Saat itu juga Nick dan Alexa bergegas menuju rumah sakit dengan hati yang penuh kecemasan. Telepon dari pihak rumah sakit yang mengabarkan adanya kondisi darurat pada bayi mereka, Brian, membuat Nick panik setengah mati.
"Bagaimana kondisi putraku sekarang, Dokter?" tanya Nick dengan suara bergetar.
"Kondisinya sempat memburuk, Tuan. Bayi Anda sempat berhenti bernafas," jawab Dokter dengan nada serius.
"Bukankah dia baik-baik saja? Tadi pagi kami datang untuk melihatnya," sahut Alexa dengan wajah panik.
Dokter menghela napas. "Kami mohon maaf atas kurang baiknya penanganan kami. Saat ini, kami sedang mengusahakan yang terbaik. Kondisi putra Anda sudah kembali membaik dari sebelumnya."
Alexa tak bisa menahan diri
Setelah menunggu dengan penuh drama, akhirnya Brian diizinkan pulang dari rumah sakit untuk memulai kehidupan normal sebagai bayi. Nick dengan penuh semangat datang menjemput Brian, mengurus semuanya sendiri sementara Alexa menunggu di rumah, dipenuhi rasa harap dan cemas.Di rumah, suasana penuh sukacita menyambut kedatangan mereka. Keluarga telah berkumpul, merayakan hari pertama Brian di rumah dengan perayaan kecil."Selamat datang di rumah, Brian!" seru Camila, langsung mengangkat Brian dari car seat yang dibawa Nick.Steve juga turut menyambut cucunya dengan senyuman lebar. Sejak Brian lahir, baru kali ini mereka bisa melihatnya dari dekat. Kebahagiaan terpancar di wajah setiap orang di rumah Nick.
Malam harinya Alexa tidak bisa tidur, alhasil Alexa menuju kamar Brian dimana bayi tujuh bulan itu itu tertidur lelap di dalam boks bayinya. Dengan lembut Alexa menyentuh pipi Brian, sejauh ini Nick memang tidak melakukan sesuatu yang membuat Alexa marah besar.Namun, Alexa tidak bisa lupa kalau nama yang disebut saat sumpah pernikahan bukanlah namanya. Dalam artian, pernikahannya dengan Nick hanya tercatat di dokumen, tapi tidak secara resmi."Kenapa aku tidak pernah menyadarinya, rupanya cinta buta itu benar sampai aku melupakan semuanya."Alexa menghembuskan nafas dalam-dalam, tanpa sepengetahuan Nick, Alexa menuju ke ruang kerja pria itu. Berniat membuka laci yang Nick kunci, namun Alexa tidak menemukan dimana kunci itu Nick simpan.
Setelah keluar dari tempat kerja Raymond, Alexa sempat berdiam diri lama di dalam mobil. Dirinya perlu mengatur emosi, debaran dadanya tidak tenang. Alexa mencoba untuk pura-pura tidak tau, tapi ternyata tidak bisa.Meskipun sudah Alexa coba, namun hatinya bertolak belakang dengan pikiran. Begitu sulit bagi Alexa berada di posisi ini, kebohongan tetaplah kebohongan. Sudah begitu banyak kebohongan yang Alexa rasakan termasuk pengkhianatan."Dadaku sesak sekali rasanya," ucapnya sambil mencengkram bajunya sendiri.Mobil Alexa kemudikan setelah perasaannya lebih baik, tapi sebelum pulang, Alexa lebih dulu mampir ke sebuah toko pakaian anak karena beberapa baju Brian sudah tidak lagi muat. Ketika asik memilih pakaian, Alexa bertemu dengan Juan yang juga ada di toko
