Malam sudah tiba, dan kegugupan Alexa semakin menjadi-jadi. Kini ia berdiri di depan cermin kamar mandi, melihat penampilannya dengan cemas. Apakah ia tampak baik-baik saja? Jawabannya tentu saja tidak.Nick akan meminta haknya. Pria itu tidak akan membiarkan kesempatan ini terlewat begitu saja. Namun, Alexa gugup setengah mati karena ia harus merelakan pengalaman pertamanya."Babe!" panggil Nick.Alexa refleks menoleh meskipun pintu kamar mandi tertutup. "Astaga, bagaimana ini?" ucapnya panik.Beberapa kali Alexa mencoba menarik napas dan menghembuskannya dalam-dalam sebelum akhirnya memutuskan keluar untuk menemui Nick. Pria itu hanya mengenakan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku, tapi ada satu hal yang menarik perhatian Alexa, sebuah buket bunga mawar merah di tangan Nick."Aku akan membersihkan diri lebih dulu." ucap Nick sambil menyerahkan buket bunga mawar merah itu kepadanya.Alexa tahu arti bunga mawar merah adalah simbol cinta yang bergairah. Tapi apakah Nick men
Alexa membingkai wajah Nick agar tidak melihat ke arah bawah, itu cukup memalukan walaupun pengalaman pertamanya sudah Nick miliki. Dengan lembut Alexa menarik pria itu ke arahnya, sedikit mengalihkan perhatian untuk tidak memperdulikan bagian tersebut.Meskipun faktanya ia tengah menahan sakit di area feminimnya."Kamu yakin ingin aku melanjutkannya?" tanya Nick, merasa bersalah karena tindakannya telah menyebabkan Alexa terluka."Kita sudah terlalu jauh untuk berhenti." jawab Alexa.Nick membelai wajah Alexa dengan lembut, "Aku akan menghargai pengalaman pertamamu." bisiknya,.Tubuh Alexa kembali tersentak di sertai sapuan lembut bibir Nick yang menciumnya. Pria itu membiarkan Alexa menekan kuku tajamnya ke bagian punggung Nick, saat ini sebisa mungkin Nick ingin memperlakukan Alexa dengan baik, hatinya merasa tidak tega kala melihat wajah kesakitan itu menghiasi wajah Alexa.Seperti ada keterikatan yang Nick rasakan, ia mengagumi Alexa dalam diamnya. Sementara Alexa berpikir, semua
Hari ini rasanya sangat malas untuk melakukan aktivitas, Alexa duduk di halaman samping rumah sambil melihat pemandangan yang menyejukkan mata. Sesekali menghela nafas, dan saat ia teringat kegiatan semalam, wajahnya mendadak menjadi merah. "Kamu sakit?" tanya Nick. Alexa menoleh, pria itu berjalan mendekat sambil membawa sebuah nampan berisi buah dan makanan, serta minuman. Lalu meletakkan di meja bundar dekat Alexa duduk bersantai. "Kamu tidak pergi ke kantor hari ini?" Alexa balik bertanya yang di jawab gelengan kepala oleh Nick. "Hari ini aku ingin menemanimu, anggap saja sebagai bayaran atas apa yang sudah kamu lakukan semalam." jawabnya, dan itu berhasil membuat Alexa tersipu malu. Pria itu duduk di kursi sebelah, tak ada pembicaraan untuk beberapa menit selain udara sejuk berhembus menyapu wajah mereka dengan lembut. "Aku sudah tau dimana Laura berada sekarang, aku ingin mengantarmu menemuinya kalau kamu mau bertemu dengan sahabatmu itu." ucap Nick. Alexa menunduk
Nick duduk di kursi kerja sambil melihat biodata lengkap milik Alexa, ternyata perempuan itu dulunya adalah anak dari orang yang cukup berpengaruh di bidang bisnis properti. Tapi sekitar delapan tahun lalu, perusahaan menjadi kacau dan keluarganya bangkrut hingga harus menanggung hutang puluhan juta dolar."Apa ini alasan orang tua Alexa mengambil pinjaman yang begitu besar dari keluarga Laura?" batinnya.Lembar demi lembar Nick buka, ia baca dengan teliti. Sekarang ini usia Alexa telah menginjak angka dua puluh lima tahun, perempuan bernama lengkap Alexa Robinson itu kelihatannya punya keahlian kerja yang bagus, sayangnya tidak ada perusahaan besar yang mau menerimanya karena keluarga Robinson di blacklist dari dunia bisnis."Pantas saja dia menjadi pekerja lepas." gumamnya.Cklek! Suara pintu yang terbuka menyadarkan Nick dari kesibukan, ia langsung menyembunyikan biodata lengkap Alexa ke dalam laci sebelum ada yang melihatnya."Nick, ada yang perlu kita bicarakan."Melihat kedatang
