SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKU
BAB 5
"Kita lihat saja, Mas. Apakah ini hanya pradugaku saja ataukah memang benar kau ada main dengan adik iparmu itu. Kalau sampai benar terbukti kau ada main dengan nya aku pastikan akan membuatmu menyesal, Mas."
***
Aku membelokkan mobil yang kukendarai tepat di depan toko yang menjual aneka cctv. Setelah mesin mobil kumatikan aku melangkah dengan pasti ke dalam toko tersebut. Derap langkah sepatu heelsku terdengar mengetuk-ketuk lantai yang aku lalui."Selamat pagi, Ibu, ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang karyawan laki-laki tapi dengan gaya yang kemayu padaku saat tubuh ini berhasil masuk ke dalam toko tersebut.
"Pagi, Mas, saya mau cari cctv yang bentuknya sangat kecil tapi daya rekam gambar dan audionya jelas. Apa ada?"
"Tentu saja ada kami menjual berbagai macam cctv mulai dari yang paling standar yang biasa dipakai di toko-toko, minimarket atau pun perkantoran hingga ke cctv yang biasanya dipesan oleh perempuan atau pun laki-laki yang biasanya mereka gunakan untuk mengintai pasangannya karena dicurigai tengah berselingkuh, apa yang Ibu cari seperti itu? " terang karyawan toko padaku.
Jujur saja aku cukup tertarik pada penjelasannya mengenai cctv yang katanya digunakan banyak para wanita atau pria yang mencurigai pasangannya selingkuh. .
"Coba aku mau lihat sama cctv yang Mas maksud tadi dong?"
"Boleh, tapi kalau bisa jangan panggil aku mas. Panggil saja aku Miss Jeni," jawabnya centil dengan suara yang dibuat kemayu juga. Jujur aku sedikit geli melihat gayanya yang tidak sesuai dengan bentuk tubuh dan jenggotnya yang terlihat laki-laki tulen. tapi siapa yang tahu jika dibalik penampilannya yang macho justru gayanya seperti perempuan.
"Baiklah, Miss, tolong aku mau lihat barang yang Mas sebutkan tadi."
Tidak lama, miss Jeni tadi mengambilkan pesananku. Kini di hadapanku sudah ada beberapa bentuk dan model cctv dari yang bentuknya panjang seperti pulpen, seperti bohlam lampu, dan ada juga yang hanya seperti tahi lalat. Sangat kecil dan berwarna hitam. Tinggal ditempelkan pada benda yang berwarna hitam juga maka sudah beres dan biarkan benda itu bekerja sesuai fungsinya.
Akhirnya pilihanku jatuh pada cctv berbentuk kecil seperti tahi lalat itu. Aku membeli sekitar empat buah cctv untuk aku pasang di mobil mas David dan di dalam rumah juga. Biarlah aku haru merogoh kocek yang tidak murah asalkan rasa penasaranku tuntas. Seandainya benar apa yang ada dalam benakku terjadi maka aku sudah mempersiapkan semuanya.
.setelah melakukan pembayaran aku pun kembali menuju ke dalam mobilku dan bersiap untuk ke cafe sebentar sebelum aku kembali pulang.***
"Bagaimana cafe hari ini, Sin?" tanyaku pada Sinta salah satu orang yang kuberi amanah menghandle cafe jika aku tidak ada."Sejauh ini aman, Bu. Penjualannya juga naik terus dan para pengunjung puas sama pelayanan kita dan menu-menu yang kita hidangkan untuk mereka."
Aku tersenyum puas mendengar laporan dari Sinta. Sembari membolak-balikkan laporan keuangan penjualan kemarin aku kembali mengobrol dengan Sinta soal kemajuan cafe.
"Bagus, Sinta. Kalau bisa selalu berikan inovasi-inovasi masakan baru pada menu-menu kita. Adakan promo tiap dua kali seminggu agar para pengunjung semakin banyak. Tetap jaga kebersihan dan kualitas rasa karena rasa tidak pernah bohong. Oh iya rencananya saya mau menambah satu lagi cabang di kota sebelah. Menurut kamu prospeknya di sana gimana?"
"Menurut saya di kota sebelah cukup bagus, Bu. Karena selai konta sebelah juga enggak kalah besar dari kota kita ini. Juga di sana belum ada cafe seperti tempat kita inj, Bu."
"Lalu, kira-kira siapa yang akan menjadi penanggung jawab di cafe cabang nanti? Mungkin kamu punya teman yang jujur dan amanah bisa kamu rekomendasikan sama saya."
