau dasarnya mah sudah cantik mau diapain juga pasti teta
Dengan degup jantung yang serasa tak beraturan, Raya menunggu kedatangan Ravi. Ya, lelaki itu akan menemui kedua orang tua Raya untuk mengutarakan niat baiknya, yaitu meminang Raya untuk dijadikan seorang istri.Raya yang sedang menunggu kedatangan Ravi punlangsung bangkit dari sofa saat mendengar suara bel yang terpasang di samping daun pintu itu berbunyi. Raya begitu yakin jika seseorang itu adalah orang yang telah ditunggu-tunggu kedatangannya.Bergegas Raya melangkah menuju ke arah pintu. Diraihnya gagang pintu lalu Raya membuka pintu tersebut hanya sebatas bahu, dan benar saja Ravi sudah berada di hadapannya saat ini. Tak ketinggalan ada gadis kecil yang menemani Ravi. Memang begitulah permintaan Raya, jika Ravi ingin menemui kedua orang tuanya, ia harus turut serta membawa Cahaya untuk mendampinginya. Gadis kecil itu terlihat begitu cantik, tubuh mungilnya berbalut gaun berwarna pink Soft dengan rambut lurus sebatas bahu yang dikuncir dua.Raya pun membuka pintu lebih leb
Guntur pun berdehem hingga membuat situasi malam ini terasa begitu mencekam. "Om mengerti soal niat baik kamu. Dan Om lihat pun sepertinya Raya juga bisa menerima kamu," ucap Guntur yang mampu membuat jantung Raya semakin berdegup lebih kencang. "Kedekatan kalian sepertinya juga belum terlalu lama. Ya ... meskipun Om tahu jika kalian sudah saling kenal sejak masih sekolah dulu. Tapi, bukankah itu terlalu cepat untuk melangkah ke jenjang pernikahan?" ucap Guntur yang seketika membuat perasaan Raya merasa tak enak. Sedangkan Ravi menganggukkan kepalanya, pertanda ia mengerti apa yang dikatakan oleh Guntur. Ravi tahu, bagaimana jalan pemikiran sosok lelaki yang menyandang gelar seorang ayah dari perempuan yang ia cintai. Sejatinya, Ravi juga seorang Ayah, ia pun juga menginginkan hal yang terbaik untuk sang anak. "Om harap kamu mengerti bagaimana maksud dari ucapan Om ini. Om tidak menolak niat baik kamu, tapi juga belum bisa menerimanya. Belum, ya. Bukan menolak. Alangkah baiknya
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 98Desas-desus mulai terdengar, bahkan semua pasang mata menatap Raya dengan begitu sinis. Tak sedikit orang langsung melontarkan kata hinaan untuk Raya yang sebenarnya hanyalah korban fitnah murahan."Enam bulan! Enam bulan dia menjadi duri dalam rumah tanggaku hingga akhirnya aku dan mantan suamiku ini bercerai! Lihat kan kalian bagaimana wajahnya yang sok polos dan lugu ini? Benar-benar tidak tahu malu! Dasar jalang!" Raya hanya memutar bola mata malas. Sesungguhnya dia benar-benar malas meladeni perempuan mulut berbisa seperti Novita. Raya mengalihkan pandangannya pada Ravi seolah-olah ia meminta Ravi bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat oleh mantan istri sialannya itu. Ravi yang mengerti akan arti tatapan sang pujaan hati pun lantas merangsek maju semakin mendekati di mana Novita berdiri yang bergandengan tangan dengan seorang pria yang tak lain adalah kekasih dari Novita. Padahal Novita dan pria itu susah menjalin hubungan cukup la
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 99"Daripada aku harus balikan sama perempuan itu lebih baik aku menjomblo seumur hidup!" jawab Ravi dengan raut wajah terlihat kesal. Akhirnya para pengunjung mall yang tadinya berkerumun pun satu persatu membubarkan dirinya masing-masing. ***TokTokTok"Ya masuk!" ucap Kevin saat pintu ruanganya terdengar diketuk. Terdebgar suara heels sepatu beradu drngan keramik lantai kantor itu. Kevin menatap ke arah siapa yang berjalan mendekat ke arahnya. Sekilas matanya terpukau dengan kecantikan wanita berhijab yang kini ada di hadaoannha. "Pak Kevin maaf ini saya mau serahkan laporan," ucap si wanita yang tak lain dan tidak bukan bernama Sintia itu pada Kevin. Kevin tersentak sedikit karena tadi sempat melamun. Yah, melamun karena terkesiap melihat kecantikan wanita solehah itu. Wanita yang selalu menundukkan pandangannya saat bertemu dengan lawan jenisnya. Wanita yang selalu membuat Kevin terkagum. Mungkin kalian heran bukan pada Kevin karena sebelu
"Huh dasar perempuan sinting! Dia kira aku sudi apa memperebutkan pria itu sama dirinya? Dasar gila!" sungut Sintia sembari berjalan keluar dari toilet karyawan.Sintia yang sebelumnya ingin pergi ke kantin pun seketika mengurungkan niatnya. Rasa lapar yang tadi sempat terasa, kini telah lenyap dengan seketika. Sintya menghembuskan napas berat, berusaha kembali menormalkan suasana hatinya. Ia pun melangkah keluar dan saat ia melangkah, Sintia pun melewati beberapa karyawan yang saat ini ada di sana. Kemungkinan besar beberapa orang tadi melihat sedikit pertengkaran yang terjadi. Sintia pun bersikap seperti biasanya. Menyapa dengan anggukan dan seulas senyum.Di sepanjang perjalanan, perempuan itu tak habis pikir dengan sikap Amanda yang asal tembak saja. Bahkan, dia siap bertengkar hanya untuk merebutkan seorang lelaki. Berbanding terbalik dengan diri Sintia. Bertengkar dan berselisih dengan sesama perempuan hanya untuk memperebutkan sosok lelaki, itu adalah suatu hal yang sangat
Saat baru saja ia ingin masuk ke dalam ruangannya, tiba-tiba ada seseorang yang ikut merangsek masuk ke dalam ruangan kerja milik Kevin."Seperti ini kah cara seseorang masuk ke ruangan atasannya?" Kevin menatap tajam ke arah Amanda yang juga menatap Kevin tepat di kedua manik matanya. "Kenapa Pak Kevin tega?""Tega? Apa maksudnya?"Kevin pun mengalihkan pandangannya, ia pun berjalan menuju ke arah kursi singgasana miliknya. "Kenapa Bapak dulu memberikanku harapan tapi pada akhirnya Bapak malah mau menikahi perempuan lain? Terlebih perempuan itu juga kerja di sini," protes Amanda tanpa sedikit pun merasa takut. "Kapan saya memberikan harapan? Jangankan harapan, bertukar pesan pun kita sudah tak pernah loh." Ucapan telak itu mampu membuat Amanda bungkam.****Jarum jam terus berputar, hingga tak terasa jarum menunjukkan pukul 04.00 sore yang artinya para pekerja di perusahaan yang Kevin tempati sudah waktunya untuk pulang. Pun juga dengan yang dilakukan oleh Kevin. Saat ini lelaki
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 102Kevin pun menelan saliva dengan begitu susah payah. Bagaimana bisa ia melewati syarat yang begitu berat itu? Jangankan hapal surah Ar-Rahman, sekedar membaca alqur'an pun tak pernah ia lakukan. Hanya sholat lima waktu yang Kevin kerjakan, itu pun yang ia baca hanya surah pendek yang terdiri dari beberapa ayat saja."S-surat Ar-rahman, Bah?" tanya Kevin lagi memastikan dengan raut wajah takut-takut. "Yah, kenapa? Kok sepertinya kamu terkrjut?" tanya sang Abah lagi. Kevin mebggaruk-garuk kepalanya yng tidak gatal. "Emm, anu, Bah, sebenarnya saya tidak bisa baca Al-qur'an." Mata Abah Yusuf seketika membelalak. "Jadi maksud kamu, kamu tidak pernah sholat?" "Tidak, tidak, Bah, bukan begiru maksud saya. Saya sholat bahkan setiap lima wakti saya sholat. Tak ada yang saya tinggalkan.""Lantas, bagaimana kau sholat jika al-qur'an saja kamu tidak bisa membacanya?" "Anu, Bah, saya hanya bisa membaca surat an-nas sama al-ikhlas dan al-falaq saja," uca