Kepikiran hal ini, Sienna memutuskan untuk menghubunginya.“Pak Jacob, kalau denah rumah 3D sudah dikonfirmasi, aku akan memulai pekerjaan. Apa Pak Jacob yakin nggak usah dipastikan oleh orang lain lagi? Aku dengar dari Pak Jimmy, rumah ini didesain untuk calon istrimu. Bukankah seharusnya kamu menanyakan pendapatnya?”Jacob terdiam beberapa saat, baru berkata, “Tidak usah.”Sienna pun terdiam. Jangan-jangan benar Jacob telah menunggu Elena selama bertahun-tahun?Hanya saja, ketika kepikiran malam mereka bersetubuh waktu itu, Jacob pun sempat memanggil nama Elena. Mungkin waktu itu mereka berdua sedang bertengkar saja?Sienna sama sekali tidak merasa dirinya berstatus sebagai istrinya. Dia malah bagai sedang menantikan pertunjukan seru itu.“Baiklah, kelak kalau ada yang perlu dipastikan lagi, aku akan telepon Pak Jacob.”Baru saja Sienna mengakhiri panggilan berencana untuk istirahat, malah terdengar suara ketuk pintu kamarnya.Rina berkata, “Nona, tadi siang Pak Darwo telepon, katany
Daria tersenyum sinis. “Dia tidak melakukan kesalahan apa-apa, hanya saja Keluarga Winata tidaklah sepadan dengan Keluarga Yuwono. Kalian seharusnya sadar, jika bukan karena Sienna pernah menyelamatkan ayahku, mana mungkin dia bisa bersama dengan Jacob.”Ketika berada di hadapan Daria, Susan yang biasanya sangat ketus itu pun tidak berani berkata apa-apa. Dia hanya kesal lantaran Sienna sungguh tidak bisa diandalkan. Sienna malah tidak berhasil mendapatkan hati Jacob. Alhasil, sekarang dia dan Harris malah dipermalukan.Daria melirik Sienna sekilas. Kemudian, menyadari Sienna masih bersikap tenang. Api di hatinya pun membara.“Dalam surat perjanjian ini juga sudah ditulis bahwa kalian mesti bercerai setelah satu tahun. Meski Jacob kehilangan kendali ingin bersetubuh denganmu, kamu juga mesti makan pil KB. Anggota Keluarga Winata tidak berhak untuk melahirkan anak Jacob. Aku tidak berharap cucuku keluar dari keluarga seperti kalian.”Ucapan yang dikatakan Daria memang sudah keterlaluan.
Sepertinya upaya penyelamatan Harris cukup rumit. Dia pun diselamatkan hingga jam setengah enam sore, baru didorong keluar ruangan.Hati Sienna terasa sakit ketika menatap lelaki yang sedang dipasang tabung oksigen. “Dokter, bagaimana kondisi ayahku?”Beberapa tahun ini, Harris disibukkan dengan urusan perusahaan. Dia tidak pernah sekali pun melakukan pemeriksaan tubuh. Jika merasa tidak enak badan, dia pun hanya akan makan obat saja.Sienna masih ingat ketika ibunya masih hidup dulu, ayahnya pun sudah bekerja keras seperti ini. Waktu itu, ibu sempat mengomeli agar ayah tidak perlu bekerja dengan begitu keras. Mereka bisa hidup di Kabupaten Armana, hidup dengan bercocok tanam. Kehidupan seperti itu sangatlah nyaman.Hanya saja, waktu ibu Sienna menikah dengan ayahnya, kondisi ekonomi mereka berdua sangatlah buruk, alhasil Harris mendapat hujatan dari banyak orang. Harris merasa bersalah terhadap istrinya. Jadi, dia menolak usulan ini. Dia selalu berharap untuk bisa mendapatkan uang ban
