Hari ini acara resepsi pernikahan Raya tengah berlangsung. Sudah menjadi kesepakatan kedua belah pihak jika acara resepsi akan diadakan dua hari setelah acara ijab qabul. Sebenarnya Ravi dan juga Raya enggan sekali untuk melakukan resepsi pernikahan itu, mengingat statusnya yang seorang janda dan duda. Hanya saja kedua orang tua mempelai pengantin baru menginginkan resepsi untuk dilangsungkan. Bukan tanpa sebab, mereka juga ingin berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Gedung yang telah dihiasi oleh aneka bunga mawar dengan kombinasi bunga melati bersiap untuk menyambut kedatangan mempelai pengantin. Beberapa tamu silih berganti datang. Halaman gedung setengahnya sudah terisi oleh beberapa tamu undangan. Berbagai macam hidangan telah tertata rapi dengan sempurna di atas meja. Tak ketinggalan juga ada aneka buah siap makan, minuman dan beberapa macam cake yang dipersiapkan untuk semua tamu undangan. Tak banyak tamu yang diundang, hanya kerabat dekat dan rekan bisnis saja. "Kamu
"Stop, David! Jangan pernah membuat masalah lagi dengan Kevin. Cukup di masa lalu kita membuatnya kecewa dan sakit hati. Andai adik angkatmu itu tak memiliki hati yang baik dan tulus, tak mungkin ia sudi menerima kita. Jangankan menerima kembali, sekedar memberikan kata maaf pun tak akan sudi."****Tiga hari sudah waktu berjalan. Kini sudah waktunya sepasang pengantin baru itu bekerja.Ya, Kevin dan Sintya hanya diberikan cuti selama tiga hari saja."Kamu jadi hari ini mengajukan surat pengunduran diri?" tanya Kevin lembut pada Sintya yang saat ini sedang duduk di kursi yang ada di depan meja rias sembari menyisir rambut panjangnya."Jadi, Mas. Memang kamu menginginkan aku terus berkarir?" tanya Sintya sembari menatap sang suami yang sedang duduk di tepi ranjang melalui pantulan cermin."Sebenarnya kalau aku pribadi menginginkan istri yang cukup di rumah saja. Selalu melepasku saat bekerja, dan menyambut kepulanganku saat tubuh terasa penat setelah seharian bekerja. Hanya saja, aku t
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 203Akhirnya David mengurungkan niat untuk menemui keduanya, David kembali berjalan menuju ke arah kamar lalu menghempaskan tubuhnya di atas ranjang kembali."Hah, sialan bener, kenapa nih otak gak berhenti-berhentinya mikirin si Raya sama Sintia sih. Ah! Dua-duanya memang wanita pilihan. Raya yang cerdas, energik dan cantik hingga selalu memukau di setiap penampilannya sedangkan Sintia yang selalu cantik dengan balutan hijabnya dan membuat berdesir dada setiap memandang wajah teduh dan ayu nya. Dua wanita yang mampu membangkitkan hasrat kelelakianku. Oh Raya, oh Sintia. Arghhh aku bisa gila memikirkan keduanya." David bergumam di dalam Kamar yang ia tempati. Entah kenapa semakin ia menepis rasa itu nyatanya semakin kuat debaran itu hadir di dalam dadanya. Keinginannya menjadi berkali lipat untuk memiliki Sintia. Bahkan, saat ini pun hasrat David kembali bergejolak. Jika untuk Raya sendiri David masih ingat rasanya saat dulu masih menjadi istrinya. T
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 204"Hah, baru membayangkannya saja si joniku sudah kembali bangun. Sabar ya, Jon, habis ini kamu akan mendapatkan hakmu kok," gumam David sembari mengelus juniornya yang kembali membesar. David terus membayangkan betapa inginnya dia menikmati tubuh molek milik Sintia. Sembari mengelus si joni David terus saja membayangkannya. Hingga tanpa terasa sudah tidak lagi terdengar suara obrolan di luar sana. David pun akhirnya membuka pintu kamar secara perlahan agar tidak menimbulkan suara deritan karena memang pintunya sedikit berbunyi saat dibuka. Setelah memastikan semua aman, David berjalan perlahan menuju ruang keluarga dan benar sana kalau Sintia dan Arita sudah tidak ada di tempatnya. David kembali melangkah menuju kamar Arita. Ia akan memastikan terlebih dahulu kalau ibunya itu sudah tertidur pulas. David membuka perlahan pintu kamar Arita dan ia mengintip sang ibu yang sudah terlelap dengan matanya yang terpejam. Bahkan, Arita terdengar mendengku
