Share

Bab 48

Penulis: Rosalie_Ch
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-07 22:35:38
Mataku tertuju pada sebuah undangan seperti buku berwarna biru, tergeletak di meja rias kamar.

“Ini undangan apa?” tanyaku yang melihat sebuah undangan di atas meja.

“Oh itu, undangan pernikahan Renata dan Rian,”

“Mereka beneran mau nikah?”

“Iya. Tuh, baca aja di undangan nya,”

Aku pun membuka udangan itu dan membaca isi dalamnya. Pernikahan itu akan dilaksanakan dua hari lagi

"Kok cepat banget pernikahan mereka?" tanyaku penasaran.

"Katanya, emang sengaja di percepat karena keburu Renata melahirkan,"

“Emang papa nya Renata udah setuju?”

“Nggak tahu sih, tapi mau nggak mau harus mau. Nggak mungkin, Renata melahirkan anak itu tanpa seorang ayah. Syukur – Syukur Rian mau tanggung jawab, kalau nggak itu akan menjadi aib bagi keluarga mereka,”

“Yups, bener banget. Menurutku Rian pria baik dan juga tampan, sepertinya dia sayang banget sama Renata, apalagi dia rela wajahnya dihantam om Samsul,”

“Tampanan mana, akua tau dia?”

Sontak aku menatap wajahnya dengan setengah tertawa.

“Apa si
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 49

    "Aku terpaksa nikah sama Rian," Langka ku terhenti, saat mendengar perkataan dari wanita yang sangat ku kenal suaranya. Ku tajaman kan pendengaran lagi, dan ternyata dia sedang berbicara dengan seseorang. "Aku cuma cinta sama kamu," "Kamu tahu kan, kalau aku cuma cinta sama Nela? apa susahnya sih, nerima Rian seperti dulu," "Perasan aku ke dia itu, udah nggak ada lagi," "Kamu itu egois Ren, kamu nggak ngerti sama perasaan orang. Bukan hanya Rian, tapi aku juga. Aku yang kamu fitnah dengan omong kosong kalian yang g i l a itu. Ingat ya Ren, karena perbuatan kamu itu, Rian harus menanggung akibatnya,""Aku minta maaf, atas kebodohan yang sudah aku lakukan," "Buka mata kamu! Rian itu masi cinta sama kamu,""Cinta itu nggak bisa dipaksa Bi," "Benar. Cinta nggak bisa dipaksa. Sama hal nya dengan aku, yang nggak bisa memaksa mencintai kamu," "Tap-" "Sayang, ternyata kamu disini? aku cariin kema - mana loh," sambar ku, di tengah perbincangan mereka. Mereka berdua kaget dengan kedat

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 50

    Semoga apa yang di bilang Aina benar. Alangkah gembiranya diriku kalau seandainya memang benar aku hamil.Tanpa menunggu lama, aku langsung membeli test pack di apotik depan toko. Aina yang dengan tak sabar menunggu berita dari ku. "Nel? udah belom!?" tukas Aina, setengah teriak dari luar kamar mandi."Belom, tunggu!" jawabku dari dalam. Aku yang gugup dan takut, segera keluar tanpa melihat hasilnya. Aku takut salah pemikiran tentang hami, dan pastinya pupus harapanku."Gimana?" tanya nya, ketika aku sudah berada di hadapan nya. Aku tak menjawab, karena belum tahu hasilnya. "Nela?" panggil Aina, yang melihat aku diam saja."Aku belum lihat," "Mana coba aku lihat," Aku menyerahkan pada Aina dengan memejamkan mata. "AAAH! Nela!" Seketika aku terperanjat dengan teriakan Aina. "Kenapa?" "Selamat ya, kamu positif hamil!" dengan banga Aina memeluk ku. Aku yang masi tak percaya, segera mengambil alat itu dari tangan Aina. Dan ternyata benar dua garis biru. Sontak aku menangis terhar