Mereka memapah Darwo ke mobil. Sewaktu di perjalanan, Darwo tak tahan kuasa untuk menghubungi Sienna.Saat ini, Sienna masih berdiri di koridor. Setelah mendengar ucapan dokter tadi, sekujur tubuhnya spontan merasa dingin.Tiba-tiba Sienna menerima panggilan masuk, menyadarkan dirinya dari dari bengongnya. Dia tertegun sejenak, lalu mengangkat panggilannya. Kali ini, Sienna baru menyadari bahwa dirinya telah melewatkan waktu menjemput Kakek Darwo di bandara.Sienna segera minta maaf, “Kakek, maaf, tiba-tiba ayahku masuk rumah sakit. Aku lagi menemaninya. Makanya aku jadi kelupaan untuk menjemputmu.”Ketika mendengar alasan itu, Darwo segera menenangkannya, “Sienna, kenapa ayahmu dirawat di rumah sakit? Bagaimana kondisinya sekarang? Kamu jangan panik. Malam ini kamu tidak usah makan di rumah. Kamu temani ayahmu saja.”Jarang-jarang Sienna merasa terharu. Sekarang ayahnya mengidap kanker hati stadium akhir. Dia pun tidak tahu kepada siapa dirinya bisa bercerita? Apakah kepada Paman Robe
Tadi Harris mimpi bertemu dengan Leslie, mantan istrinya Harris sekaligus ibu dari Sienna. Ketika bangun dari mimpinya, Harris pun merasa bersalah pada Sienna.Jacob memang sangat menonjol. Hanya saja, jika putrinya tidak menyukainya, bukankah itu sama saja mendorong Sienna ke dalam jurang kehancuran? Gara-gara masalah ini, Harris merasa hubungannya dengan sang putri semakin jauh lagi.Terlintas kobaran api di dalam mata Susan. Biasanya semakin tua seseorang, semakin gampang pula hati seseorang terasa luluh. Dulu, setelah dihasut Susan, Harris pun akan menuruti ucapannya.Namun sekarang Harris merasa bersalah. Mungkin hari kematian mantan istrinya baru lewat. Jadi, Harris berpikir kebanyakan.Sebelumnya, Susan tidak berhasil mengalahkan wanita itu. Sekarang dia tidak mungkin membiarkan putri dari wanita itu menginjak-injak dirinya.“Suamiku, kamu jangan berpikir kebanyakan. Kamu sudah cukup baik sama Sienna. Karakternya saja yang tidak disukai orang-orang. Coba kamu lihat bagaimana Bu
Hati Jacob terasa sangat penat. “Aku tahu.”Ketika Daria mendengar ucapan itu, dia pun tidak membantah lantaran khawatir akan memancing emosi ayahnya.Setelah Jacob berjalan meninggalkan ruang tamu, Daria baru mengejar langkahnya.“Jacob, apa benar kamu ingin pergi menjenguk Harris?”Langkah kaki Jacob berhenti. Saat ini, mereka sedang berada di halaman Kediaman Yuwono, sedangkan Darwo sedang berada di ruang tamu. Tentu saja dia tidak bisa mendengar perbincangan mereka.Jacob menunduk. Tatapan yang dilayangkannya terlihat sangat tajam dan dingin. “Tidak.”Daria menghela napas lega, lalu berkata dengan ketus, “Tadi siang aku baru bertemu dengan Harris. Aku lihat dia sangatlah bugar, tidak seperti lagi sakit. Aku rasa mereka tahu kakekmu sudah pulang, makanya mereka merencanakan sandiwara ini. Mereka sekeluarga memang menyimpan banyak siasat buruk. Kalau kamu benar-benar pergi menjenguknya, kamu pun akan masuk ke dalam jebakan mereka.”“Ibu, aku mengerti.” Selesai berbicara, Jacob pun he
“Apa perlu aku menghubungi pelayan di Vila Cahwana?”“Telepon saja.”Nada bicara Jacob sangatlah datar. Ketika memikirkan akan bertemu dengan sang “istri”, entah kenapa hati Jacob terasa penat. Jacob adalah orang yang sangat tepat waktu. Namun, Sienna malah telah mengingkari janjinya sebanyak dua kali. Dia memang tidak berpendidikan.Sony mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi pelayan di Vila Cahwana.Rina mengangkat panggilan dan dia pun terkejut ketika mengetahui Jacob akan datang malam ini!Setelah panggilan diakhiri, dia pun segera menyembunyikan Sony ke ruangan belakang. Kemudian, dia menyuruh pelayan lainnya untuk mensterilkan setiap sudut ruangan dan memastikan tidak ada sehelai bulu anjing di dalam rumah.Para pelayan bekerja dengan sangat gesit. Mereka pun menyelesaikannya dalam waktu setengah jam.Akhirnya Rina bisa menghela napas lega. Tiba-tiba dia kepikiran Sienna masih belum pulang. Dia bingung apakah perlu menghubungi Sienna atau tidak.Baru saja Rina mengeluarkan pon
