Fakih melihat jam di tangan kanannya. "Pengurus pusat masih ada di aula pusat atau sudah di ruang pengurus?" tanya Fakih mengubah topik pembicaraannya.Anggi yang masih mencoba berpikir keras sedikit kesal dengan Fakih yang malah mengubah topiknya. "Saya gak tau, ini saya juga mencari pengurus pusat," kata Anggi cemberut. Fakih tersenyum samar melihat tingkah laku Anggi. Lalu segera masuk ke dalam. Diikuti Anggi yang masih sebal dengan Fakih yang malah tak menggubris jawabannya.'nyebelin Ustadz Fakih, padahal kan udah mau jawab. Malah cari topik yang lain.' gumam Anggi dalam hati. Sesampainya di dalam mereka mengurus urusan masing-masing. Setelah selesai Anggi keluar dulu berniat ingin cepat-cepat menghindari Fakih. Namun masih sampai di di depan pintu uatama. Fakih memanggil Anggi kembali."Anggi, berkas kamu ada yang ketinggalan," panggil Fakih. Anggipun lalu membalikkan badan lagi sebab masih kesal."Udah, lanjut nanti sore mengenai pembahasan itu. Di kedai kopi, jam empat. Jangan
Fakih sudah datang terlebih dahulu sebelum pukul empat. Dia sengaja datang lebih awal dari Anggi. Sementara Anggi masih berada di jalan. Dengan keadaan jalan yang cukup ramai, masih sangat macet karena ini jam pulang kerja.Sementara faqih sudah menyiapkan tempat duduk khusus untuk dirinya dan juga anggi. Faqih juga sudah memesan minuman kopi kesukaan anggi yang di mana minumannya juga sama dengan kesukaan dirinya. Faqih menunggu anggi dengan duduk bersantai di ruang pojok kedai kopi di mana ini sudah tiga kali pertemuan mereka dan saat ini pertemuan yang direncanakan.Anggi datang dengan pakaian yang begitu sopan dan tidak seperti biasanya kali ini dirinya terlihat cukup pendiam dan sedikit berbicara. “Maaf ustad Faqih, sudah lama yah menunggu, maaf barusan di jalan macet banget jadi waktunya keteteran,” ungkap Anggi namun Fakih hanya menampilkan senyuman khasnya.“Tidak apa-apa, saya paham kok, ya sudah kamu duduk saja. Ini sudah saya pesankan minuman kesukaan kamu,” ungkap Fakih me
Dengan malu-malu Anggi langsung memasuki mobilnya, dia meninggalkan Fakih yang berada di luar. Namun Fakih tak tinggal diam, dia juga ikut masuk ke dalam mobil Anggi.“Kesepakatannya kemarin, kamu kalau serius berubah, saya akan menseriusi kamu, sanggup?” sindir Fakih menagan lengan Anggi yang mau menghidupkan monilnya.Anggi tak jadi melajukan mobilnya gara-gara ucapan Fakih. “Kan udah dijawab, barusan, Ustadz Fakih,” kata Anggi dengan wajah cemberut. Masih terlihat jelas wajah Anggi yang memerah sebab menahan malu. Anggi salting brutal gara-gara sikap Fakih itu.“Ouhh, okelah, awas aja masih macem-macem, tak nikahin langsung nanti!” ancam Fakih lalu mencolek dagu Anggi pelan hingga wajah Anggi menghadap tepat ke Fakih. Namun Fakih malah menoleh ke tempat lain. “Ya sudah sana pulang, hati-hati,” peringat Fakih lalu langsung turun dari mobil Anggi. Anggi pun geregetan dengan sikap Fakih yang terkadang aneh. Sering berubah-ubah. Sebelum melajukan mobilnya, Anggi masih memperbaiki deg
Akhirnya setelah mengirim email kembali kalau email kontrak kerjanya terhapus. Dan sekarang dikirim lagi oleh pihak penerbit. Beruntungnya Balqis ditangani oleh admin yang baik hati dan tidak sombong. Kalau tidak, pasti Balqis sudah terkena semprot oleh adminnya.“Alhamdulillah, akhirnya sudah selesai juga,” ucao Balqis menutup laptonya. Langsung berselonjoran sambil mengelus pelan perutnya yang semakin membesar.Lalu tiba-tiba Ashraf masuk ke kamar sambil mengucap salam. Balqis pun berdiri dan mencium tangan suaminya, tak lupa Ashraf juga mendaratkan bibirnya ke dahi Balqis.“Sudah pulang, Mas,” ucap Balqis menerima tas kerja milik suaminya itu.“Iya, Alhamdulillah sudah selesai hari ini. Kamu gimana, lancar?” tanya Ashraf penasaran dengan sang istri yang senyum-senyum sendiri pada saat dirinya masuk ke kamarnya tadi.“Alhamdulillah, Mas, lancar. Karya aku keterima,” ujar Balqis begitu senang laku memeluk suaminya dengan erat.Ashraf membalas pelukan Balqis sesama eratnya. “Pantes, t
Semua mata mengarah ke Ayra yang sedang protes kepada Ridho. Dan juga kepada satu pengurus santri putri yang dengan beraninya berbicara seperti itu. Bukan Anggi, tapi satu pengurus yang dikenal dengan kejulidannya.“Kamu siapa? Gak pantas berbicara seperti itu di depan saya. Kamu lupa, saya ini siapa?” geram Ayra mendekati pengurus itu dengan tatapan menantang.“Cih, anak angkat aja sok belagu. Maaf, saya rasa sebutan Ning gak cocok sama sekali buat kamu. Ini malah buat malu, ngejar suami orang, nggak banget jadi panutan,” debat pengurus putri yang bernama Siska itu.“Dasar, baru jadi pengurus aja sudah sok kamu ya. Saya keluarin kamu dari Al Fatah, tau rasa kamu!” ancam Ayra mendekati pengurus itu dan hendak menjambaknya.Namun Gus Rohman segera beranjak dari tempat duduknya di depan. “Ayra, jaga sikap kamu. Kalau gak bisa buat rapat kondusif. Setidaknya jangan buat ulah, ini rapat resmi!” cecar gus Rohman memarahi Ayra. Namun Ayra tetap pada pendiriannya.“Ngga kak, dia dulu yang mu
Ashraf juga sama terkejutnya. Saat melihat Fakih bersama seseorang yang pernahembuat istrinya trauma dan merasa kesakitan dan kesedihan yang luar biasa. Meskipun Balqis sudah mengaku sembuh. Namun Ashraf dapat melihat dan juga sering menyaksikan Balqis yang tiba-tiba menangis saat malam hari. Hal itu akan selalu Ashraf ingat.“Kami lagi mau makan bakso juga, boleh gabung gak?” tanya Anggi dengan tersenyum. Sementara Fakih juga sama dinginnya dengan Ashraf. Ashraf menatap Fakih dengan penuh tanda tanya. Tatapannya sangat dingin dan tajam melebihi tatapan dari Fakih.“Nggak, cari meja lain aja!” tolak Ashraf tanpa melihat Anggi. Sebenci itu Ashraf pada Anggi. Balqis merasa tak enak dengan Anggi karena langsung sedih. Balqis juga sangat rindu dengan sahabatnya itu. Tapi Balqis kadang bingung karena dirinya juga ternyata belum sembuh selama ini. Kejadian itu masih menyisakan ketakutan yang luar biasa pada dirinya.“Ini kan punya si bapak penjual bakso, jadi ya terserah kami kan mau duduk
Hari ini adalah penerapan dari rapat pertama dan rapat kedua. Dimana para peserta yang bersedia untuk mewakili pesantren harus dilakukan kompetisi kembali. Dimana nantinya yang benar-benar nilainya tinggi dan dirasa pantas sesuai bidang lomba yang diambil, untuk menjadi perwakilan dari pesantren Al-fatah. Sebab ini lomba keagamaan yang sudah bertaraf internasional. Diikuti oleh seluruh pesantren yang ada di provinsi Jakarta.Beberapa peserta yang sudah mendaftar diri mengikuti arahan dari para pengurus dan para Uatqdz Ustadzah sebelum mengikuti penyaringan dengan nilai tertinggi.Gibran memasuki aula pusat bersama para santri yang lain. Dengan penuh semangat Gibran mengambil tempat duduk paling depan. Dimana disamping peserta santri juga sudah ada santriwati yang juga ikut hadir. Karena ini kan lombanya untuk santri dan santriwati sekaligus. Sesuai dengan cabang olba yang telah dipilih.Tanpa sengaja Gibran melihat Nayla yang berada di kursi urutan ke tiga. Keduanya slaing beradu pand
Namun perlu diingat bahwa Fakih merupakan orang yang cepat berubah. Sikap bingungnya dia ubah menjadi senyuman yang berbinar. Fakih mencoba mencairkan suasana kembali.“Penjahat kelas kakap wanita, bagus kan?” ujar Fakih sambil mengangkat sebelah alisnya.Anggi tertawa mendengar lelucon Fakih. “Ha ha ha ha, apa sih Mas Fakih ini, bisa-bisanya jadi penjahat kelas kakap wanita. Gak boleh lah,” ancam Anggi lalu mengambil satu sendok puding yang sedang dia santapnya dan menelannya secara kasar.Fakih pun ikut tertawa dengan tingkah Anggi yang seakan mengancamnya. “Wuuih, ngeri-ngeri. Cemburu ya?” sindir Fakih.Anggi yang wajahnya sudah memerah. Sempat menggeleng namun detik berikutnya kembali menutup seluruh wajahnya dengan kedua telapak tangannya.“Apa sih, Mas. Udah yuk, aku masih ada tugas, kamu juga kan?” ucap Anggi mengalihkan topik.Fakih mengecek jam tangannya. “Iya, ayo udah sore banget ini, tuhas masih bejibun,” kata Fakih menyetujui ucapan Anggi.Lalu mereka pun segera berlalu d