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 205Hingga akhirnya David ingin menurunkan celana yang Sintia kenakan tiba-tiba saja ia mendengar derap langkah membuka pintu utama rumah Kevin. "Ada yang datang? Tapi siapa? Apa jangan-jangan itu Kevin?" Bergegas David memasukkan kembali si joni yang sudah terjuntai bebas menunjukkan pesonanya tapi sayangnya belum bisa juga merasakan sangkar emasnya itu. "Maaf ya joni kamu harus kembali lagi ke kandangmu. Kayaknya kita benar-benar harus ekstra sabar deh." Setelah memasang resleting celananya kembali akhirnya David memutuskan untuk keluar dari kamar Kevin dengan kembali mengendap-endap. David dapat bernapas lega saat dirinya sudah berhasil masuk kembali ke kamarnya yang posisinya ada di ujung dekat dengan dapur. Hal itu tentu saja menguntungkan David karena tidak sampai ketahuan oleh Kevin. Yah, yang barusan saja pulang tadi memanglah Kevin. David sudah melihatnya tadi sekilas sesaat sebelum ia masuk ke dalam kamarnya. David pun memutuskan untuk
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 206"Yaudah sekarang kita tidur yuk. Kepalaku sakit nih," Ajak Sintia pada Jevin yang dijawab anggukan kepala oleh Kevin. Sintia dan Kevin pun merebahkan tubuh mreka setelah sebelumnya Kevin mengunci pintu dan juga memeriksa jendela seluruh rumah juga kamarnya. ***Pagi ini Sintia dan juga Kevin sudah melakukan olahraga pagi ringan di halaman samping rumah Kevin. Aroma masakan pun menguar di indra penciuman keduanya dan tiba-tiba saja terdengar suara kruyuk dari perut Kevin. Seketika Kevin dan juga Sintia tergelak karena hal itu sungguh lucu bagi mereka. "Kamu lapar, Mas?" ranya Sintia pada Kevin. Kevin pun mengangguk malu-malu harimau. Sembari menyengir memperlihatkan giginya yang putih dan rapi. Kevin mengajak Sintia untuk menghampiri Arita yang masih sibuk berkutat di dapur. Oh, bukan karena Sintia menanti yang tidak tahu diri saat melihat mertua berkutat di dapur dia justru asyik berolahraga dan bersantai. Sintia sudah menawarkan bantuan pada A
Suara Desahan di Kamar Iparku part 207Begitu indahnya kehidupan sepasang pengantin baru itu. Semenjak Arita dan David memutuskan untuk pulang, sepasang pengantin baru itu mulai menempati rumah Kevin. Tak ada rasa malu atau pun takut jika sewaktu-waktu seseorang memergoki sepasang pengantin baru yang sedang bermesraan. Entah di ruang tamu, ruang keluarga maupun di dalam kamar pribadi mereka. Barang-barang pribadi milik Sintya pun sudah dibawa semua ke rumah sang suami tercinta. Kedua orangtua melepaskan kepergian Sintya dengan sedikit drama. Padahal jarak rumah mereka tak begitu jauh, akan tetapi, yang namanya perpisahan selalu menyesakkan. "Mas ..., lepas dong. Aku mau masak tau, nanti telat berangkat kerjanya loh ...." Sintya berusaha mengurai pelukan Kevin yang sejak semalam terus melingkar di pinggang ramping milik Sintya. "Bentar lagi ...," rengek Kevin dengan nada suara manjanya. Ia sama sekali enggan untuk melepas tubuh istrinya. "Udah adzan subuh itu loh. Yuk mandi terus
Begitu sampai di kantor tempatnya bekerja, bergegas Kevin melangkah ke ruangannya. Setelahnya ia mendudukkan tubuhnya di kursi singgasananya setelah meletakkan tas kerjanya di atas meja. Bergegas Kevin membuka tas hitam itu lalu merogoh benda pipih miliknya. Kevin menekan tombol power, hingga layar yang semula gelap kini menyala dan terlihatlah foto dirinya dan sang istri tercinta terpampang di layar ponsel. Kevin mengusap layar datar itu lalu membuka aplikasi bergambar gagang telepon berwarna hijau, setelahnya ia mencari nomor salah satu temannya yang bekerja di bidang kesehatan. Begitu menemukan nomor tersebut, Kevin menekan menu panggil. Berdering. "Halo, Assalamualaikum," sapa seseorang dari seberang sana begitu panggilan diangkat setelah dering kedua. "Waalaikumsalam, Rey." "Sepertinya ada yang penting ini hingga membuat seorang Kevin seorang petinggi di perusahaan batubara sampai menghubungi di pagi ini," celetuk Reyhan, teman yang dikenal oleh Kevin saat ia mulai meranta