"Maksud kamu Cin? Mereka juga merencanakan pertemuan antara aku dan David gitu? Dan seolah-olah kalau kita nggak sengaja bertemu terus Mas David membuat sandiwaea seolah-olah aku dan dirinya memang dipertemukan karena takdir Tuhan gitu?"Cindy mengangguk mantap membuatku semakin berpikir keras tentang semua ini.Aku hanya bisa menggelengkan kepala saat mengetahui fakta yang sebenarnya. Ternyata pertemuanku bersama Mas David ternyata sudah ia rencanakan. Jika saja untuk awal pertemuannya saja sudah direncanakan, tentu ada suatu tujuan dibalik semuanya. Ya, aku yakin, pasti ada tujuan besar yang ingin mereka dapatkan dari pernikahan ini. Lantas apa yang ingin mereka raih dariku?Aku menghembuskan napas kasar, untuk kesekian kalinya aku dibuat tak percaya oleh fakta baru yang baru saja terungkap. Mulai Nora yang ternyata pernah menjalin hubungan dengan Mas David, hingga soal awal pertemuanku dan juga Mas David yang merupakan sebagian dari rencananya. Jika orangtua Mas David tidak mere
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 14Setelah bubuk itu selesai kutaburkan, kumasukkan pembungkus itu ke dalam saku bajuku. Jangan sampai meninggalkan jejak di sini. Bergegas aku membalikkan tubuhku lalu melangkah dengan cepat kembali ke kamarku.Dada ini berdegup kencang, tentu saja khawatir jika aksiku kali ini terlihat atau ketahuan oleh seseorang. Namun, hingga beberapa menit berlalu sepertinya aksiku kali ini aman-aman saja. Aku menghembuskan napasku karena jujur baru kali ini aku melakukan hal segila ini. Hingga akhirnya aku mendengar suara ketukan pintu dari luar sana dan terdengar suara bibi memanggilku untuk turun makan malam. "Bu Raya, makan malam sudah siap," ucap bibi dari depan pintu. Aku masih mengelus dadaku guna menetralkan degup jantungku yang belum juga mau berhenti. "Ya, Bi, sebentar lagi saya turun!" jawabku dari dalam sini. Setelahnya aku mendengar derap langkah bibi yang menjauhi kamar yang kutempati ini. Aku menghembuskan kembali napasku sebelum akhirnya aku
Aku pastikan malam ini juga riwayat mereka akan tamat. Aku pun kembali membuka lemari pakaianku dan mengganti pakaianku ini dengan pakaian yang jauh lebih tertutup. Tidak mungkin kan aku akan keluar dan menemui warga dengan pakaian seperti ini. Aku berharap malam ini juga aku bisa segera pergi meninggalkan rumah terkutuk ini. Aku menghubungi ketua Rt yang jarak rumahnya rumayan jauh dari sini. Perlu beberapa menit untuk sampai ke sana. Tak mungkin jika aku harus pergi ke rumah Pak Rt. Aku hanya menyampaikan ada sesuatu yang sangat penting untuk dibicarakan yang mengharuskan beliau segera datang ke sini. Syukurlah, Ketua Rt di tempat tinggalku cepat tanggap. Beliau langsung meluncur ke tempat sini. Setelah penampilanku sudah terlihat pantas, cepat aku keluar dari kamar. Sejenak aku menghentikan langkah tepat di depan kamar Nora, samar-samar gendang telingaku menangkap suara desahan dan rintihan. Kuayunkan kembali kakiku. Dengan gerakan dan langkah cepat aku menuruni anak tangga. Ba
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 16Kevin melangkah dengan cepat ke arahku. Terlihat dengan jelas dada itu naik turun. Kentara sekali kalau saat ini ia telah dikuasai oleh emosi. Melihat nya seperti itu, aku hanya tersenyum manis ke arah mereka, hingga pada akhirnya kami pun berdiri dengan saling berhadapan.***Pov Kevin"Pokoknya Ibu gak mau tahu, David. Kamu harus menikah dengan Raya. Raya itu anak orang kaya David. Meskipun kamu gak kasih dia uang bulanan pun kalian tidak akan pernah kekurangan. Ingat David. Hanya kamu satu-satunya anak Ibu! Kalau bukan kamu lantas siapa lagi?" ucap Ibu pada mas David. "Kevin kan ada, Bu? Kenapa harus David sih?" sanggah mas David pada ibu. Wajah mas David terlihat sudah memerah menahan geram karena ibu yang memaksanya untuk menikahi anak dari sahabat ibu sewaktu sekolah dulu. "Karena kamu adalah anak Ibu. Sedangkan Kevin? Kevin hanyalah anak hasil dari perselingkuhan Ayahmu dan gundik itu! Dia itu anak haram yang tidak pernah Ibu harapkan keh