Jacob mengerutkan keningnya. Hanya saja, dia tidak berpikir kebanyakan, melainkan berjalan ke sisi meja lanjut membaca e-mail.Keesokan paginya, Jacob turun ke lantai bawah. Rina pun langsung menyajikan sarapan ala barat kepadanya.Tatapan Jacob melirik sekeliling. Namun, dia masih tidak menemukan nyonya rumah ini.Sepertinya Rina tahu apa yang sedang dicari Jacob. Dia pun segera menjelaskan, “Semalam Nona Sienna agak capek. Dia berpesan untuk jangan membangunkan dia.”Jacob kepikiran dengan masalah Harris diopname. Sepertinya Sienna capek karena seharian di rumah sakit. Hanya saja, bukankah Harris sedang sandiwara? Bukankah dia tidak benar-benar sakit?Terlintas ekspresi sinis dari wajah Jacob. Dia menyelesaikan sarapannya dengan perlahan, lalu tampak mobil yang sedang parkir di luar sana.Malam pertama tinggal di Vila Cahwana, Jacob malah tidak bertemu dengan istri yang sudah dinikahinya selama tiga tahun. Entah karena Sienna sedang menahan dirinya atau sengaja ingin menarik perhatia
Jero berniat mengingatkan Sienna agar tidak berselisih dengan Orlando dan Irena. Sienna mengangguk. Dia melihat pengurus rumah terus berdiri di depan pintu dan pintu kamar tidak ditutup. Apa Jero diawasi?Jero memijat keningnya. Dia bisa menebak pemikiran Sienna. Jero menghibur, "Sebenarnya nggak begitu menakutkan. Aku memang nggak dekat dengan Kakek dan Nenek, tapi mereka nggak terlalu mempersulit junior."Jero menambahkan, "Bagaimanapun, mereka sangat religius. Kalau nggak, mereka pasti sudah meninggalkan kediaman Keluarga Shankar dan pergi ke pulau."Jero berjalan ke pintu. Dia tiba-tiba mengingatkan lagi saat teringat sesuatu, "Sebaiknya pakai jalan tengah, jangan bertengkar dengan mereka."Sienna mengangguk, tetapi dia tidak yakin bisa menemukan jalan tengah. Sementara itu, Jero mencari Orlando dan Irena di ruang kerja.Kala ini, Orlando sedang menulis. Irena yang berdiri di samping ingin berbicara dengan Orlanda, tetapi dia ragu-ragu. Akhirnya, Irena hanya menghela napas.Orlando
Suasana di ruangan menjadi tegang. Orlando berdiri, lalu memandang Sienna dengan ekspresi puas dan berucap, "Auramu mirip dengan Omar. Kamu tinggal di sini satu malam dulu. Setelah hasilnya keluar, aku akan kabari kamu dan ...."Mungkin Orlando memang tidak mengenal Jacob. Jadi, dia berpikir sejenak sebelum menambahkan, "Kamu dan pacarmu tinggal di sini dulu."Sienna mengangguk, lalu membalas seraya tersenyum, "Maaf merepotkan Kakek."Tatapan Irena tertuju pada wajah Jacob lagi. Dia mengernyit, tetapi tidak mengatakan apa pun. Orlando yang berjalan keluar berpesan pada pengurus rumah, "Bawa Sienna dan pacarnya ke lantai atas supaya nggak diganggu orang lain."Sienna memang sedang mencari alasan untuk meninggalkan orang-orang ini. Di ruangan masih ada 20 lebih anggota Keluarga Shankar. Setelah Orlando pergi, mereka pasti akan mempersulit Sienna.Terutama Marko. Ekspresinya sangat masam. Sienna menggenggam tangan Jacob. Mereka berdua mengikuti pengurus rumah naik ke lantai 4 dengan menai
