“Jadi benar itu fotomu dan Arum kan, Mas?” tanya Nadia.
Wanita cantik itu sangat marah. Wajahnya merah padam dengan mata menyalang dan bibir yang bergetar menahan emosi. Danu masih terdiam, menatap tabloid di tangannya kemudian menyerahkannya ke Budi.
Budi hanya diam dengan mimik kebingungan menerima tabloid gosip itu. Budi membaca sekilas judul di bagian sampul depan. Mesra, Danu Nagendra menikmati makan malam bersama pacar barunya. Kira-kira seperti itu judul yang tercetak di bagian atas foto Danu.
Budi menghela napas panjang sambil melirik Danu dan Nadia. Lagi-lagi dia berada di waktu dan tempat yang salah.
“Mas, kamu gak mau jawab? Kamu gak mau memberi penjelasan?” Nadia kembali bersuara.
Danu terlihat tenang. Ia malah menyalakan laptop bersiap mengerjakan tugasnya. Perlahan Danu melihat ke arah Nadia dan menatapnya dengan sendu.
“Memberi penjelasan apa maksudmu? Bukannya tabloid itu sudah menjelaskan semuan
“Ada apa, Sayang?” sapa Danu.Danu mengulum senyum begitu tahu ada nama Arum tertera di layar ponselnya. Tebakannya tepat jika mantan istrinya akan menghubungi usai melihat foto mereka berdua yang beredar di tabloid gosip.“Sayang? Siapa yang kamu panggil Sayang?” tanya Arum dengan ketus di seberang sana.Danu mengulum senyum sambil membayangkan wajah Arum yang sedang menahan amarah.“Tentu kamu, dong. Aku kan lagi ngomong ama kamu.”Arum berdecak sambil bergidik geli saat mendengar jawaban Danu. Namun, jauh di lubuk hatinya, ada banyak bunga yang sedang bermekaran indah di sana.“Jangan ngaco!!! Aku bukan kesayanganmu. Tuh, Nadia aja yang dipanggil Sayang.”Danu langsung manyun mendengar jawaban Arum. Selalu Nadia yang disangkut pautkan Arum jika Danu bersikap sedikit manis padanya.“Kamu mau apa?” Danu mengalihkan topik pembicaraan. Terdengar helaan napas panjang di
“Jangan bilang kalau ini bagian dari rencanamu untuk rujuk?” seru Arum.Danu menghentikan makannya, meletakkan pisau dan garpunya kemudian melihat wanita cantik di depannya.“Jadi kamu berpikir ke arah sana sekarang?”Arum berdecak sambil meremas ujung blazernya. “Mas, jangan berbelit-belit. Aku tahu kamu dalang di balik semuanya, kan?”Danu berdecak, menggelengkan kepala dengan mata yang terus fokus ke Arum.“Arum … aku tahu aku salah. Aku sudah mengabaikanmu lima tahun lalu. Aku sudah tidak menjalankan peranku sebagai suami dengan baik. Itu juga yang membuatmu berpikir kalau aku tengah menjebakmu untuk rujuk denganku.”Arum tidak menjawab, mata pekatnya kini membalas tatapan tajam Danu. Sesekali rambut Arum berterbangan tertiup angin malam menambah kesan sensual di wajahnya. Lagi-lagi Danu terpesona dengan visual istrinya kali ini.“Segitu jahatnya aku di matamu hingga kam
“Anda mengenalnya?” sahut Danu.Belum sempat Pak Sudibyo melanjutkan kalimatnya, Danu lebih dulu bersuara. Pak Sudibyo tersenyum sambil menonyor bahu Danu.“Anda sedang bercanda atau bagaimana, Tuan Danu. Bukankah dia yang ada di tabloid gosip pagi ini, berpose dengan Anda. Jadi benar Anda punya hubungan spesial dengannya?"Arum terkejut, melirik ke arah Danu. Danu melihat tatapan Arum dan mengulum senyum. Sepertinya berita gosip itu sudah menyebar dengan cepat.“Eng … iya, Anda benar, Pak.” Danu menjawab gugup sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.“Ternyata selera Anda bagus juga, Tuan.” Pak Sudibyo menambahkan kalimatnya bahkan kini mencondongkan tubuh ke arah Danu kemudian membisikkan sesuatu di telinga Danu. Danu sontak tertawa sambil menganggukkan kepala usai mendengarnya.Arum yang melihatnya tampak kesal dan spontan menarik tangan Danu dengan keras. Danu melihat reaksi Arum.
“Kamu membohongiku, Mas? Kamu bilang bertemu klien, tapi ternyata bertemu Arum,” ujar Nadia.Wanita cantik itu menatap Danu dengan terluka. Matanya berair, bibir merahnya bergetar dan wajahnya terlihat muram. Danu menghela napas panjang sambil memperhatikan mimik Nadia.“Apa aku harus memberitahu padamu dengan detil siapa yang harus aku temui setiap hari, Nadia?”“IYA!!!” Sontak Nadia berseru dengan keras sambil menganggukkan kepala.Danu berdecak sambil menggelengkan kepala. Sebuah senyuman tersungging dengan aneh di raut tampannya dan itu membuat Nadia makin marah.“Ada apa denganmu, Mas? Kenapa kamu berubah? Kamu beneran hendak balikan ama mantanmu itu, kan? Lalu semua alasanmu ini hanya karangan saja?”Danu tidak menjawab, malah melengos dan siap beranjak pergi. Melihat Danu yang menghindar, Nadia langsung berjalan menghampiri dan menarik lengannya.“DANU NAGENDRA!!! JAWAB PERT
“Apa Tuan Danu teman Nona?” lanjut Lisa.Arum hanya diam sambil melirik Lisa dengan sudut matanya. Lagi-lagi Arum ragu untuk menjawab, tapi ini sudah kepalang tanggung. Lisa sudah tahu siapa nama aslinya. Sudah saatnya juga Lisa tahu ada hubungan apa dia dengan Danu.Arum terdiam sesaat, menundukkan kepala sambil menyugar rambut hitamnya. Lisa hanya diam mengamati menunggu dengan setia. Helaan napas keluar dengan panjang dari bibir Arum, kemudian Arum menoleh ke arah Lisa.“Dia … maksudku Mas Danu itu mantan suamiku.”Seketika mata Lisa terbelalak kaget mendengar penuturan Arum. Untuk beberapa saat Lisa terdiam, hanya mulutnya yang terbuka dan tertutup berulang seakan bingung harus berkomentar apa. Arum mengulum senyum melihat reaksinya.“Sudah kuduga kamu pasti akan terkejut seperti ini, tapi itu kenyataannya. Aku dan Mas Danu pernah menikah lima tahun yang lalu. Kemudian karena ketidakcocokan kami berpisah. Ak
“APA!!!??” sentak Arum.Wanita cantik itu hanya diam menatap Danu yang sudah berhasil memeluknya. Untuk beberapa saat mereka terdiam saling pandang dengan posisi yang sangat dekat. Bahkan Arum bisa dengan mudah menghirup aroma maskulin parfum Danu seraya mendengar detak jantungnya yang lebih cepat dari biasanya.Danu tersenyum. Mata elangnya menatap sendu ke wanita cantik di depannya ini. Perlahan tangannya turun merengkuh pinggul Arum seraya merapatkan pelukannya. Ini adalah hal yang tidak pernah dia lakukan saat menikah dengan Arum lima tahun yang lalu. Tanpa disadari ada banyak rasa yang sedang bersemayam di hatinya membuat jantung Danu berdebar tak karuan.“Lepasin, Mas!!” Arum meronta dan mendorong tubuh Danu agar melepaskannya.Ini adalah situasi yang ia inginkan saat menikah dulu, bukan sekarang. Danu menurut, melonggarkan tangannya dan membuat Arum bergerak bebas. Tanpa berkata apa pun, Arum langsung berlalu mendahului Danu
“Aku rasa itu bukan urusanmu,” cetus Arum.Danu langsung tercengang mendapat jawaban dari Arum. Wajahnya yang sudah sedari tadi menahan amarah semakin terlihat kesal. Danu berjalan mendekat ke arah Arum. Arum sudah bersiap dengan apa pun yang dilakukan Danu.Namun, tiba-tiba Danu tersenyum lembut, tangannya terulur langsung menyentuh perut Arum. Arum sontak terkejut dan menatap Danu dengan bingung.“Aku hanya mengkhawatirkan keadaannya. Bagaimanapun sudah ada bagian diriku yang bersemayam di sana.”Arum melotot dan buru-buru menepis tangan Danu sambil berangsur mundur teratur.“Kamu jangan aneh-aneh, Mas. Nanti kalau terdengar karyawan yang lain, mereka pasti berpikir yang tidak-tidak.”Danu mengulum senyum melipat tangan di depan dada sambil melihat Arum dengan tatapan nakalnya. Arum hanya diam memperhatikan. Dulu, saat menikah lima tahun yang lalu, Arum tidak pernah melihat tatapan seperti ini dari Danu.
“Eng … enggak. Dia gak memanggilku Anjani. Kamu pasti salah dengar,” ujar Arum.Danu terdiam sambil menatap penuh selidik ke arah Arum. Arum membisu, entah mengapa jantungnya tiba-tiba berdebar tak menentu dan tanpa diminta ia kesulitan untuk mengolah udara. Sementara Lisa sudah berdiri di depannya dan terkejut saat melihat Arum bersama Danu di sana.Arum mengerjapkan mata seakan memberi isyarat ke Lisa. Lisa tampak serba salah dan menjawab dengan isyarat yang sama juga.“Akh … maaf, ternyata Arum. Aku pikir yang datang tadi Nona Anjani.” Lisa buru-buru meralat panggilannya tadi.Arum hanya tersenyum meringis sambil menganggukkan kepala. Tatapan Danu kini beralih ke Lisa dan Lisa langsung tersenyum.“Selamat sore, Tuan.”“Sore. Jadi syuting program pencarian bakat itu hari ini?” Danu sudah mengalihkan topik pembicaraan.“Iya, betul sekali. Kali ini Nona Anjani sangat