SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 157"Hahahaha, ya kali kalau beneran juga gue amit-amit. Kue apem masih enak kok gue milih sosis benyek kayak lo.""Sialan bener lo, ngatain sosis gue benyek. Lo aja kali," sungut Adi yang membuat Erik terkekeh pelan. "Udah ah dari tadi bercanda melulu. Lo udah makan belum?""Ya belum lah si geblek. Lo gak liat dari pagi gue ngejedog di sini?""Hahaha oke-oke gue pesen makanan dulu.""Yang enak ya. Awas kalau enggak.""Oke-oke santuy. Kayak gak tau aja siapa gue, Erik si banyak duit hahaha." memutar bola mata malas tapi setelahnya dia tertawa. "Seterah lo aja deh." Ini pertemanan mereka, tidak ada sakit hati dan iri dengki. Meski Adi dan Erik adalah dua pria yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Namun, Adi tidak terlalu memperhatikan prinsip-prinsipnya, Adi tidak terlalu memikirkannya. Selama berteman dengan Erik, dia selalu baik pada pria yang mengaku masih perjaka tong-tong itu. ***"Aha! Aku terlihat sangat sempurna malam ini. Karen
Pagi ini, Kevin dan juga Arita beserta David melakukan penerbangan menuju ke pulau seberang, yaitu ke Kalimantan. Niat awal Kevin pulang sebenarnya hanyalah ingin memberikan restu. Tapi siapa sangka, respon Arita begitu hangat. Tak ada Arita yang jahat, kejam dan juga menghinanya lagi sebagai anak seorang pelakor. Mendapatkan perlakuan yang begitu baik dari sang ibu angkat, tentu hal itu bagaikan sebuah mimpi indah. Mimpi yang hanya sekedar mimpi dan Kevin yakini tak akan menjadi nyata. Kevin bahagia dengan kepulangannya kali ini, meskipun David masih juga bersikap ketus padanya. Kini, Kevin memboyong mereka semua ke kalimantan dalam waktu sementara saja.Setelah sampai di bandara, bergegas Kevin bersama keluarganya melangkah menuju ke arah taksi yang berhenti dan berjejer. Kevin menyebutkan alamat rumahnya begitu dirinya beserta keluarganya masuk ke dalam. Mobil melesat membelah jalan raya, hingga puluhan menit kemudian mobil taksi yang ditumpangi oleh Kevin berhenti tepat di d
"Maaf, Bu. Bukan bermaksud Kevin menyindir Ibu." Kevin merasa bersalah, sebab seolah-olah dia sedang berusaha mengingatkan sikap ibu angkatnya itu di masa lalu."Nggak apa-apa, Kevin, karena memang kenyataannya Ibu jahat denganmu. Ibu bukanlah ibu angkat yang baik buat kamu ...." Suara Arita terdengar bergetar."Maaf, Bu. Maaf ...."Setelah beberapa saat, Arita dan Kevin keluar dan melangkah mendekat ke arah rumah.Pertemuan malam ini terasa begitu hangat. Keluarga Sintya menyambut kehadiran Arita dengan begitu baik, hingga membuat Arita tak merasa canggung di tengah-tengah mereka.Dari hasil pertemuan, sudah disepakati jika acara pertunangan akan diadakan satu minggu lagi dan berada di halaman rumah Sintia. "Besok kita berangkat ke acara pertunangan Pak Kevin bareng-bareng, ya."Amanda yang saat itu melintas di belakang beberapa perempuan yang sedang membicarakan perihal pertunangan atasannya itu pun langsung berhenti melangkah."Ok, nanti aku ke rumah kamu, ya. Naik mobilku sekali
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 160Hm ... kalau memang yang saya katakan tadi benar, bisakah kita bekerja sama untuk mendapatkan apa yang kita inginkan?" David terdiam seketika berusaha mencerna apa yang Amanda katakan dan tawarkan padanya. "Apa kamu bilang? Kamu mencintai Kevin? Maksudnya kamu pacarnya Kevin?" tanya David yang tidak percaya dengan apa yang Amanda katakan. "Yah bisa dibilang seperti itu, awalnya aku dan Kevin sepasang kekasih dan dia sempat mengatakan ingin melamarku. Yah, meskipun sebenarnya aku belum menjawab pertanyaannya waktu itu. Tapi bukan berarti aku tidak ingin menerima lamarannya hanya saja meminta waktu sedikit lebih lama untuk menjawabnya. Eh pas aku mau jawab malah ternyata aku udah keduluan sama perempuan sundal itu," ucap Amanda yang membuat David mengangguk-anggukkan kepalanya. Apakah Amanda benar? Tentu saja dia berdusta. Yah, berdusta atas apa yang tidak pernah dilakukan Kevin terhadapnya. Jangankan menjadi sepasang kekasih dan melamar Amanda,