Orlando mengangkat kepala dan menatap Sienna terlebih dahulu, lalu mengalihkan pandangannya pada Jacob. Dia langsung menyipitkan matanya dan berdiri karena terkejut. Perubahan ekspresinya terlalu jelas sampai semua orang berpikir dia mungkin sudah melihat hantu.Pada saat itu, Irena juga mengangkat kepalanya dengan ekspresi yang tidak percaya juga. Namun, mereka berdua adalah orang yang sangat berpengaruh saat masih muda, sehingga mereka bisa mengendalikan emosi mereka dengan cepat.Orlando adalah orang pertama yang berbicara. "Jadi, kamu ini Sienna ya?"Sienna juga tidak menunjukkan sikapnya yang tegas karena dia tidak dipersulit. Dia mendekat dengan ramah dan menundukkan kepalanya. "Kakek, Nenek."Keluarga Shankar memiliki tata krama yang sangat baik. Meskipun anggota keluarga lainnya tidak setuju saham keluarga jatuh ke tangan Sienna, mereka semua tetap diam karena kedua tetua masih belum membuat keputusan. Bahkan Marko pun tidak berani bertindak ceroboh pada saat seperti ini. Aura
"Aku akan pergi bersamamu," kata Sienna.Begitu Sienna selesai berbicara, Jero dan Jacob langsung memegang pergelangan tangan Sienna secara bersamaan."Nggak boleh," kata Jero. Dia adalah anggota Keluarga Shankar, sehingga dia sangat memahami situasi di keluarga itu.Sekarang Omar sudah tumbang dan saham keluarga dipindahkan pada seseorang yang dianggap orang-orang di keluarga Shankar sebagai orang luar, Sienna pasti akan dikritik dengan keras jika malam ini ikut ke sana. Niat buruk mereka tidak kalah dari Marko, hanya saja Marko ini yang keterlaluan sampai membuat keributan ke sini.Jero menarik napas dalam-dalam. "Sebaiknya kamu dan Jacob pulang dulu. Jangan terlibat dalam masalah Keluarga Shankar dulu. Kakek dan Nenek adalah orang yang bijaksana.""Selama bertahun-tahun ini, Ayah mencarimu secara diam-diam. Bahkan aku pun baru tahu beberapa waktu yang lalu, Kakek dan Nenek pasti nggak tahu hal ini. Jadi, meskipun kamu nggak bersalah, kamu akan dianggap bersalah karena dua lembar sur
Marko mengernyitkan alis. Melihat penampilan wanita itu cukup cantik, dia langsung tertarik. "Apa ini kekasih barumu? Jero, lebih baik suruh dia pergi, Keluarga Shankar bukan tempat untuknya bersikap semena-mena."Sienna tahu situasi di Keluarga Shankar tidak damai, tetapi dia tidak menyangka Marko bisa ternyata begitu menjijikkan. Dia langsung mengeluarkan dua lembar surat pengalihan saham dan berkata dengan ekspresi dingin, "Aku adalah presdir baru Keluarga Shankar. Aku kembalikan kata-kata itu padamu, ini bukan tempat untukmu bersikap semena-mena."Marko yang tadinya masih tersenyum, ekspresinya langsung menjadi sangat dingin setelah melihat kedua dokumen itu. Dadanya juga mulai berdebar-debar. "Arlo, Jero, bagus sekali! Kalian malah memberikan seluruh saham Keluarga Shankar pada orang luar. Kalian benar-benar pantas mati. Lihat saja bagaimana kakek dan nenekmu akan menghukum kalian. Kalian tunggu saja.""Jero, kamu benar-benar makin keterlaluan, berani-beraninya kamu menipu kakakmu
Kekeruhan di mata Omar perlahan-lahan menghilang, tetapi dia tetap tidak bisa berbicara. Setelah air matanya menetes lagi, dia perlahan-lahan menutup matanya.Melihat pemandangan itu, Sienna berkata dengan nada yang jauh lebih tegas, "Aku akan menemukan penawar untuknya, jadi sebaiknya Tuan Jero tetap tinggal di sini saja. Sekarang Arlo nggak ada di sini, Keluarga Shankar membutuhkanmu. Yang lainnya juga pasti mengincar harta milik Keluarga Shankar."Jero membuka mulutnya karena situasinya memang seperti yang dikatakan Sienna, apalagi anggota Keluarga Shankar juga bukan hanya mereka saja.Saat Jero hendak mengatakan sesuatu, terdengar keributan dari lantai bawah dan seorang pelayan bergegas datang melapor, "Tuan Jero, mereka sudah datang."Saat terlihat perasaan jijik dari tatapan Jero, pintu tiba-tiba didorong dengan kasar. Pria yang masuk itu terlihat mirip dengan Omar, tetapi tidak memiliki aura yang kuat seperti Omar. Dia adalah adik sepupu Omar, Marko.Keluarga Shankar terkenal de
