“Bapak!! Udah dong, ngobrolnya. Sekarang saatnya minum obat, ya!” seru istri Pak Jamal.
Danu hanya tersenyum saat wanita paruh baya itu tiba-tiba memotong pembicaraan mereka. Danu tidak bisa memaksa, setidaknya dia mempunyai sedikit titik terang latar belakang perjodohannya dengan Arum.
Danu berpamitan kemudian sudah melajukan mobilnya menuju kantor. Ia sudah terlalu lama menghabiskan waktu di sini. Selang beberapa saat, Budi menyambut kehadiran Danu di kantor.
“Ada apa, Bud? Bukannya kau bilang meeting pagi ini kamu yang handle?”
Budi tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Iya, Tuan. Meetingnya sudah selesai. Saya menyambut Anda karena kehadiran Anda ditunggu Tuan Arya.”
“Tuan Arya? Beliau ke sini?”
“Iya, barusan datang. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan.”
Danu mengangguk, mempercepat langkahnya. Tak lama dia sudah berada di ruangannya. Ada Tuan Arya yang sedan
“Tuan Hans?? Tapi, saya tidak punya janji dengan Anda hari ini,” sahut Arum.Dia sangat terkejut begitu melihat pria muda nan tampan yang ditemuinya semalam sudah berada di ruangannya.“Tepat sekali. Kita memang tidak punya janji, tapi saya punya kerja sama yang ingin saya tawarkan dengan Anda.”Arum tersenyum, menyilakan Hans untuk duduk. Lisa sudah menyingkir hendak mengambilkan minuman.“Bukannya kita sudah melakukannya. Proyek Anda semalam yang dibahas bareng dengan rekan lain.”Hans tersenyum, menautkan kedua tangannya sambil menatap Arum dengan tajam. Kali ini Arum masih duduk di kursi kerjanya, sementara Hans duduk di sofa tamu dalam ruangan Arum. Arum sengaja menjaga jarak. Dia tidak mau kejadian semalam terjadi lagi pagi ini.“Benar sekali. Itu memang kerja sama bareng yang akan kita kerjakan bersama. Namun, saya ingin mengajak Anda kerja sama secara personal, Nona.”Arum terdia
“Apa yang Anda lakukan?” seru seseorang.Hans menoleh, melihat ke arah suara. Matanya terbelalak saat melihat ada pria paruh baya tiba-tiba berjalan masuk ke dalam restoran keluarganya.“Tu—tuan Arya. Kenapa Anda datang ke sini?” Hans bertanya dengan alis mengernyit. Sesekali matanya melirik ke arah Arum yang masih memejamkan mata di atas meja.“Tidak perlu saya katakan alasan kedatangan saya. Namun, yang pasti ayah Anda akan marah jika melihat hal ini.”Tuan Arya mengatakannya dengan sinis dan tatapan mata yang tajam. Hans terdiam, ia memang yang paling membangkang di dalam keluarga. Ayahnya sering menghadapi kesulitan gara-gara ulah Hans. Sudah berulang kali, ayahnya mengeluarkan banyak uang hanya untuk menutup mulut wanita-wanita korban kelakuan Hans.Namun, sepertinya Tuan Arya tidak akan membiarkan Hans melakukannya kepada Arum.“Apa Anda tahu, dia seorang wanita bersuami. Saya yakin, Anda
“Apa itu benar, Tuan?” tanya Lisa.Kini suaranya terdengar bergetar dan dia sangat ketakutan. Danu menghela napas panjang tanpa mau mengalihkan tatapannya dari Lisa. Dia memang baru saja bertemu dengan Novia usai keluar dari kantor tadi. Tepat seperti katanya, Novia tidak membahas tentang undangan makan siang Hans.“Lalu … kalau begitu ---”“Di mana pertemuan mereka?” Danu sudah memotong kalimat Lisa begitu saja.Lisa mengeluarkan ponselnya dengan gemetar kemudian mengirimkan alamat yang dikirim Hans padanya tadi.“I—itu, Tuan. Mereka makan siang di sana.”Tanpa berkata apa-apa, Danu langsung membalikkan badan dan berlalu pergi begitu saja. Lisa terdiam. Ia tampak serba salah, kemudian mulai melakukan panggilan ke Arum. Namun, sayangnya ponsel Arum sedang tidak aktif.“Ya Tuhan … ada apa lagi ini? Semoga saja Anda baik-baik saja, Nona.”“Ayo,
“Iya, saya yang membawa Anda ke sini,” ujar Tuan Arya.Arum terdiam. Mata pekatnya membola menatap tanpa kedip ke arah Tuan Arya. Ia sedikit bingung. Seingat Arum, ia sedang bersama Hans di sebuah resto lalu usai minum jus jeruk ia merasa ngantuk kemudian tahu-tahu sudah terbangun di kamar tadi.Tuan Arya tersenyum sambil berjalan mendekat.“Anda jangan salah sangka kepada saya, Nona. Kebetulan tadi saya datang ke resto kastil itu. Saya melihat Anda terlelap di atas meja. Itu hal yang sangat aneh menurut saya.”Arum membisu dan menggelengkan kepala, kemudian menarik napas panjang.“Terima kasih, Tuan. Anda telah menolong saya. Saya yakin ada sesuatu yang ditambahkan di dalam jus jeruk tadi. Saya langsung mengantuk usai meminumnya.”Tuan Arya hanya menganggukkan kepala. Sepertinya dugaannya tepat. Dia sudah sering mendengar ulah bejad Hans saat menjebak wanita yang ia inginkan dan ternyata dia lakukan juga
