Ashraf menutup penuh wajahnya dengan kesepuluh jarinya. Gibran dan Fakih sudah tertawa terbahak-bahak. Bahkan Fakih yang sampai guling-guling saking ngakaknya dengan penampilan Ashraf."Jangan ketawa, Mas Ashraf lagi ngabulin ngidamnya Balqis," ungkap Balqis menutup mulutnya. Menyuruh orang lain agar tak tertawa tapi dirinya sendiri tertawa kecil."Ouh, Ashraf lagi cosplay penyanyi rocker genre dangdut ya," ucap Fakih dengan sengaja menekan kata Rocker dan dangdut."Ya sudah teruskan aja, lucu kok," ucap Umi Risma tersenyum samar melihat sang anak sulung yang dingin menjadi hello Kitty saat bersama istrinya."Apa sih," sahut Ashraf duduk di salah satu kursi dengan wajah merah menahan malu.Abi Lukman yang menyadari sang anaknya sangat malu. Abi Lukman hanya diam saja meskipun di dalam hatinya ingin tertawa melihat sang anak yang sangat berbeda sekali."Gak papa Bro, sekali-kali bahagiain istri. Pahala Lo," ucap Fakih menepuk pelan bahu Ashraf dan ikut duduk di sebelah Ashraf."Ini nih
Ashraf keluar kamarnya dengan membawa bantal dan selimut. Hari sudah cukup malam, sementara Abi Lukman dan Umi Risma sudah terlelap dalam tidurnya. Akhirnya Ashraf memilih untuk tidur di ruang tamu. Sebenarnya Ashraf ingin tidur di ruang tengah saja, di depan tv. Namun Ashraf takut nanti orang tuanya berpikir macem-macem ke Balqis. Ya meskipun hal itu nanti malah Ashraf yang akan ditertawakan sekeluarga.Balqis yang sudah mencoba memejamkan mata namun tak bisa. Dia marah dengan sikap Ashraf tadi tapi dia juga tidak tega jika harus menghukum Ashraf untuk tidak tidur di kamarnya. Balqis mencoba bangkit dan duduk di meja belajar. Sepertinya dia harus menulis dulu untuk malam ini agar pikirannya terkuras dan dengan mudahnya nanti dia aka tertidur dengan sendirinya.Balqis mencoba menggerakkan penanya di atas kertas putih. Kata demi kata Balqis tulis dengan hati. Kalimat demi kalimat Balqis rangkai agar menjadi paragraf yang indah. Balqis mencurahkan isi hatinya dan juga tentang suaminya.
"Kalau ada tamu itu diajak ke dalam dulu biasanya. Masa langsung di introgasi di luar rumah," sindir Ridho mengembangkan senyum ke Balqis.Ashraf terdiam dengan muka tajam. Tatapannya begitu menusuk dan nyalang. Ashraf mengepalkan tangannya, sementara Balqis takut melihat reaksi suaminya itu. Ridho hanya tersenyum tanpa rasa takut dengan tatapan Ashraf."Masuk," tukas Ashraf akhirnya. Lalu menggandeng Balqis dan membuka pintu lebar. Balqis menganga karena sikap Ashraf sangat diluar nalar. Membiarkan Ridho memasuki rumahnya dengan bebas. Ridho pun mengikuti langkah suami istri itu."Rumahnya cukup besar ya. Balqis, kamu bahagia gak tinggal disini?" tanya Ridho melihat sekitar tata letak ruang tamu di rumah Ashraf."Maksud kamu apa Ridho?" tanya Balqis bingung. Sebab pertanyaan Ridho yang agak aneh menurut Balqis."Iya aku tanya, kamu bahagia gak tinggal disini bersama Ustadz Ashraf yang dingin dan cuek ini," gumam Ridho menatap Ashraf dan tersenyum ke arah Balqis."Ya bahagialah, kamu
"Ayra," sapa Ashraf saat di toko bunga. Selesai dari pulang mengajar Ashraf sengaja mampir di toko bunga untuk membelikan Balqis. Karena selama menjadi seorang suami Ashraf belum pernah menghadiahkan Balqis apapun."Apa?" tanya Ayra mendongak. Dia sedang sibuk memilih bunga yang terpajang di dalam toko itu."Kamu kan yang ngirim bunga tadi ke saya. Kamu sengaja ya mau buat masalah lagi?" tanya Ashraf."Apaan sih, mana aku tau. Ini aja mau beli bunga sekarang," ucap Ayra mendengkus.Ashraf terus melihat Ayra dengan penuh kecurigaan. Karena bunga tadi yang dia terima sempat menghantui perjalanan dia. Hingga sampai di tengah kota, dia melihat toko bunga. Dan Ashraf pun langsung berniat untuk membelikannya buat Balqis.Ashraf memeilih beberapa jenis bunga. Mulai dari bunga mawar merah, bunga melati, bunga Lily, bunga daisy bahkan sampai bunga tulip. Namun Ashraf tertarik dengan bunga mawar merah. Lalu Ashraf menghampiri penjual bunga di toko itu."Mbak, bunga yang melambangkan cinta yang
"Maksud kamu, siapa yang ketemu Ayra?" tanya Ashraf dengan ekspresi kebingungan. Sebab waktu di toko bunga dia tak melihat keberadaan Balqis. Atau jangan-jangan Ayra yang memberi tahunya."Ini apa?" ucap Balqis sambil menunjukkan sebuah foto di layar ponselnya.Ashraf terkejut saat melihat galeri ponsel Balqis yang menampilkan dirinya dengan Ayra sedang berbincang. "Iya tadi ketemu, itu pun gak sengaja. Ya bahas itulah. Dia selalu nyalahin saya buat pertunangan kami yang batal. Gak bahas yang lain lagi kok," ungkap Ashraf mengedikkan kedua bahunya."Ouh, terus apa lagi?" tanya Balqis dengan raut wajah kesal. Terlihat sekali kecemburuan yang tampak dari wajahnya."Gak ada lagi, Balqis. Cuma bahas itu, dia nuduh saya sudah tau dari dulu soal dia bukan anak kandung kyai Zulkifli. Dia pikir saya ninggalin dia dan menikah denganmu ini direncanakan. Padahal saya juga baru tau tentang dia bukan anak kandung kyai Zulkifli ini," ungkap Ashraf lalu duduk di kasurnya. Dia cukup lelah dengan hari
"Dia sedang hamil dan kamu tadi mencengkram dia dan menariknya dengan kasar. Itu perangai yang kurang baik, maaf saja Ning Ayra. Untuk saat ini saya tidak memandang kamu yang seorang Ning Putri Kyai. Ini masalah keselamatan menantu saya dan juga cucu di dalam perutnya," ucap Umi Risma dengan kata-kata tegas. Saat ini mereka sedang berada di dalam rumah.Ayra duduk di hadapan Umi Risma dan juga Abi Lukman. Sementara Balqis duduk agak jauh dari tempat duduk Ayra. Tangisan Ayra pecah saat Umi Risma mencecar Ayra dengan berbagai ucapan."Saya minta maaf, Umi, Abi," ucap Ayra dengan gugup. Suaranya jelas bergetar."Jangan panggil saya Umi lagi. Sejak saat ini saya sudah hilang respect dengan kamu, tidak pandang bulu siapa kamu dan darimana kamu, Ayra," ungkap Umi Risma dengan tanpa melihat ke arah Ayra. Sementara Abi Lukman mencoba menenangkan sang istri dengan mengelus lengannya pelan."Maaf maaf banget. Saya hanya kesal dengan Balqis yang sudah merebut Ashraf dari saya. Sampai sekarang s
Gibran pun bingung saat sang teman yang paling bar barnya menanyakan jawaban. Ustadz Mahmud hanya menggelengkan kepala."Loh, gimana Andre. Kok kalah sama Gibran yang santri pindahan ini. Harusnya kamu lebih pro dong, dari Gibran," sindir Ustadz Mahmud."Ya gimana ya Ustadz. Saya ini kan santri istimewa. Sebenarnya saya juga sudah pro, cuma ya gak enak lah sama teman lain," ungkap Andre sambil menahan tawa.Semua teman satu kelasnya tertawa mendengar celoteh Andre. Memang benar jika suatu perkumpulan akan ada seseorang yang menjadi tukang buat kelucuan. Sebab tanpa ada yang seperti itu maka terlalu serius juga tak baik."Kamu ini, dasar santri aneh. Ya sudah Gibran kamu sebutin macam-macam hadits Ahad," pinta Ustadz Mahmud."Baik Ustadz, macam-macam hadits Ahad itu iala Hadits Masyhur yang dimana perawinya ada tiga yang meriwayatkan hadits. Kemudian hadits Aziz yang perawinya ada dua dan hadits Garib yang hanya ada satu perawi saja," jawab Gibran dengan sangat lancar."Nah, bagus ini
"Memangnya buat apa kitab Fathul Idzar?" tanya Ashraf penasaran dengan istrinya yang kembali ngidam aneh-aneh.Balqis tersenyum getir. Lalu menggigit jarinya."Ya mau buat baca-baca aja Mas,"ungkap Balqis menahan tawanya yang mau pecah."Saya jadi curiga, jangan-jangan kamu merencanakan sesuatu ya!" tebak Ashraf memeluk erat istri kesayangannya itu."Nggak kok," sahut Balqis menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Ih, nakal kamu ya!" ucap Ashraf lalu menggelitiki Balqis dengan brutal. Ashraf terus menerus menggelitiki Balqis meskipun Balqis sudah menyerah. Bahkan Ashraf sesekali mengecup sang istri yang sudah kewalahan dengan tingkah suaminya."Udah Mas udah, aku capek," ungkap Balqis dengan nafas memburu. Hal sederhana namun sangat berharga untuk kedua pasangan. Melakukan kegiatan seperti yang Ashraf lakukan mampu membuat hubungan pernikahan terjalin dengan baik."Suruh siapa dah belajar nakal. Nanti tak beliin kitab Fathul Idzar deh, biar makin jago waktu di ranjangnya!" se