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09
  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 51 Pov Rian

    P o v Rian. "Mau nggak mau, kamu harus mau Renata!" tegas om Samsul."Kenapa harus nikah sih pa? Aku bis-""Kamu mau anak ini lahir tanpa seorang ayah? kamu mau dijadikan gunjingan oleh orang - orang?" pungkas, om Samsul yang memotong komentar dari Renata. Aku dipanggil ke rumah Renata, atas permintaan om Samsul. Melihat kondisi, kandungan Renata yang semakin membesar, dan kata om Samsul, dari pada membuat aib untuk keluarga mereka, terpaksa ia menyetujui niat ku yang ingin bertanggung jawab. Dari pada anak lahir tanpa ayah dan pastinya akan menjadi gunjingan banyak orang. Aku menatap Renata yang tertunduk lesu. Se benci itu kah dia kepadaku, hingga tak ada sedikit pun rasa cinta itu? Ia yang tak bisa membantah, hanya bisa diam dan pasrah saja. "Pernikahan kalian, akan berlangsung minggu depan," "Apa pa? kok cepat banget?" "Lihatlah kandung kamu, yang semakin besar. Papa nggak mau lama - lama lagi," "Tapi pa-" "Nggak ada tapi - tapian! besok, papa menghubungi orang kepercayaan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 52 Pov Rian 2

    P O V Rian"Tadi kemana? kok tiba - tiba ngilang gitu?" tanyaku, ketika kami berdua sudah berada dalam kamar, saat selesai acara. "Bukan urusan kamu," Jawabnya, ketus. "Ketemuan sama Robi?" sontak, ia menatap ku, dengan tatapan tak suka, ketika aku bertanya seperti itu. "Ngobrol apa aja?" tanyaku lagi. "Bisa diam nggak? aku mau tidur." Ketusnya, yang seakan tak mau menjawab pertanyaan ku tadi. "Aku kan cuma tanya aja Ren, bener kan tadi kamu bertemu Robi?" "Kalau iya kenapa? hah?" "Nggak kenapa - napa, aku cuma mau ingatkan aja, kalau kamu itu sekarang adalah istri aku. Apa kata orang kalau kamu diam - diam bertemu pria lain dihari pernikahan kamu lagi, bukan kah itu akan menjadi perbincangan orang?" "Nggak perlu kamu ingatin aku, aku juga tahu status ku sekarang. Ingat ya, kamu itu hanya sebagai suami sementara, jadi nggak usah sok ngatur - ngatur aku!" "Aku tahu, kamu nggak perlu ingatin aku. Walaupun aku hanya sebagai suami sementara, tapi kan sekarang kamu istri sah ku, j

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   BAB 53 Pov Renata

    P O V Renata. Bak disambar petir disiang bolong, aku dikabarkan berita kalau aku akan menikah dengan Rian dalam waktu dekat. Usaha ku untuk membatalkan sia - sia, ketika papa sudah mengatakan itu dan tidak bisa dibantah. Mama juga tak bisa membantuku kalau papa sudah mengatakan sesuatu yang tak bisa dibantah. "Mau nggak mau, kamu harus mau Renata!" tegas papa, tadi siang."Kenapa harus nikah sih pa? Aku bis-""Kamu mau anak ini lahir tanpa seorang ayah? kamu mau dijadikan gunjingan oleh orang - orang?" pungkas, papa dengan suara yang meninggi. Aku menatap Rian, yang duduk di depanku dengan tatapan jengkel. Kepa sih, dia nggak bantah omongan papa? kenapa juga dia mau bertanggung jawab. Aku tahu ini anak nya, tapi aku tak perlu dia disisi ku. "Ma, aku nggak mau menikah dengan Rian ma," rengek ku pada mama. "Sayang, mau nggak mau kamu harus mau. Niat papa itu baik. Kalau kamu nggak nikah dengan Rian, terus siapa yang akan bertanggung jawab atas anak kamu?" "Jika bukan Robi, laki -