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 161Setelah melakukan negosiasi kini Erik berpamitan mengundurkan dirinya. Erik tersenyum senang karena kini di otaknya sudah berkelebatan rencana-rencana liciknya untuk Nora. ***TokTokTokTerdengar suara pintu diketuk membuat Nora yang sedang asyik berselancar di akun sosmednya menghentikan aktivitasnya itu dan ia bergegas menuju pintu utama dan membukanya. Matanya tampak berbinar saat melihat sosok yang ada di depannya. "Mas Erik? Kok tumben kesini enggak kasih kabar dulu?" tanya Nora sembari bergelayut manja di lengan Erik. Erik tampak tersenyum sumringah sembari tangannya membelai lembut surai panjang Nora. Erii terasa senang bukan karena dia bertemu kangen dengan Nora. Toh baru saja kemarin dia bertemu dengan wanita yang baru dikenalnya itu. Akan tetqpi, Erik lebih ke sumringah lantaran usahanya tidwk sia-sia. Bahkan, bos Brian memberikannya banyak uang untuk panjar uang membeli Nora. Yah, Erik telah menjual Nora pada Brian. Meski Erik ya
"Baju ini bagus nggak, Sayang?" tanya Nora sembari menempelkan gaun dengan lengan sebatas siku dengan panjang yang masih mampu menutupi kedua dengkulnya dengan sempurna. Erik yang saat itu sedang berbaring di ranjang menatap, mengamati, sesekali memicingkan kedua netranya sembari membayangkan gaun itu menutupi tubuh Nora. "Ada yang lain?" Erik merasa kurang cocok, sebab malam ini Erik akan membawa Nora pada Brian. Erik ingin Nora berpenampilan sesempurna mungkin. Erik merasa jika gaun yang ditunjukkan oleh Nora tadi kurang cocok. "Jelek, ya?" "Siapa bilang? Bagus kok. Aku maunya kamu berpenampilan sesempurna mungkin. Kan kita mau dinner di luar terus ketemu rekan bisnisku. Kamu nggak seneng kalau lelaki yang katanya kesayanganmu ini bikin orang lain merasa iri karena memiliki perempuan sesempurna dirimu, Sayang?"Nora merasa melambung tinggi. Entah sudah berapa puluh kali Erik selalu memujinya, akan tetapi ia sama sekali tak merasa bosan. Justru pujian yang Erik lontarkan menjadi
"Bagaimana, Bos? Cakep kan Nora? Aku yakin, Bos. Usahamu akan semakin maju kalau ada primadona secantik Nora di bisnismu itu."Brian menganggukkan kepalanya, pertanda setuju dengan apa yang dikatakan oleh Erik. "Mau harga berapa?" tanya Brian pada Erik. "Kasihlah dua ratus juta saja, Bos.""Dua ratus juta? Gila kamu? Ya kali kalau dia masih perawan, orang udah janda juga," celetuk Brian keberatan dengan harga yang dibuka oleh Erik. "Meskipun janda, tapi wajahnya dan tubuhnya sangat yahud, Bos. Cantik, kebule-bulean, seksi pula. Ditambah dia jago di atas ranjang. Percayalah, Bos, pelanggannya nanti pasti akan ketagihan dan datang lagi. Karena memang pelayanan Nora siip sekali ...." Erik mengacungkan kedua jempolnya. Brian terlihat memikirkan ucapan Erik. "Udahlah, Bos. Jangan banyak mikir. Yakin deh, Bosa nggak akan rugi kalau bayar Nora 200 juta. Nanti juga bakalan kembali berkali-kali lipat." Erik semakin antusias
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 164Sentuhan demi sentuhan diberikan oleh Erik, hingga saat Nora sedang terbuai dengan sentuhan itu, tanpa ia ketahui sosok Brian menyelinap masuk dan menggantikan posisi Erik malam ini.Nora sedikit menggeliat tatkala tangan yang kekar dan berbeda ukuran itu mulai menelusuri inci demi inci tubuhnya. Brian sangat mengagumi kehalusan dan kemulusan kulit tubuh Nora. Brian mulai menciumi dan mencumbui setiap lekuk tubuh Nora dan setiap inci kulit tubuh Nora. Sedangkan sang empunya kulit mulus itu masih terus saja memejamkan mata. Merasakan sentuhan-sentuhan yang semakin membuatnya serasa ingin terbang hingga ke langit ke-tujuh. "Ahh teruskan Sayang. Itu sangat nikmat kamu memang selalu bisa membuatku terbuai," ucap Nora begitu Brian semakin membuatnya larut dalam permainannya hingga akhirnya Nora mencapai puncak kenikmatannya. Setelah dirasa cukup Nora perlahan membuka matanya. Dan betapa terkejutnya Nora