SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 160Hm ... kalau memang yang saya katakan tadi benar, bisakah kita bekerja sama untuk mendapatkan apa yang kita inginkan?" David terdiam seketika berusaha mencerna apa yang Amanda katakan dan tawarkan padanya. "Apa kamu bilang? Kamu mencintai Kevin? Maksudnya kamu pacarnya Kevin?" tanya David yang tidak percaya dengan apa yang Amanda katakan. "Yah bisa dibilang seperti itu, awalnya aku dan Kevin sepasang kekasih dan dia sempat mengatakan ingin melamarku. Yah, meskipun sebenarnya aku belum menjawab pertanyaannya waktu itu. Tapi bukan berarti aku tidak ingin menerima lamarannya hanya saja meminta waktu sedikit lebih lama untuk menjawabnya. Eh pas aku mau jawab malah ternyata aku udah keduluan sama perempuan sundal itu," ucap Amanda yang membuat David mengangguk-anggukkan kepalanya. Apakah Amanda benar? Tentu saja dia berdusta. Yah, berdusta atas apa yang tidak pernah dilakukan Kevin terhadapnya. Jangankan menjadi sepasang kekasih dan melamar Amanda,
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 161Setelah melakukan negosiasi kini Erik berpamitan mengundurkan dirinya. Erik tersenyum senang karena kini di otaknya sudah berkelebatan rencana-rencana liciknya untuk Nora. ***TokTokTokTerdengar suara pintu diketuk membuat Nora yang sedang asyik berselancar di akun sosmednya menghentikan aktivitasnya itu dan ia bergegas menuju pintu utama dan membukanya. Matanya tampak berbinar saat melihat sosok yang ada di depannya. "Mas Erik? Kok tumben kesini enggak kasih kabar dulu?" tanya Nora sembari bergelayut manja di lengan Erik. Erik tampak tersenyum sumringah sembari tangannya membelai lembut surai panjang Nora. Erii terasa senang bukan karena dia bertemu kangen dengan Nora. Toh baru saja kemarin dia bertemu dengan wanita yang baru dikenalnya itu. Akan tetqpi, Erik lebih ke sumringah lantaran usahanya tidwk sia-sia. Bahkan, bos Brian memberikannya banyak uang untuk panjar uang membeli Nora. Yah, Erik telah menjual Nora pada Brian. Meski Erik ya
"Baju ini bagus nggak, Sayang?" tanya Nora sembari menempelkan gaun dengan lengan sebatas siku dengan panjang yang masih mampu menutupi kedua dengkulnya dengan sempurna. Erik yang saat itu sedang berbaring di ranjang menatap, mengamati, sesekali memicingkan kedua netranya sembari membayangkan gaun itu menutupi tubuh Nora. "Ada yang lain?" Erik merasa kurang cocok, sebab malam ini Erik akan membawa Nora pada Brian. Erik ingin Nora berpenampilan sesempurna mungkin. Erik merasa jika gaun yang ditunjukkan oleh Nora tadi kurang cocok. "Jelek, ya?" "Siapa bilang? Bagus kok. Aku maunya kamu berpenampilan sesempurna mungkin. Kan kita mau dinner di luar terus ketemu rekan bisnisku. Kamu nggak seneng kalau lelaki yang katanya kesayanganmu ini bikin orang lain merasa iri karena memiliki perempuan sesempurna dirimu, Sayang?"Nora merasa melambung tinggi. Entah sudah berapa puluh kali Erik selalu memujinya, akan tetapi ia sama sekali tak merasa bosan. Justru pujian yang Erik lontarkan menjadi
"Bagaimana, Bos? Cakep kan Nora? Aku yakin, Bos. Usahamu akan semakin maju kalau ada primadona secantik Nora di bisnismu itu."Brian menganggukkan kepalanya, pertanda setuju dengan apa yang dikatakan oleh Erik. "Mau harga berapa?" tanya Brian pada Erik. "Kasihlah dua ratus juta saja, Bos.""Dua ratus juta? Gila kamu? Ya kali kalau dia masih perawan, orang udah janda juga," celetuk Brian keberatan dengan harga yang dibuka oleh Erik. "Meskipun janda, tapi wajahnya dan tubuhnya sangat yahud, Bos. Cantik, kebule-bulean, seksi pula. Ditambah dia jago di atas ranjang. Percayalah, Bos, pelanggannya nanti pasti akan ketagihan dan datang lagi. Karena memang pelayanan Nora siip sekali ...." Erik mengacungkan kedua jempolnya. Brian terlihat memikirkan ucapan Erik. "Udahlah, Bos. Jangan banyak mikir. Yakin deh, Bosa nggak akan rugi kalau bayar Nora 200 juta. Nanti juga bakalan kembali berkali-kali lipat." Erik semakin antusias