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16
  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 54

    Usia kandunganku sudah memasuki empat bulan. Sesuai arahan dokter Andin, aku dan Robi ke klinik nya utuk melihat jenis kelamin janin. Karena sebelumnya kami sudah membuat janji terlebih dahulu jadinya jam setengah sepuluh kami sudah berangkat. Aku menggunakan legging hitam dan dress selutut berwarna biru yang sepadan dengan kemeja Robi. Sengaja, agar pulang dari USG, langsung makan siang berdua. "Udah siap sayang?" tanya Robi, saat aku sedang berdandan. "Bentar ya, lagi dikit," "Nggak perlu dandan segala, kamu itu udah cantik banget," "Aku cuma pakai ini doang, nggak dandan yang berlebihan kali," pungkas ku, sambil menunjukan lipstik dan bedak. Entah kenapa, selama hamil kalau kemana - mana, aku hanya menggunakan benda dua itu saja. Untuk yang lain aku sangat malas menggunakan, mungkin bawahan hamil kali ya? "Selesai.""Udah?" "Iya," "Cantik banget," "Ih, orang nggak pake apa - apa kok," "Walaupun nggak makai apa - apa, tetap aja kamu itu cantik banget banget dan banget," Ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 55

    "Sayang, tadi itu-" "Iya," seakan mengetahui pertanyaan nya, aku segera menjawab agar tak bertanya lagi. "Jangan bete gitu dong mukanya," "Siapa yang bete?" "Tuh, muka kamu cemberut gitu," "Ihh nggak," "Ya udah, entar sampai di mall, terserah kamu mau belanja apapun yang kamu mau," "Beneran?" tanyaku dengan girang. "Iya," "Gimana kalau kita belanja juga dengan perlengkapan calon bayi kita," "Ide bagus," Sesampainya di mall, mataku langsung tertuju pada tempat perlengkapan bayi. Dengan bantuan suami, aku memilih pakaian, dll. "Sayang, kamu nggak mau belanja pakaian mu? entar kan kita langsung ke rumah papa dan mama," tanya Robi, yang melihatku hendak keluar dari mall itu. Sontak, aku berhenti dan menatapnya dengan terkejut. "Astaga aku lupa. Untung kamu ingatin," aku menepuk jidat. Saking senangnya membeli perlengkapan calon anak ku ini, jadinya aku lupa akan semuanya. Maklum, lagi bahagia - bahagianya jadi calon ibu. Hehehe. "Nah kan, udah aku tebak pasti kamu lupa. Untu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 56 Pov Renata

    Bab 56 P O V RenataUsia kandungan ku sekarang sudah memasuki Sembilan bulan lebih. Aku sudah mulai merasa keram diperut yang sepertinya sebentar lagi, akan melahirkan. Rian, dialah yang selalu siaga berada disisiku, agar jika aku membutuhkan sesuatu, dengan cepat dilaksanakan. Puncak nya dimalam ini, saat semua sudah tertidur pulas, perut dan punggung ku terasa nyeri.“Aw, sakit…” aku meringis kesakitan saat perut ku terus saja terasa nyeri. “Iyan, Rian, bangun.. aw,”Aku mencoba menarik napas agar lebih rileks.“Ren? Kamu kenapa?” tanya nya, dengan wajah panik. “Aw, perutku.. sak-it,” “Sepertinya sudah waktunya kamu akan melahirkan. Tunggu sebentar,” Hardik Rian, sembari berlari menuju lemari mengambil jaket ku. “Kamu pakai ini ya, kita akan ke rumah sakit sekarang!” tukasnya. Aku hanya mengangguk setuju. Tak bisa lagi berkata - kata, sebab perut yang sakit ini membuat ku malas menangkapi. Dengan wajah panik, ia segera mengendong ku keluar dari kamar. “Bi! Bi Lin!” teriak nya