“Maksud Anda?” tanya Arum.Tuan Arya tersenyum dan menggelengkan kepala. Ia menyeka air mata dengan punggung tangannya.“Interaksi kalian tadi mengingatkan saya sewaktu dengan istri saya. Kami sering berdebat soal sepele. Dia terlalu mandiri sementara saya selalu khawatir dan posesif padanya. Dia selalu protes jika saya terlalu mengekangnya. Padahal, itu semua saya lakukan sebagai bentuk cinta saya padanya. Sama seperti yang dilakukan Tuan Danu pada Anda tadi.”Arum terdiam, melirik ke arah Danu. Tidak disangka Danu juga sedang melihat ke arahnya. Pria tampan bermata elang itu tersenyum kemudian tangannya menyentuh tangan Arum dan menggenggamnya erat.“Tuh, dengar kata Tuan Arya. Jangan marah, jika aku terlalu mengekangmu. Jangan kesal juga jika aku terlalu posesif. Pria akan bersikap seperti itu jika sangat mencintai wanitanya.”Tuan Arya langsung tersenyum mendengar ucapan Danu. Sementara Arum hanya terdiam den
“Selamat ulang tahun, Sayang,” desis Danu.Arum terkejut saat ia membuka mata sabtu pagi ini, Danu langsung berkata seperti itu sambil membawa sebuah kue dengan lilin kecil menyala di atasnya. Arum tersenyum, mengucek matanya sambil mengubah posisi tubuhnya. Ia sudah duduk sambil bersandar di kepala ranjang dengan Danu duduk di tepi kasur.“Tiup lilinnya, dong! Jangan lupa make a wish,” imbuh Danu.Arum mengangguk, kemudian sudah memejamkan mata dan meniup lilin di atas kue ulang tahun itu. Danu tersenyum dan langsung mendaratkan sebuah kecupan di kening serta bibir Arum.“Makasih, Mas,” ucap Arum setelahnya.Danu mengangguk sambil bersiap memotong kue ulang tahun, tapi Arum melarangnya. Ia sudah meminta Danu meletakkan kue ulang tahun itu di atas nakas dan menarik suaminya naik ke kasur.Danu mengulum senyum sambil melirik Arum. “Kamu ingin langsung membuka hadiahnya pagi ini?”Arum ter
“Apa maksud Anda, Dok?” sergah Danu.Dokter Sandy tersenyum menyeringai, tapi tidak sepatah pun terucap dari mulutnya. Untuk beberapa saat mereka terdiam satu sama lain. Hingga tiba-tiba Arum menoleh dan memanggil Danu.“Mas!!”Danu melihat ke arah Arum, tersenyum lalu mengangguk. Tanpa berpamitan, ia langsung ngeloyor pergi meninggalkan Dokter Sandy. Dokter Sandy masih bergeming di tempatnya memperhatikan pasutri yang semakin menjauh darinya.Berulang jakun Dokter Sandy bergerak menelan saliva sambil sesekali menggelengkan kepala.“Sepertinya tepat dugaanku, kalau Arum belum tahu siapa suaminya. Apa jadinya jika Arum tahu tentang pembunuh Anjani?” gumam Dokter Sandy.Sementara itu Danu dan Arum sudah berjalan beriringan menuju makam Anjani. Arum menghentikan langkahnya di depan sebuah gundukan tanah dengan rumput yang tertata rapi. Di atasnya tampak ada taburan bunga yang masih baru dan seikat bunga krisa
“APA???!! Nadia bunuh diri?” seru Dokter Sandy.Ia benar-benar terkejut mendengar kabar siang ini. Padahal sebelumnya Nadia sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Bahkan Dokter Sandy hendak memberi surat rekomendasi untuk Nadia agar keluar dari sana.“Iya, benar, Dok. Beruntung ada salah satu perawat yang mengetahui sehingga Nona Nadia bisa diselamatkan.”Dokter Sandy langsung menghela napas lega usai mendengar kelanjutan pembicaraan sang Suster.“Lalu bagaimana keadaannya? Dia sudah lebih baik?”Terdengar kekhawatiran di nada suara Dokter Sandy. Bagaimanapun Nadia adalah pasiennya dan dia bertanggung jawab padanya.“Nona Nadia masih kritis, Dok. Belum sadar sampai sekarang, itu sebabnya saya menelepon Dokter.”Dokter Sandy menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala.“Ya sudah. Saya ke sana sekarang.”Dokter Sandy mengakhiri panggilannya. Ia langsung