"Siap, Bu. Nanti segera saya carikan secepatnya."
Setelah kurasa cukup pengecekanku di cafe hari ini aku pun bergegas untuk pulang. Kulihat jam di ponselku, waktu menunjukkan pukul dua siang. Aku harus cepat sebelum waktu keburu sore dan mas David keburu pulang. Entah kenapa aku punya firasat jika malam ini mereka kembali menjalankan sandiwara mereka.
***
Aku mematikan mesin mobil saat sudah sampai tepat di depan halaman rumah. Rumah ibu mertuaku tidak memiliki garasi tapi, memiliki halaman yang cukup luas dan cukup untuk menampung tiga mobil milikku, milik mas David dan milik Kevin yang terparkir cantik di halaman ini dan hanya dipakai jika Kevin sedang di rumah saja.Aku membuka handle pintu yang kebetulan memang tidak pernah dikunci karena ada Bi Ratmi yang berjaga di rumah.
"Mbak Raya baru pulang? Tadi Ibu nyariin Mbak," ucap bi Ratmi padaku saat kakiku baru akan menapaki anak tangga.
"Ada apa Ibu nyariin aku, Bi? Terus Ibu di mana sekarang?"
Aku menurunkan kembali satu kakiku yang sudah berada di anak tangga pertama dan mendekat ke arah bi Ratmi.
"Ibu tadi dijemput sama keponakannya. Katanya ada hal penting yang ingin adiknya Ibu sampaikan sama Ibu tapi gak bisa lewat telepon. Ibu sekarang sudah berangkat ke rumah adiknya di kabupaten sebelah. Kemungkinan Ibu juga akan menginap di sana selama tiga hari, Mbak," jelas bi Ratmi panjang lebar dan aku hanya mengangguk paham pada bi Ratmi.
Ibu mertuaku memang memiliki seorang adik dan kakak tapi, mereka tinggal di beda kabupaten. Jika adik ibu yang bernama om Ari tinggal di kabupaten sebelah yang hanya menempuh perjalanan satu setengah jam saja. Lain lagi dengan kakak ibu yang bernama pakde Hardi yang tinggal cukup jauh dari sini. Bisa memakan waktu lima jam jika menggunakan kendaraan pribadi.
"Terus Nora kemana?" tanyaku karena aku mendapati rumah sedang dalam kondisi sepi.
"Mbak Nora tadi keluar entah kemana enggak lama setelah Ibu pergi, Mbak." Aku mengangguk paham dan berpamitan pada bi Ratmi untuk naik ke atas.
"Yasudah, Bi, ke kamar dulu ya."
"Baik, Mbak."
Sepertinya dewi fortuna berpihak padaku kali ini. Aku bisa dengan leluasa memasang cctv di tempat yang aku inginkan. Baiklah, sebelum Nora dan yang lainnya datang aku segera bergegas memasan cctv yang baru saja kubeli tadi.
Aku menuju depan kamar Nora dan Kevin. Kutempelkan cctv yang kubeli tadi pada guci besar yang kebetulan berwarna hitam yang terpajang tepat di samping lemari pajangan yang ada di depan kamar Nora dan kevin. Setelahnya aku mencoba membuka handle pintu kamar Nora.
Awalnya aku kira kamar Nora akan dikunci namun, nyatanya kamar ini tidak terkunci. Aku tersenyum sumringah karena lagi-lagi dewi fortuna berpihak padaku hingga memuluskan rencana dan aksiku. Kupandangi sekeliling kamar Nora yang terlihat rapi dan bersih mungkin saja bi Ratmi habis membersihkan kamar Nora yang tadi malam kulihat masih berantakan.
Pandanganku tertuju pada satu benda di atas lemari. Boneka beruang berwarna coklat tua. Yups, aku meletakkan cctv itu pada boneka beruang di atas lemari yang kebetulan posisinya berhadapan dengan ranjang milik Nora dan Kevin. Setelah kurasa beres aku pun bergegas keluar kamar Nora dan menutupnya. Tinggal aku mengeksekusi cctv ini di mobil mas David nanti saat ia pulang.
Namun, baru saja aku akan berbalik badan aku dikejutkan dengan suara seseorang yang ternyata baru saja menapaki anak tangga.
"Lagi ngapain?"
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 6Namun, baru saja aku akan berbalik badan aku dikejutkan dengan suara seseorang yang ternyata baru saja menapaki anak tangga. "Lagi ngapain?" Aku tersentak dan hampir saja terlonjak karena terkejut dengan tepukan tangan itu. Saat aku menoleh ke arahnya ternyata yang menepukku tadi adalah mas David. Aku sedikit mengerutkan dahi karena tumben mas David pulang cepat. Biasanya paling cepat itu sekitar jam tujuh malam sedangkan ini masih sore mas David sudah sampai di rumah. Beruntung aku sudah selesai memasang cctv yang kubeli tadi pada tempat yang seharusnya. Masih ada sisa satu cctv lagi, biarlah akan kusimpan nanti akan aku cari lagi tempat yang sekiranya mencurigakan dan aku pasang cctv yang masih tersisa ini. "Mas David? Kok tumben udah pulang jam segini?" tanyaku padanya tanpa menjawab pertanyaannya tadi padaku. "Iya kebetulan kerjaan sudah pada selesai jadi aku bisa pulang cepat. Lagian aku kangen sama istri cantikku ini sudah beberapa hari b
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 7 Namun, saat tangan ini memindah chanel cctv ke bagian yang aku letakkan tepat di depan kamar Nora aku melihat sesuatu yang luar biasa yang membuat jantungku berdegup kencang dan mataku terbelalak. "Kalian …." Aku mengepalkan erat tanganku, emosi seketika menyeruak dalam dada. Mungkin saja buku-buku tanganku terlihat memutih karena saking eratnya aku mengepalkan. Betapa tidak? Jika yang aku lihat saat ini adalah Mas David dan Nora yang tengah berciuman juga berpelukan mesra layaknya mereka adalah kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Yah, meskipun aku sudah menduganya sejak awal aku curiga. Akan tetapi, tetap saja hati ini rasanya tidak terima jika ternyata aku sudah dibohongi oleh mereka mentah-mentah seperti ini.Aku lantas menurunkan kakiku yang sudah kuletakkan di atas ranjang King size milikku ini, aku pun bangun dari posisi dudukku dan bersiap untuk keluar dari kamar guna memergoki perbuatan hina yang kedua manusia laknat itu lakukan.Akan
Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang sembari memainkan ponsel di tanganku. Hanya untuk berselancar di dunia biru. Saat mataku sedang terfokus pada layar datar tersebut, terdengar ada seseorang tengah berusaha membuka pintu kamar dari arah luar. Aku menolehkan kepala ke arah sana, Mas David sedang berdiri di ambang pintu sembari mengulas senyum ke arahku. Senyum yang dulu mampu membuatku mabuk kepayang, namun sekarang malah membuatku terasa begitu mual. Aku membalas senyuman lelaki itu dengan penuh keterpaksaan.Aku kembali mengalihkan pandangan ke arah benda pipih yang ada di tanganku saat lelaki itu tengah berusaha menutup kembali daun pintu. Suara derap langkah mendekat, namun aku tak mempedulikan kehadiran lelaki itu yang sedang ada di dalam kamar ini. "Kok belum tidur?" tanya Mas David saat aku menoleh, lelaki itu sedang naik ke atas ranjang. "Belum ngantuk, Mas," jawabku sembari mengalihkan kembali pandanganku ke arah layar datar tersebut. Tak ada sahutan lagi dari lelaki i
[Mbak, aku sudah sampai di bandara.] Satu pesan masuk yang dikirimkan oleh Kevin ke nomorku. Aku mengulas senyum. Hari ini semua akan berakhir. Semuanya, karena Kevin akan mengetahui kebohongan, pengkhianatan yang dilakukan oleh orang yang sangat ia cintai itu. Kemarin Kevin mengatakan jika besok akan pulang, akan tetapi selang mengatakan jika besok akan pulang, Kevin mengirimkan pesan jika ia tak jadi pulang, sebab ada pekerjaan yang harus ia selesaikan terlebih dahulu. Dan hari ini, tiga hari kemudian, Kevin baru benar-benar pulang. Berkali-kali aku menekankan pada Kevin agar tak memberitahukan pada Nora soal kepulangannya. Syukurlah, ia menuruti permintaanku. Sebenarnya, sembari menunggu kepulangan Kevin, aku ingin memanfaatkan sisa waktu untuk mencari bukti-bukti perselingkuhan mereka. Akan tetapi, tak ada apapun yang mereka lakukan. Mungkin mereka berdua telah menyadari jika perselingkuhan mereka mulai kuendus, maka dari itu, mereka mensiasati dengan menjaga jarak di antara