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21

Bab terbaru

  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 114 SELESAI

    Setelah permasalahan sudah selesai, persahabatan ku dengan Aina kembali seperti semula. Namun, kami jarang sekali bertemu apalagi bertukar cerita, entah itu di dunia nyata ataupun di dunia maya. Sekalinya bertukar pesan, ia hanya memesan kue untuk hajatan di rumah mertua nya. Setelah itu, tak lagi ada perbincangan akrab. Sepertinya ia masi canggung jika diajak berbicara. Seperti pagi hari ini, tiba - tiba saja ia memesan 20 bentuk kue tart dengan model yang berbeda dan varian rasa yang best seller di toko kue ku. Aku segera mengerak kan, karyawan - karyawan ku untuk segera membuat tart, pesanan Aina. Karena sore nanti, sudah harus selesai. Setelah semuanya selesai, aku kembali menghubungi dirinya untuk segera menuju rumah mertuanya, utuk mengantarkan pesanan.Sore ini cukup cerah. Karena melihat, karyawanku yang sudah kelelahan, aku memutuskan untuk mengantar pesanan semuanya sendiri saja. Toh, mereka juga sudah sangat bekerja keras, untuk membuat pesanan kue dadakan dari Aina ini. S

  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 113

    P O V Aina. Sesuai kesepakatan, hari ini aku akan ke kantor polisi dan memberi pengakuan semuanya. Aku di arahkan, ke ruang interogasi. Di hadapanku, sudah duduk pria berumur yang akan menyelidiki diriku. Setelah itu, aku pun memberi pengakuan seperti apa yang aku tahu. Sebenarnya, aku juga harus di tangkap, karena terlibat dan mendukung rencana suamiku. Tak hanya itu, aku juga sudah memutar balikan fakta dan berbohong kepada Nela. Aku meminta polisi itu juga turut adil, dalam menangkap diriku. Tapi, nyatanya tidak. Ia hanya mengatakan kalau semuanya tergantung pada keputusan Robi. Aku masi saja, bersihkeras untuk menyerahkan diri, tapi itu hanya angin lalu baginya dan, ia mengabaikan diriku lalu melangka keluar. Aku pun ikut keluar, dan menghampiri dua insan yang tengah menatapku. Aku meminta mereka, untuk menuntutku, agar turut mendapatkan hukuman juga. "Tidak, kami tak akan menuntut kamu," ujar Robi, ketika aku mengatakan itu. "Aku mohon, biarkan aku menebus kesalahanku ini. Nel

  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 112

    P O V Aina. Rencanaku hari ini, adalah ke toko kue milik Nela. Aku mencoba untuk, memelas meminta dirinya membebaskan mas Bian. Semoga saja, dirinya mau dan luluh dengan diriku, yang memohon untuk membebaskan suamiku , atau setidaknya bertemu sedetik dengan mas Bian. Sesampainya di toko cake Nela, aku bergegas masuk. Sepertinya Nela, ada di toko karena mobilnya sudah terparkir rapi di garasi toko kue nya. "Nela ada?" Tanyaku, pada salah satu karyawan yang berada di meja kasir. Entah lah, siapa. Aku Lupa dengan nama nya. "Bu Nela, ada bu." Jawab wanita itu. "Okey," langsung saja, aku masuk dalam ruangan nya. Benar saja, Nela sedang fokus berkutat dengan komputer yang ada di depan nya. Tanpa basa basi lagi, aku langsung mengatakan tujuanku kesini. "Nela.. aku mohon, tolong bebaskan mas Bian... tolong Nel, tolong cabut tuntutan itu," cercaku, yang datang langsung memohon. Nela hanya sedikit terkejut, dengan kedatanganku. Tapi, segera ia memalingkan wajah dan mengabaikan diriku.