Alexa tidak ingat sudah berapa kali dalam sehari ini ia memanggil nama Nick dengan nada tinggi. Entah apa yang terjadi pada pria itu, tapi Nick akhir-akhir ini sangat suka membuatnya kesal, namun dia juga menunjukkan sikap manisnya di waktu bersamaan."Darimana kamu belajar memasak? Daging yang kamu masak ini sangat lembut saat dikunyah, bumbu yang kamu campurkan juga meresap sampai ke dalam." Nick berucap sambil terus menyantap daging yang Alexa masak.Alexa tersenyum samar. "Mendiang ibuku adalah seorang chef, aku belajar darinya bagaimana cara memasak." jawabnya.Sesaat Alexa merasa kalau hubungannya dengan Nick benar-benar menjadi keluarga yang sesungguhnya. Terlihat saat ia melihat Nick makan makanannya dengan lahap, pria itu seperti sosok suami yang menghargai masakan istrinya. Senyum terukir di bibir Alexa, sejenak ia menikmati momen seperti ini selayaknya istri.Selesai makan, Nick menatapnya. "Aku ada perjalanan bisnis dan berangkat besok siang. Jadi selama beberapa hari kede
Pukul satu dini hari, kedua mata Alexa masih terjaga tanpa bisa terpejam untuk menuju alam mimpi. Kepalanya sedikit bergerak melihat ke samping dimana Nick tidur di sana, setiap kali melihat wajah Nick, Alexa merasa takut kalau hatinya semakin terjerumus terlalu dalam pada pesona pria itu.Namun disisi lain, Alexa juga kesulitan membatasi dirinya sendiri. Terkadang Nick begitu manis dan hangat, tapi juga kadang menjadi pria yang begitu mendominasi. Itu yang membuat Alexa bingung, sebenarnya perasaan Nick untuknya itu seperti apa? "Apa yang aku harapkan, bukankah kontrak yang tertulis sudah jelas bahwa setelah aku melahirkan anaknya maka hubungan ini juga akan selesai." batinnya.Alexa tetap tak bisa tidur, dengan perlahan ia turun dari kasur dan berjalan keluar dari kamar sekedar membuat coklat hangat agar pikirannya bisa lebih tenang. Saat menyeduh coklat hangatnya, Alexa mengedarkan pandangan. Keheningan rumah Nick sejenak membuatnya lebih santai, sekilas Alexa menghela nafas dalam
Keesokan harinya, Nick sudah meninggalkan rumah sejak pukul sembilan pagi, meninggalkan keheningan yang menyelimuti seluruh rumah. Merasa bosan dan kesepian, Alexa memutuskan untuk keluar mencari pemandangan yang menyenangkan di sekitar tempat tinggalnya."Dunia seluas ini tapi aku tidak punya teman sama sekali." gumamnya sambil tersenyum getir.Ia terus melangkah hingga tiba di salah satu tempat wisata yang sepi pengunjung pada jam kerja. Alexa duduk di sebuah bangku, menatap pemandangan di depannya."Bukan hanya kesepian, tapi aku juga tidak punya pekerjaan. Tak mungkin aku meminta pekerjaan pada Nick, pria itu sudah pasti tidak akan mengizinkan." Alexa menghela nafas dalam-dalam.Di satu sisi, Alexa tidak yakin mempertemukan Nick dengan ayahnya, Steve. Ayahnya adalah pecandu alkohol yang cukup berat sejak keluarga Robinson bangkrut beberapa tahun lalu. Apa alasan Nick ingin menemui Steve? Jangan-jangan Nick akan mengungkapkan perjanjian yang dibuat dengan Alexa?"Jika sampai Nick m
"Kamu masih saja hebat bermain bowling. Kenapa tidak ada turnamen bowling yang kamu ikuti? Aku yakin kalau kamu ikut pasti kamu bisa menang." ucap Juan sambil menawarkan satu kaleng minuman.Alexa terkekeh geli, mendadak saja moodnya hari ini menjadi bagus. "Aku rasa begitu mereka mengetahui nama belakangku, mereka pasti akan mengeluarkanku dari daftar lomba.""Apa yang kamu katakan, semua perlombaan itu harus adil. Tapi sayangnya aku belum pernah mendengar ada lomba bowling di kota ini." Juan duduk lalu membuka kaleng minumannya, tapi saat melihat milik Alexa belum dibuka, ia pun menyerahkan miliknya."Kamu minum yang sudah aku buka." katanya.Alexa tersenyum tipis, inilah yang membuatnya menyukai Juan dulu. Pria ini memiliki sifat yang ramah dan selalu memberikan act of service yang disukai oleh para wanita. "Apa kegiatanmu setiap hari? Kamu kerja dimana agar aku bisa bertemu denganmu lebih sering. Mungkin aku perlu menjemputmu pulang dari pekerjaanmu sesekali." ucap Juan.Alexa men
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan