Belum genap satu menit Tiara membela sang suami di depan Nora, ternyata kali ini Tiara disuguhkan dengan pemandangan yang berhasil membuat perutnya terasa mual. Ya, pintu yang sebelumnya hanya tertutup tanpa terkunci itu pun dibuka oleh Tiara. Hingga terpampanglah aksi sang suami yang sangat ia percaya menjamah tubuh perempuan lain. Tak bisa dipungkiri, Tiara merasa seperti tak percaya, akan tetapi, pemandangan di depan mata mampu mengikis rasa percaya yang ia berikan pada suaminya itu. Gemuruh dada Tiara saat melihat adegan demi adegan yang dilakukan oleh sang suami. Terlihat dengan jelas di kedua iris hitam itu kala wajah sang suami seperti tengah menikmati dan bergairah bersama wanita selingkuhannya. Saat suara rintihan semakin terdengar menelusup gendang telinganya, Tiara membuka lebih lebar lagi pintu tersebut, setelahnya ia pun melangkah masuk dan diikuti oleh sang bodyguard, sembari kedua telapak tangan yang bertepuk. Pintu kembali ditutup dan dikunci oleh sang bodyguard–
"Mas! Bangun, Mas!" Perempuan yang menemani Dirga itu menepuk-nepuk pelan pipi sang kekasih saat kedua kelopak mata itu terpejam. Hanya suara rintihan kesakitan lah yang keluar dari bibir yang telah dialiri oleh cairan berwarna merah. Perempuan bernama Yessi itu memindahkan kepala yang sedari tadi ada di pangkuannya, setelahnya ia pun langsung berlari ke luar ruangan untuk mencari pertolongan. Yessi kembali ke ruangan Dirga saat sudah ada security yang akan membantu Dirga untuk ke rumah sakit. Kendaraan roda empat itu melesat membelah jalan raya menuju rumah sakit terdekat, hingga sesampainya di sana, Dirga langsung disambut oleh beberapa petugas rumah sakit itu. ****Malam menyapa, sampai detik ini Dirga tak kunjung sadar juga. Hanya Yessi seorang lah yang menemani. Tiara? Jangan harap ia menjenguk atau bahkan menanyakan kabarnya, Tiara telah merasakan sakit hati yang luar biasa akibat tikaman pengkhinatan yang dilakukan oleh sang suami tercinta. Bagi Tiara, tak ada kata maaf u
Beberapa hari menginap di rumah sakit, akhirnya Dirga sudah diperbolehkan pulang. Dan benar saja, selama tiga hari menginap di rumah sakit akibat pukulan bertubi-tubi menghantam wajahnya. Untung saja tak ada tulang di wajah atau bagian tubuhnya lain yang patah. Ada rasa sesak yang dirasakan oleh Dirga selama dirawat di rumah sakit. Sang istri sama sekali tak mengunjunginya. Dia benar-benar seorang diri, pun juga dengan Yessi. Semenjak Dirga sadar, ia pergi dan tak datang kembali. Berkali-kali Dirga menelepon sang istri, tapi tak ada jawaban. Jangankan sudi mengangkat teleponnya, sekedar membalas pesannya saja enggan. Pesan yang sejak dari kemarin dikirim oleh Dirga hanya centang dua biru, yang artinya hanya dibaca saja oleh Tiara. Sungguh ... selama dirawat, perasaan Dirga benar-benar tak tenang. Rasa takut menguasai dirinya. Takut jika sang istri akan mencampakkannya. Dirga sudah membayangkan, jika hal itu benar-benar terjadi, maka ia akan kehilangan segalanya. Istri yang sempurna
"Bagaimana pun Bapak pernah menjadi majikan saya, Bapak begitu saya hormati. Maka dari itu, jangan minta saya untuk memukuli Bapak lagi," lirih Tian saat Tiara sudah masuk ke dalam rumah dan menutup pintu rapat-rapat. "Kau tahu kalau aku ini majikan kamu, lalu kenapa kau mau mengusirku?! Lepaskan!" pekik Dirga saat tubuhnya digelandang oleh Tian menuju ke pintu gerbang. "Sekali lagi saya minta maaf, sebab saya bekerja dengan Bu Tiara."Tian melepaskan cekalan kedua tangannya di pundak Dirga begitu mereka sampai di depan pintu gerbang. Berkali-kali Dirga menghembuskan napas berat, sebab ia sudah memberi penawaran pada bodyguard istrinya itu, bahkan Dirga juga sudah mengiming-imingi uang jutaan rupiah pada Tian agar ia memperbolehkan dirinya untuk masuk. Akan tetapi, Tian benar-benar tak tertarik sama sekali. Lebih parahnya lagi, Tian benar-benar merampas apapun yang Dirga bawa. Ponsel, dompet beserta kartu-kartu lainnya. Dirga berusaha mempertahankan barangnya itu, akan tetapi san