  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 111 Pov Aina

    P O V AinaSegera aku menghubungi mas Bian, tapi ponsel nya aktif. Tak seperti biasa ia begini, jika memang sibuk bekerja, tapi kalau aku yang telpon dia segera angkat. Firasat ku mendadak jadi tak enak, kepada dirinya. Apa yang sudah terjadi dengan suamiku? ****Aku semakin di buat pusing, karena mas Bian tak juga mengangkat telpon ku. Drittt...Drittt...Tiba - tiba, telpon ku berdering. Gegas aku meraih benda pipi yang layarnya sedang menyala kerlap kerlip itu, yang ku pikir adalah mas Bian, ternyata bukan...."Hallo bu, gawat!" Ujarnya, seorang pria dari sebrang sana. "Hallo.. kenapa Di?" "Bapak bu... Bapak...." Gugupnya, seraya menggantungkan kalimatnya. "Bapak kenapa Di?" Aku semakin panik dengan, perkataan Budi, yang tak menyelesaikan ucapanya. "Bapa ditahan-" "Maksud kamu? Ditahan sama siapa?" Potongku, yang sudah keringat dingin, padahal suhu Ac di ruangan ini sangat dingin. "Bapak ditahan polisi. Tadi, polisinya datang bu," "APA?!!" Sekujur tubuhku lemas, tanganku

  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 110

    Aina pun, sudah benar - benar pulih dan sekarang sudah di izinkan pulang oleh dokter. Akhirnya, yang di tunggu - tunggu tiba juga. Dimana, hari berlangsungnya sidang telah tiba. Didepan hakim, Aina, mas Bian, Budi, supir truk dan ada beberapa yang terlibat di seret semua ke hadapan hakim. Dulu, Aku sempat berpikir, kalau mereka akan menyewa pengacara untuk membantu dalam kasus ini. Ternyata tidak! mereka ingin bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Baguslah! Padahal, aku dan Robi juga sudah merencanakan akan menyewa pengacara juga dalam kasus ini. Sebelum berjalan ke depan, Aina sempat melemparkan tersenyum padaku. Senyum, yang terlihat tulus. Dengan spontan, aku membalas senyum darinya. Ia terlihat, masi sangat pucat. Persidangan pun dimulai. Hakim menanyakan semuanya dan para tersangaka mejawab dengan jujur tanpa ada yang ditutupi. Aina pun, ditanya oleh hakim dan ia menjawab dengan jujur, seperti apa yang ia katakan kepadaku. "Saudara Bian Aditama, apa benar anda yang sudah me

  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 109

    Selepas pulang kerja, aku selalu mengunjungi Aina di rumah sakit. Seperti biasa, ia belum juga menyadarkan diri. Akhirnya, sidang itu diundur dilain waktu lagi, sampai Aina benar - benar pulih kembali. Kata Robi, mas Bian masi saja bungkam. Ia tak berniat mengakui semua kesalahanya. Saat, sudah berada di rumah sekitar jam empat, aku dikabarkan dari tante Risa, katanya Aina sudah siuman. Setelah mengurus Dania, aku bersiap diri untuk ke rumah sakit. "Kamu ikut, sayang?" Tanyaku, pada Robi yang sedang fokus pada laptop, di ruang kerjanya. "Nggak, aku masi banyak kerjaan," jawabnya, tanpa melihat ke arahku. "Baiklah, aku sediri saja," "Hati - hati, sayang. Oh iya, sampaikan salam pada Aina," tukasnya."Iya! Perhatikan Dania ya, kalau dia rewel, tolong kamu gendong dulu. Kasian bi Ijah," peringatku, karena bi Mey masi izin ke kampungnya. Jadi, Dana dijaga Bi Ijah. Aku segera masuk mobil dan menyalakan mobil lalu perlahan meninggalkan rumah. Saat sampai di rumah sakit, langsung saja