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 10Kenapa Kevin begitu mempercayai kesetiaan Nora, sedangkan aku telah menunjukkan bukti perselingkuhan istrinya? Mungkinkah Nora selangkah lebih maju dariku? Mungkinkah Nora telah mengatakan yang bukan-bukan tentangku pada Kevin?Ah, aku benar-benar pusing memikirkannya. Akan tetapi, aku tetap tidak boleh menyerah begitu saja. Akan aku buktikan kalau aku ini benar. Akan aku cari tahu kenapa Kevin bisa menolak apa yang aku beritahukan padanya. Aku curiga kalau mereka sudah curi start dariku. "Baiklah, jangan panggil namaku Naraya Okta kalau aku tidak bisa membereskan masalah ini," janjiku dalam hati. Aku mengetuk-ngetukkan jari telunjukku di atas meja yang hanya tersaji segelas es lemon tea ini. Aku memutar otak memikirkan bagaimana cara langkah yang tepat dan jitu dalam membongkar kebusukan mereka. Salah-salah aku melangkah maka kejadian seperti ini akan terulang lagi dan justru akulah yang menjadi tersangka sedangkan merekalah yang menjadi korbann
Setelahnya aku pun kembali meninggalkan mereka yang masih bergeming. Persetan dengan harga diri Kevin saat aku memaki istrinya dengan sebutan gundik. Toh Kevin sendiri tidak mau membuka mata perihal istrinya yang memang pelacur.Aku melangkah dengan perasaan yang sesak luar biasa. Bahkan, tamparan yang baru pertama kali kudapatkan dari seorang lelaki yang bergelar suamiku itu masih menyisakan rasa perih dan panas yang menjalar di pipiku. Aku menutup pintu dengan kasar hingga menimbulkan bunyi dentuman akibat beradunya tembok dan daun pintu. Kulempar ponsel dan tas yang tadi kubawa ke atas ranjang, lalu aku melangkah menuju ke arah meja rias. Aku mendudukkan tubuhku di sana. Terlihat dengan jelas jejak merah bekas tamparan itu. Aku mengusap pipiku yang terasa begitu perih. Seketika rasa sesak kembali menyeruak saat bayangan pengkhianatan yang dilakukan oleh suamiku berkelebatan di pelupuk mataku. Di saat rasa cinta sudah tumbuh subur di dalam sini, kebenaran yang begitu menyesakkan
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 12Aku melangkah menuju di mana makan malamku sudah terhidang. Mengambil piring yang sudah dilengkapi oleh nasi beserta teman-temannya. Aku mulai menyendokkan makanan itu masuk ke dalam mulutku.Setelah menyelesaikan makanku. Aku pun meletakkan piring kotor itu ke dapur. Sebenarnya bisa saja sih aku meminta bibi untuk mengambilnya. Hanya saja, aku tidak ingin menyuruh bibi karena kasihan, ini sudah malam. Pasti bibi sedang istirahat. Aku sedikit melirik ke arah kamar Kevin dan juga Nora ingin melihat apakah yang terjadi pada mereka setelah pertengkaran itu. Namun, sepertinya tidak ada menunjukkan aktivitas apa pun di sana dan terlihat sangat sepi seperti seolah-olah mereka sudah tertidur. Padahal jam baru menunjukkan pukul sembilan malam. Biasanya juga Nora jam segini belum tidur karena aku sering mendengar suara dia yang yang menonton film drakor di ponselnya. Akan tetapi, ya sudahlah, aku tidak terlalu peduli sama hal itu, yang jelas malam ini aku
"Maksud kamu Cin? Mereka juga merencanakan pertemuan antara aku dan David gitu? Dan seolah-olah kalau kita nggak sengaja bertemu terus Mas David membuat sandiwaea seolah-olah aku dan dirinya memang dipertemukan karena takdir Tuhan gitu?"Cindy mengangguk mantap membuatku semakin berpikir keras tentang semua ini.Aku hanya bisa menggelengkan kepala saat mengetahui fakta yang sebenarnya. Ternyata pertemuanku bersama Mas David ternyata sudah ia rencanakan. Jika saja untuk awal pertemuannya saja sudah direncanakan, tentu ada suatu tujuan dibalik semuanya. Ya, aku yakin, pasti ada tujuan besar yang ingin mereka dapatkan dari pernikahan ini. Lantas apa yang ingin mereka raih dariku?Aku menghembuskan napas kasar, untuk kesekian kalinya aku dibuat tak percaya oleh fakta baru yang baru saja terungkap. Mulai Nora yang ternyata pernah menjalin hubungan dengan Mas David, hingga soal awal pertemuanku dan juga Mas David yang merupakan sebagian dari rencananya. Jika orangtua Mas David tidak mere