"Kamu dengar sendiri kan Kevin? Kamu harus membalas budi apa yang sudah Ibu berikan padamu selama ini. Jadi, kamu tidak ada pilihan lain Kevin. Kamu harus menerima Jika kamulah yang akan menikah dengan Nora sebagai syarat agar David mau menikah dengan Raya," ucap Ibu menimpali perkataan Mas David sebelum akhirnya ia juga meninggalkanku yang masih termenung di meja makan ini sendiri.Berkali-kali aku menghela napas panjang dan kukeluarkan secara perlahan. Aku masih benar-benar tak menyangka jika keluarga ini begitu keterlaluan. Ibu memaksakan kehendaknya sendiri tanpa memikirkan perasaan anaknya. Pun juga dengan Mas David, lelaki itu dengan seenaknya memintaku untuk menikahi kekasihnya hanya untuk menutupi kebejatan yang akan ia lakukan di kemudian hari. Bahkan tanpa rasa malu ia mengatakan secara terang-terangan, Jika ia tak ingin memutuskan hubungan dengan Nora meskipun kekasihnya itu telah menikah denganku.Selang beberapa hari tinggal di sini, aku memutuskan untuk kembali ke kalim
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 18Hari terus berganti. Hingga pada suatu ketika, Ibu mengirimkan pesan padaku agar aku pulang seperti biasanya. Tentu bukan karena tanpa sebab, akan tetapi agar Raya tak pernah mencurigai hubunganku dengan Nora. Akhirnya aku kembali menuruti permintaan Ibu. Tentu dengan penuh rasa keterpaksaan***Pov author"Apa maksud Mbak melakukan ini semua? Apakah Mbak tidak malu jika seluruh tetangga mengetahui kehidupan atau aib rumah tangga, Mbak?" tanya Kevin dengan tatapan bengisnya pada Raya. Raya tampak mengerutkan dahinya karena merasa sedikit aneh dengan ucapan Kevin. "Malu? Aib? Untuk apa menutupi aib karena yang aku lakukan memanglah yang seharusnya aku lakukan sejak lama, Kevin. Justru yang aku pertanyakan kenapa kamu seolah-olah tidak terima jika istri dan kakakmu yang pezina itu diperlakukan seperti ini? Aku curiga jangan-jangan kamu ini kaum hombreng? Kamu menikah dengan Nora untuk menutupi kelainan seksualmu gitu?" cibir Raya pada Kevin sembari
Pov Raya**"Bisakah kamu mengembalikan kasih sayang dan perjuanganku membesarkanmu selama ini Kevin? Kalau tidak bisa maka jangan pernah kamu menawar apa yang Ibu pinta padamu. Jika tidak? Terkutuklah kamu sebagai anak yang tidak tahu diri! Mati saja kamu menyusul ibumu yang pelacur murahan itu!"Aku terkejut bukan kepalang saat mendengar kalimat yang baru saja dikeluarkan oleh Ibu mertua. Keningku berkerut tajam saat berusaha kembali mencerna apa yang dikatakan oleh Ibu mertua itu. Tak ingin aku salah menyimpulkan. Akan tetapi, berkali-kali aku mengulangi kalimat itu kesimpulan yang kuambil pun tetap sama. Yaitu, Kevin bukan lah adik kandung dari Mas David. Ya, Tuhan ... betapa sempurnanya mereka dalam memainkan bersandiwara. Bahkan, selama satu tahun aku hidup di sini, aku tak pernah tahu soal itu. Sungguh ... aku dibuat terkejut untuk ke sekian kalinya. "Apa yang bisa Kevin lakukan, Bu." Suara Kevin kali ini terdengar begitu lirih. "Bebaskan David dari penjara, entah dengan
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 20Setelah semua barang-barang pribadiku sudah masuk ke dalam koper, bergegas aku menghempaskan tubuhku di ranjang. Aku menoleh ke arah jam yang ada di dinding. Ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku memejamkan kedua netraku, rasanya sudah tak sabar sekali menanti hari esok tiba. Hari di mana pertunjukkan akan terjadi lagi.Belum sempat aku terlelap tiba-tiba saja ponsel milikku kembali bergetar. Aku kembali mengambil ponsel yang kuletakkan di atas nakas persis sebelah ranjang king size yang aku tiduri ini. Aku melihat layar ponsel milikku dan tertera nama mama di sana. Aku mengernyitkan dahi karena heran mama yang kembali menghubungiku entah ada apa. Aku takut ini penting dan aku pun segera mengangkat telepon itu. "Ya halo, Ma? Ada apa?" ucapku langsung pada intinya. "Raya, Mama lupa bilang, apa kamu gak ada rekaman gitu tentang kejadian yang ada di sana? Misalnya percakapan gitu di antara mereka," jawab mama yang membuatku