  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 108

    Aina dikabarkan sakit, satu hari sebelum sidang dilaksanakan. Kata asisten rumah tangga mereka, bahwa Aina ditemukan tak menyadarkan diri di kamar, dengan beberapa obat yang sudah kadarluasa. Tanpa berpikir panjang, aku langsung ke rumah sakit, tempat ia dirawat. Saat sampai di rumah sakit, aku langsung mendatangi kamarnya dan menerobos masuk. Terlihat Naira, yang sedang menangis di samping ibunya itu. "Tante Nela...." Seru Naira, langsung menghambur dalam pelukanku. Naira, juga sangat dekat dengan ku, makanya dia tak lagi sungkan untuk memeluku. "Sayang, jangan nangis ya.... Mama Aina pasti baik - baik, saja." Ujarku, menenangkan gadis cantik, yang sebentar lagi akan beranjak dewasa. "Iya tante," jawabnya, masin memelukku. "Sekarang, yang perlu Naira lakukan adalah, mendoakan mama Aina, agar segera pulih seperti sedia kala, okey?" kataku, dengan lembut seraya tersenyum kepada gadis cantik itu. "Iya tante," Aku berjalan mendekati Aina, yang sedang terbaring lemah."Aina kenapa b

  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 107

    Tiga hari setelah kedatangan Aina di toko, aku tak lagi mendengar kabarnya. Hingga hari ini, ia datang langsung ke rumah kami. Aku sedikit terkejut saat, bi Ijah mengatakan kalau ada Aina di depan. Awalny, aku malas bertemu dengan dirinya, karena pasti ia akan memohon - mohon lagi, untuk membebaskan suaminya itu. Tapi, Robi membujuk diriku untuk tetap menemukan dirinya. "Ayolah, sayang. Siap temui Aina," "Malas ah, palingan dia mohon - mohon untuk mencabut tuntutan itu," "jangan berpikir negatif dulu sayang, kita kan nggak tahu, maksud dan tujuan nya apa," Robi masi saja, keukeh dengan pendiriannya. Mau tak mau, akhirnya aku pun setuju dan melangka dengan malas le ruang tamu untuk menemukan dirinya. "Ada perlu apa kamu datang kesini?" Tanyaku, dengan nada ketus. "Nel, aku kesini ingin-" "Mau minta kita cabut tuntutan, agar suamimu bebas? dan akan melanjutkan proyek itu?" Potongku cepat, saat ia melanjutkan ucapannya. Segera Robi, memegang tanganku lembut dan memberi isyarat agar

  • Suamiku Tidak Tahu Aku Banyak Harta   Bab 106

    "Bagaimana proses selanjutnya?" Tanyaku pada Robi, yang kini duduk berhadapan denganku. "Aman. Semua bukti, sedang diproses oleh polisi." "Apa, tadi kamu mengunjungi dirinya?" "Iya. Aku menangkap langsung di perusahannya," "Lalu, bagimana reaksinya? Aku tahu, tak semudah itu dia mengakui kesalahnya," "Iya dia tak mengaku. Saat di ruang interogasi di kantor polisi pun, iya tak membuka mulut," Jawab Robi. Ia lalu menceritakan kepadaku, semuanya yang telah terjadi siang tadi. "Bagimana jika dia tidak mengaku? Aku tahu, kita punya bukti yang kuat. Tapi, bisa jadi dia melakukan sesuatu, yang akan membuat dirinya bebas," aku khawatir jika, itu akan terjadi.. "Jika begitu, maka Aina yang harus mengantikan dirinya," "Maksud kamu?" aku mengernyitkan kening, saat mendengar perkataanya barusan. "Aina yang akan menanggung, semua perbuatan suaminya," Aku sedikit terkejut. "Apa, harus Aina?" "Apa kamu tak mau menyeret dia, dalam masalah ini?" Aku menagngguk. Jujur saja, walaupun aku m

DMCA.com Protection Status