Setelah menutup telepon, Arlo segera memberi tahu Jero semua yang dikatakan Lily.Jero langsung marah sampai ingin membawa senjata, lalu pergi mencari Lily dan menembak Lily sampai pelurunya habis.Namun, Arlo memijat keningnya dan berkata, "Entah Jacob tahu organisasi misterius yang dia bilang. Jero, coba kamu tanya Jacob."Saat ini, Arlo takut untuk bertemu dengan Sienna dan juga Jacob. Dia hanya ingin mencari sebuah tempat untuk bersembunyi, tetapi dia merasa bertanggung jawab dengan ayahnya yang koma. Sebagai putra sulung, dia harus memikul beban ini.Namun, hati Arlo merasa agak bingung. Setelah melihat foto itu ruangan ayahnya saat itu, dia selalu gelisah karena merasa wanita di foto itu berbeda dengan Yuna. Jika benar-benar berbeda, berarti wanita itu adalah Luna. Ditambah lagi, Omar kadang-kadang mengigau memanggil Luna, sehingga dia bertanya-tanya apakah Omar sebenarnya mencintai Luna dan tidak pernah mencintai ibunya.Hati Arlo merasa pahit. Sebagai anak dari Yuna, dia merasa
Namun, para pengawal itu sama sekali tidak peduli dengan perkataan Lily. Telapak tangannya pun sudah memerah karena terus memukul-mukul jeruji besi kandang itu."Jangan! Berani-beraninya kalian! Kak Arlo, cepat selamatkan aku!" teriak Lily. Namun, tidak peduli seberapa keras pun dia berteriak, tetap tidak terlihat sosok Arlo di atas kapal itu.Melihat kandangnya benar-benar akan ditenggelamkan ke dasar sungai, Lily akhirnya berteriak dengan keras, "Katakan pada Arlo. Kalau dia membunuhku, jangan harap Omar bisa bangun lagi seumur hidupnya. Dia bukan pingsan karena terlalu emosi, tapi karena racunku. Siapa suruh Arlo membawaku menemuinya. Hehe.""Aku memang sengaja meracuni Omar agar dia mati. Sayangnya, Jero menghalangiku. Meskipun aku hanya sempat memberinya setetes, itu sudah cukup untuk membuat Omar koma seumur hidupnya."Mendengar perkataan itu, ekspresi para pengawal itu langsung berubah karena pengeras suara di ponsel mereka tetap aktif. Oleh karena itu, Arlo bisa mendengar apa y
Pipi Lily memerah karena gembira. Apakah yang dimaksud Arlo adalah saham Keluarga Shankar? Apakah Arlo ingin memberikan beberapa saham Keluarga Shankar padanya? Jika memiliki saham keluarga, kelak dia tidak perlu khawatir apakah anggota Keluarga Shankar lainnya akan menerimanya atau tidak lagi."Lily, aku ganti baju sebentar, biar pengawal yang membawamu ke sana dulu," kata Arlo."Baik. Kak, cepat menyusul ya," jawab Lily.Setelah itu, Lily perlahan-lahan dituntun menuju halaman belakang. Namun, dia sama sekali tidak tahu dia akan dibawa ke mana, hanya merasa dia menaiki sebuah kapal dan duduk di kursi yang nyaman. Tak lama kemudian, dia langsung merasa agak gelisah karena merasakan ada sesuatu yang mengikat kakinya ke kursi."Kenapa kalian mengikat kakiku?" tanya Lily."Nona Lily, ini adalah rantai kaki, hadiah yang bernilai puluhan miliar. Tuan yang memintaku menyiapkan ini, tapi sekarang kamu masih belum boleh melihatnya," jawab orang itu.Lily langsung merasa lega dan tersenyum. "A