Keberadaan Juan di rumah Alexa berlangsung cukup lama. Selama disana, Juan memanfaatkan waktu untuk bermain dengan Brian dan Olivia. Hingga akhirnya, Juan merasa sudah saatnya pulang sebelum Nick tiba."Terima kasih sudah mengundangku. Lain kali, jika kamu mengizinkan, aku akan datang lagi bersama Olivia. Putramu sangat menyenangkan, aku suka bermain dengannya," ucap Juan sambil melirik Brian yang tertidur di samping Olivia karena kelelahan bermain."Datanglah kapan saja kalau punya waktu senggang," jawab Alexa sambil tersenyum ramah.Juan membalas senyuman Alexa, mengangkat Olivia dengan hati-hati agar tidak membangunkannya. "Aku akan membawanya pulang sekarang. Sampai bertemu lain waktu," kata Juan sebelum pergi.Setelah Juan dan Olivia pulang, rumah menjadi sepi. Brian tertidur nyenyak setelah puas bermain. Alexa tersenyum tipis, lalu dengan lembut memindahkan putranya ke kamar agar tidurnya lebih nyaman.Namun, tepat ketika mobil Juan melaju keluar dari halaman, Nick tiba. Ia semp
“Aku sudah menduganya. Pernikahan Nick dan Alexa masih terjalin di atas kontrak? Mereka pikir bisa bahagia di atas kebencian yang tertanam di hatiku?” Sofia menyeringai, mengibaskan dokumen kontrak itu ke wajahnya.Tak lama kemudian, pintu terbuka dengan keras. Derren masuk dengan wajah kesal. “Dia berhasil merebut proyek incaranku,” ujarnya, marah dan ingin melampiaskannya pada apapun.“Kau ingin membuat sepupumu itu kalah? Maka incar saja wanitanya. Aku sudah berhasil mendapatkan rahasia Nick.” Sofia menunjukkan dokumen di tangannya dengan bangga.Mata Derren menyipit curiga. “Apa itu?”Sofia berdiri, melewati Derren dengan penuh percaya diri. “Ini bagianku. Aku perlu bertemu dengan Alexa. Suruh anak buahmu mencari
Alexa pulang dengan langkah berat, wajahnya tampak suram, seolah-olah dunia menghimpit pikirannya. Setelah menutup pintu, dia melihat ayahnya, Steve, keluar dari kamar."Brian sudah tidur?" tanyanya pelan.Steve mengangguk. "Apa yang terjadi sampai kau menjauh sejenak dari Nick? Apakah dia menyakitimu?""Nick baik-baik saja padaku, kami tidak ada masalah," jawabnya, berusaha menutupi kebenaran. "Aku sangat lelah, aku ingin segera istirahat," lanjut Alexa, mengakhiri percakapan.Masuk ke kamar, Alexa menemukan putranya yang tengah terlelap. Dia berbaring di sebelah Brian, mencium keningnya dengan lembut."Maafkan Mama, Brian." lirih Alexa sambil menatap wajah Brian, putranya memiliki hidung dan mata seperti Nick. Alexa terseny
"Juan!" Alexa berteriak kaget melihat tubuh Jun tersungkur. Alexa menoleh, dengan tatapan melihat melihat Nick. "Kau gila!"Tanpa mengatakan apapun, Nick berusaha menarik tangan Alexa dan mendorong stroller Brian. Namun Alexa menghempaskan tangan Nick dengan kasar."Ayo kita pulang," ujar Nick menahan emosi."Apa kau tau aku sedang jalan-jalan dengan Brian, aku belum cukup puas dan kau kau menyuruhku pulang?""Tapi tidak dengan pria ini, Alexa!" murka Nick sembari menggertakkan rahangnya.Alexa menoleh ke arah Juan, berniat membantu pria itu berdiri. Tapi Nick menarik pundak Alexa, melarang Alexa untuk menyentuh Juan. "Cukup!" ujar Nick.Sekali lagi Alexa menampik ka
Suara tangis Brian dari kamar terdengar, Alexa yang sedang menyiapkan sarapan bergegas lari menghampiri. Meraih putranya yang menangis untuk di tenangkan."Apa putramu sakit?" tanya Steve.Alexa menoleh. "Bukannya ayah tadi sudah berangkat ke kantor?" Alexa balik bertanya.Steve tersenyum tipis. "Setelah aku pertimbangkan dengan baik-baik, memang berat untuk melepaskan apa yang kita miliki sebelumnya. Tapi kamu tidak perlu khawatir, aku bisa membangun bisnisku sendiri dari awal lagi. Dengan begitu kita tidak perlu berhutang pada, Nick."Tas yang Steve bawa diletakkan ke meja. "Kamu ada masalah kan dengan Nick?"Awalnya Alexa tidak mau mengaku, tapi akhirnya ia mengangguk. Steve menarik Alexa lembut agar duduk be
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan