Acara makan malam diluar menjadi gagal setelah paket misterius itu. Abi Lukman memutuskan untuk tetap di rumah saja, karena paket itu membuat sekeluarga resah. Apalagi Balqis yang sudah ketakutan sebab di paket itu ada foto dirinya yang ditusuk jarum dan darah segar dari tikus.Untuk berjaga-jaga, Abi Lukman juga melapor ke satpam komplek untuk mengecek siapapun orang asing yang memasuki daerah komplek."Baik, Pak," sahut dua satpam kompek yang ditugaskan Abi Lukman untuk lebih meneliti siapapun yang memasuki daerah perumahan permai indah itu."Setelah ini, kamu dan Balqis harus hati-hati. Takutnya peneroror itu bertindak lebih nekad lagi," ucap Lukman pada Ashraf dan juga Balqis. "Iya nak, lebih baik Balqis jangan keluar rumah dulu. Gak boleh sendirian juga, kemana-mana harus sama Ashraf," ujar Risma juga."Baik, Abi, Umi," jawab Balqis.***"Saya mau libur dulu hari ini," ucap Ashraf saat di kamar. Dia baru selesai membersihkan tubuhnya dengan air bersih."Kenapa Ustadz?" tanya Bal
"Ini ada minuman untuk kamu, Balqis. Tadi disuruh pengurus putri buat dikasih ke semua santriwati. Katanya dari puskesmas setempat, biar bisa jaga stamina waktu belajar," ujar seorang perempuan dengan jilbab bergo sedikit panjang."Ini beneran dari pengurus putri?" tanya Balqis mengerutkan dahi. Menerima segelas minuman seperti jamu itu."Iya, kalau gak percaya tanya aja. Semuanya udah minum kok, tinggal kamu. Siapa suruh tadi gak ikut kumpulan," ucap Aulia- teman seangkatan Balqis yang sekarang sudah menjadi tangan kanan Ayra."Oke deh," ucap Balqis lalu langsung meneguk segelas jamu itu hingga tandas.Setelah itu Balqis seperti merasakan sesuatu yang aneh, kepalanya begitu berat dan diapun seperti mengantuk berat.Aulia yang sudah merencanakan sesuatu langsung memapah Balqis, saat itu Balqis masih sedikit sadar. Dan diapun dengan percayanya mengikuti langkah Aulia.Aulia membawa Balqis ke satu kamar yang dilarang untuk dimasuki siapapun kecuali orangnya. Saat sedang kajian kitab mal
Semua pandangan menuju ke Balqis. Seakan tak menyangka apa yang dilihatnya sekarang. Beberapa santri putri tadi yang membully Balqis langsung bungkam sendiri."Sekali lagi kalian ganggu istri saya, saya gak akan segan-segan untuk melaporkan kalian ke pengawas pengurus," hardik Ashraf tetap memeluk pinggang Balqis.Balqis yang merasa dibela, lalu tersenyum menang dan tak lupa memberi satu jempol untuk santri tadi. Semuanya diam saat melihat Ashraf yang tiba-tiba datang dan membela Ashraf."Ba-baik Ustadz," ucap salah satu santriwati tadi dengan gemetar."Minta maaf sekarang juga sama istri saya," perintah Ashraf dengan tegas. Dan itu semakin membuat keributan di ruang lobby. Sampai ada beberapa santri yang bisik-bisik membicarakan Balqis dan ustadz dingin itu."Maaf Balqis, atas kesalahan kami tadi," ucap Sindy- yang menjadi perwakilan minta maaf. Laku mendekati Balqis untuk bersalaman."Hm," sahut Balqis mengangguk pelan. Balqis tak ingin menyalami ketiga orang yang membully-nya. Dan
Balqis begitu gugup saat Ashraf menatapnya. Nafas mereka sudah bergemuruh. Seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua, mereka benar-benar dilanda gairah yang lebih besar.Suatu sore yang panas, dimana ada dua orang yang sedang memadu kasih. Ini bukan pertama kalinya mereka melakukannya. Tapi ini yang kedua kalinya. Mereka sangat menikmati dan rukun. Berbeda dengan saat pertama kali melakukannya, mereka berada di bawah pengaruh obat-obatan. Tapi sekarang karena mereka saling menyukai. Suka atau tidak, mereka melakukannya atas kemauan mereka sendiri.Setelah sekian lama berlangsung, kini Ashraf sudah selesai membersihkan dirinya. Dan di kamar mandi masih ada Balqis yang menempel di air hangat. Ashraf pun mulai mengenakan pakaian yang sama karena sebelumnya mereka belum sempat mengambil baju ganti.Balqis keluar dengan memakai handuk yang disediakan pihak hotel. Lalu Ashraf yang melihatnya tersenyum. Betapa tidak, ia selalu membayangkan tubuh indah istrinya.“Terima kasih untuk itu,” u