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 164Sentuhan demi sentuhan diberikan oleh Erik, hingga saat Nora sedang terbuai dengan sentuhan itu, tanpa ia ketahui sosok Brian menyelinap masuk dan menggantikan posisi Erik malam ini.Nora sedikit menggeliat tatkala tangan yang kekar dan berbeda ukuran itu mulai menelusuri inci demi inci tubuhnya. Brian sangat mengagumi kehalusan dan kemulusan kulit tubuh Nora. Brian mulai menciumi dan mencumbui setiap lekuk tubuh Nora dan setiap inci kulit tubuh Nora. Sedangkan sang empunya kulit mulus itu masih terus saja memejamkan mata. Merasakan sentuhan-sentuhan yang semakin membuatnya serasa ingin terbang hingga ke langit ke-tujuh. "Ahh teruskan Sayang. Itu sangat nikmat kamu memang selalu bisa membuatku terbuai," ucap Nora begitu Brian semakin membuatnya larut dalam permainannya hingga akhirnya Nora mencapai puncak kenikmatannya. Setelah dirasa cukup Nora perlahan membuka matanya. Dan betapa terkejutnya Nora
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 165Melihat Nora yang diam saja Brian kembali beraksi. Tangan itu dengan cepat memeluk tubuh Nora dan memberikan sentuhan-sentuhan untuk Nora. Dan hal itu sukses membuat Nora kembali terbuai. Brian benar-benar pantas disebut sebagai penakluk wanita***Hari beranjak siang, perut Nora pun minta untuk segera diisi. Sudah sejak tadi perutnya berbunyi. Namun, Nora sedikit takut untuk membangubjan Brian yang masih terlelap akibat kelelahan karena sudah menggempur Nora hingga beberapa kali. Yah, wanita itu benar-benar dibuat kelelahan oleh tenaga Brian yang bagaikan kuda liar. Brian benar-benar beringas mengatasi Nora di atas ranjang. Erik benar karena tubuh Nora benar-benar membuatnya candu sehingga membuat Brian tidak bosan untuk meminta lagi dan lagi dalam satu waktu. Nora membolak-balikkan tubuhnya kar3na merasakan perutnya yang semakin melilit. Ia sedikit meringis karena menahan perih dan panas di perutnya. Brian yang merasakan tidurnya tidak nyaman a
"Betah, Bu, di sini semua baik sama aku. Apa Ibu mau tinggal di sini saja? Sama aku."Arita tertegun begitu mendapatkan tawaran yang diberikan oleh anak angkatnya itu. Anak angkat yang dulu selalu ia hina, caci maki, bahkan begitu ia benci. Akan tetapi, anak angkat yang dulu ia perlakukan dengan begitu kejamnya kini memperlakukan Arita dengan begitu baiknya. "Kamu mau ajak ibu tinggal di sini, Vin?" tanya Arita mengulangi, sebab ia ingin memastikan jika kedua gendang telinganya itu tak salah dengar. "Iya, Bu. Kevin janji akan memenuhi semua kebutuhan Ibu. Ibu nggak perlu capek-capek kerja, buka toko lagi," ucap Kevin sembari tersenyum penuh ketulusan. Arita menghela napas dalam-dalam. "Maaf, Vin. Ibu tinggal di rumah ibu sendiri. Ibu dan David akan menginap di sini sampai acara pernikahan kamu digelar. Setelah itu, ibu dan David akan kembali," ucap Arita. Sungguh, di dalam lubuk hatinya paling dalam, ia juga mau jika harus t
Mendapati panggilan yang terputus secara tiba-tiba dan suara dentuman yang terdengar memekakkan gendang telinganya itu seketika membuat rasa khawatirnya semakin membuncah. Kevin pun lantas turun dari ranjang lalu melangkah dengan cepat, menyambar jaketnya yang menggantung lalu berjalan dengan langkah panjang-panjang keluar dari rumah. Kevin langsung menyalakan mesin mobil dan memacu kendaraannya hingga akhirnya melesat membelah jalan raya. Tak sulit bagi Kevin menemui Amanda, mengingat dulu mereka pernah dekat dan beberapa kali Kevin mengantarkan Amanda pulang bekerja. Tak jarang juga menjemput atau pun mengantarkan pulang saat mereka berkencan. Sungguh, rasa khawatir yang dirasakan oleh Kevin tak lebih hanya karena rasa kemanusiaan, bukan karena rasa sayang atau pun rasa cinta. Ya, nama Amanda yang dulu sempat bertahta di hati Kevin, kini benar-benar lenyap. Tak menyisakan jejak sedikit pun.Di sepanjang perjalanan, Kevin terus berusaha menghubungi nomor ponsel Amanda, akan teta