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 142"Kau pikir aku anak Smp yang bisa kau rayu dengan ucapan sampah seperti itu?! Lebih baik aku dengan lelaki buruk rupa tapi kaya, dibandingkan dengan laki-laki tampan tapi miskin seperti dirimu itu!" Nora menatap sinis seraya tersenyum mengejek ke arah Dirga. Para pemuda yang menyaksikan perdebatan kedua insan berbeda jenis itu pun saling berpandangan sebab mereka sangat penasaran atas apa yang terjadi pada keduanya. Terutama si tonggos, dia yang paling semangat lihat pertikaian antara Nora dan pria yang mengaku kekasihnya yakni, Dirga. "Ayolah Nora, bukankah kemarin kau merengek-rengek agar aku menikahimu? Lantas kenapa sekarang kau malah berubah seperti ini? Katanya kamu cinta sama aku?" hiba Dirga pada Nora. Akan tetapi, hati Nora telah mati lebih tepatnya memang sejak awal Nora tidaklah tulis mencintai Dirha. Nora mau menyerahkan tubuh dan hidupnya pada pria itu karena pada awalnya Nora mengira jika Dirga adalah pria kaya. Namun, pada faktan
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 143Nora pun pergi meninggalkan Dirga, Bemo dan juga yang lainnya yang sejak tadi asik menonton drama kumenangis versi laki-laki. Setelah perdebatan yang cukup sengit antara dirinya dengan Dirga. Nora pun merebahkan tubuhnya di atas kasur lantai yang terbilang tipis karena harganya yang murah. Nora tak mendengarkan lagi panggilan Dirga maupun Bemo yang memanggil namanya. Nora benar-benar malas melihat wajah kedua pria itu. Kini dirinya mendesah mencoba mengeluarkan sesak yang terasa menghimpit dada. "Kenapa sih sepertinya nasib baik gak pernah berada di pihakku. Kenapa susah sekali mendapatkan pria yang aku mau dan kehidupan yang aku inginkan. Apa aki salah kalau aku menginginkan kehidupan yang jauh lebih baik daripada kehidupanku yang dulu? Belum puaskah nasib mempermainkan jalan hidupku yang sudah susah sejak kecil? Selalu dipandang hina dan diremehkan hanya karena aku yatim piatu dan miskin. Hah, aku tidak boleh menyerah. Aku harus tetap mempert
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 144"Kevin, bisakah kita bicara sebentar? Aku ada perlu sama kamu.""Tentang apa?""Tentang kita ….""Maksudnya? Dalam hal apa?" tanya Kevin lahi. "Ya apa saja. Semuanya, semua yang pernah kita jalani dulu." Sebenarnya Kevin mengerti kemana arah ucapan Nora. Akan tetapi, Kevin sudah malas menanggapinya. Apa yang ia harapkan pada Nora? Sama sekali tidak ada. Sementara itu Arita yang melihat gelagat tak baik dari Norw hanya mencebik. Sebenarnya dia sudah sangat malas melihat wajah Nora. Akan tetapi, ia tidak bisa ikut campur dalam urusan pribadi Kevin. Arita pun sejatinya sangat tahu apa yang Nora inginkan. Terlebih lagi saat ini penampilan Kevin sangat jauh berbeda dengan yang dulu. Kevin sekarang lebih terlihat tampan dan mapan tentunya. "Maaf Noea sepertinya kalau kamu mau bicara silahkan saja bicarakan sekarang karena aku sedang makan bersama Ibuku apa kamu tidwk melihat?" jawab Kevin sedikit sinis pada Nora. Sungguh ia muak dengan perempuan itu.
Pertengkaran itu menyita perhatian siapapun yang ada di sana. Sebagian ada yang melihat, dan sebagian lagi ada yang mengabadikan momen kegaduhan itu. Nora menghela napas dalam-dalam, menetralkan kondisi batinnya saat ini. Nora bertekad, tak akan kehilangan tambang emas untuk ke sekian kali. Kali ini Nora harus berhasil mendapatkan Kevin kembali. Begitulah tekad pada diri Nora."K-Kevin, kenapa kamu jadi seperti ini? Apa yang dikatakan oleh ibu angkatmu yang kejam, padamu? Apa wanita tua itu mengatakan yang tidak tidak tentangku? Kevin ... jangan percaya semua apa yang dikatakannya? Bukankah kamu tau sendiri, betapa kejamnya mereka? Bukankah kamu tau sendiri kalau selama ini mereka selalu menghinamu?" lirih Nora. Sesaat Kevin membiarkan Nora untuk mengucapkan kalimat-kalimat sampah yang ada di benaknya itu. "Vin, Percayalah padaku, mereka hanya bersandiwara. Mereka sedang hidup susah, makanya sedang berpura-pura baik dan bersikap seolah-olah menerima kamu. Vin, potong lidahku kalau