Lupakan saja, maaf aku barusan kelewatan," ucap Ridho akhirnya sebab Balqis hanya terdiam tak mampu menjawabnya."Aku minta maaf, Ridho," ungkap Balqis dengan mata yang sudah mengembun. Sementara Ridho sudah nampak lelah dengan tuduhannya sendiri.Langit yang sedang cerah menyinari bumi. Sangat terang sekali bahkan pesantren Al-fatah pun terlihat bersinar saking terangnya langit oleh matahari di siang ini.Kedua insan itu saling terdiam, bahkan mereka lupa siapa yang memulai dan dengan cara apa mereka harus mengakhirinya. Ridho yang bingung dengan perasaannya sendiri dan Balqis yang sudah tak mampu untuk melakukan apapun. Namun saat Balqis hendak meninggalkan Ridho lalu tiba-tiba ada seorang perempuan yang tak asing. Dan ternyata di belakang perempuan itu juga ada beberapa perempuan lagi."Apa-apaan ini?" tanya Ayra bersama beberapa pengurus santri putri mendekati Balqis yang sedang berbicara dengan Ridho.Balqis memutar bolanya malas. Balqis sudah lelah dengan kedatangan Ayra. Semen
"Cepat persiapkan diri kamu Ayra. Abah sudah memberikan kesempatan untuk kamu kemarin. Dua hari lagi kamu akan berangkat ke Jawa Timur dan kamu akan menempuh pendidikan agama di sana," ucap Kyai Zulkifli kepada Aira dengan tatapan serius. Sementara Aira terlihat sangat kesal dengan keputusan sang Abah."Aira tetep gak mau Abah, Ayra mau di sini aja bantu abah buat ngurus pesantren putri," sahut Aira dengan menghentakkan kakinya."Keputusan Abah sudah bulat kamu jangan melanggar lagi. Kalau sampai kamu menolak keputusan Abah ini, kamu gak akan Abah urus lagi," titah Kyai Zulkifli dengan tegas."Baik jika itu mau Abah, Ayra akan turuti permintaan Abah," ucap Aira akhirnya lalu bergegas meninggalkan Kyai Zulkifli.***Hari ini perlombaan akan dimulai di pesantren Al Fatah. Bentuk sistem perlombaan hari ini yaitu perlombaan antar sesama kelas dan juga jurusan. Jadi setiap tingkatan akan diperlombakan yang nantinya, bagi yang menang akan menjadi perwakilan pesantren Al Fatah untuk lomba di
Keributan di kamar Muhajir, dimana terlihat Gibran dengan seorang teman satu kamarnya sedang berkelahi. Lalu Ustadz Mahmud datang untuk memisahkan mereka berdua. Sebab sedari tadi teman yang lainnya tak mampu melerai perkelahian itu.Ujung bibir Gibran sudah terluka, dan temannya yang bernama Iqbal itu juga terluka di bagian dagunya. Cukup lama mereka baku hantam sebab suatu masalah yang mereka perdebatkan."Ada apa ini? Kenapa kalian sampai berkelahi seperti tadi," tanya Ustadz Mahmud memegang kedua tangan santri kelas sebelas jurusan PK itu.Gibran meringis tatkala menyentuh ujung bibirnya. Begitupun Iqbal yang tak kalah kesakitannya juga. Perkelahian itu membuat beberapa ustadz dan pengurus menghampiri kamar Muhajir itu. Dan beberapa santri putra yang juga masih belum istirahat."Salah paham, Ustadz," jawab Gibran dengan melirik Iqbal yang membuang wajahnya."Ya sudah, kalian berdua ikut saya ke ruang pengurus," ucap Ustadz Mahmud lalu keluar dari kamar Muhajir. Diikuti oleh Gibran
Sepanjang malam Balqis tak dapat tidur. Matanya terasa berat, meskipun sedari tadi dirinya sudah mengantuk. Namun Balqis selalu mengingat ucapan Ashraf saat tertidur. Pikiran Balqis jadi berkelana dan itu membuat Balqis kesusahan untuk sekedar berbaring."Kamu belum tidur?" tanya Ashraf tiba-tiba saat dia terbangun.Balqis hanya menggeleng. Dia tetap berada di meja belajarnya. Tanpa melihat ke arah Ashraf. "Belum," jawab singkat Balqis.Ashraf yang baru sadar belum sepenuhnya bisa mengerti gelagat aneh Balqis. Namun Ashraf berdiri dari kasurnya dan mendekati sang istri. "Ayo tidur, sudah jam satu malam," ajak Ashraf mengusap bahu Balqis.Balqis terlihat menghindar dari Ashraf. "Iya," sahut Balqis lalu membaringkan diri di kasur empuk itu.Ashraf terlihat heran dengan tingkah laku Balqis yang tak seperti biasanya. Namun Ashraf tetap berpikir positif dengan sikap Balqis saat itu."Kalau ada masalah, cerita ke saya. Jangan disimpan sendiri," titah Ashraf saat memasangkan selimut ke tubuh