Benny yang duduk di hadapannya menyaksikan reaksinya dengan cermat, lalu bertanya, "Apa kamu merasakannya?"Jacob tampak melepaskan jasnya. Pergelangan tangannya sedikit menegang dan ujung jarinya juga tak kuasa tertekuk. Ketika mendongak dan mendapati lampu yang berkilauan di atasnya, jakun Jacob sontak bergerak. Sudut matanya bahkan memerah karena gairah yang tiba-tiba melonjak.Kalau saja Jacob tidak tahu bahwa minuman malam ini sangat normal, dia benar-benar akan mengira bahwa dirinya telah diracuni.....Sementara itu, di ujung lain ruangan, Sienna menatap gadis lemah yang duduk di hadapannya dan memperkenalkan diri sekali lagi, "Kamu bisa memanggilku Penny, nggak perlu terlalu kaku."Kacamata tebal menutupi sebagian besar wajah gadis itu. Dia mendongak untuk melihat Penny sekilas, lalu segera menunduk kembali. Pada saat ini, seorang pelayan menghampiri dan bertanya apa yang ingin mereka pesan. Sienna meletakkan menu di depan gadis itu sambil bertanya, "Dinda, kamu ingin makan ap
Siang tadi, Jacob baru menunjukkan sikap menjauhi Penny. Namun, kini dia malah tiba-tiba mengusir orang lain dan menyewa seluruh restoran. Sienna yang tidak mampu memahami jalan pemikirannya tampak berjalan ke sana perlahan. Setelah dia duduk, Jacob langsung bertanya, "Benny bilang kamu sudah menikah. Apa itu benar?"Teman-teman Jacob hanya tahu bahwa dia telah bercerai dari istrinya. Namun, karena tidak tahu bahwa Penny adalah istrinya Jacob, mereka mengira bahwa status wanita itu masih sudah menikah.Saat ini, Sienna menjawab, "Aku sudah bercerai."Jacob mengangkat alis sambil bertanya, "Kenapa bercerai?"Sienna langsung berkata, "Tuan Jacob, ini sepertinya nggak ada hubungannya denganmu. Aku benar-benar harus pergi."Usai berkata demikian, pandangan Sienna jatuh pada salah satu bagian tubuh Jacob. Ketika melihat reaksi tubuh pria itu, tatapan Sienna bahkan terasa memanas. Apakah pria ini dapat terangsang di mana pun dan kapan pun?Jacob tidak menyembunyikannya. Dia lagi-lagi memperh
"Kalau belum pernah, kamu harus belajar. Kalau tidak ingin aku melakukan hal itu, hanya bisa dengan cara ini," jelas Jacob. Dibandingkan dengan Sienna yang agak kikuk dalam hal ini, Jacob justru sangat santai.Sienna pun memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam. Setelah itu, dia berkata dengan cuek, "Sayang, aku nyaman sekali."Mendengar ini, sekujur tubuh Jacob langsung menegang. Pria itu sontak menunduk untuk melihat Penny sambil membatin, 'Sial, pantas saja dia bisa menjadi sekretarisku!'Jacob bahkan ingin melontarkan kata-kata kasar, tetapi dia menahan dirinya. Dia hanya menarik rambut Penny ke belakang dan memberikan ciuman yang panjang.Usai itu, Jacob mengambil tisu di samping untuk membersihkan jari Penny. Jendela mobil juga dibukanya sedikit supaya udara di dalam dan luar mobil bisa bertukar.Sienna tidak berani menatapnya. Angin yang masuk dari luar cukup dingin sehingga melenyapkan sedikit kehangatan di tubuhnya.Awalnya, Jacob hanya mengelap dengan tisu biasa. Setelah
Dokter itu agak bingung karena hasil pemeriksaan memang menunjukkan tidak ada masalah. Dia akhirnya berkata, "Mungkin Tuan Jacob memiliki perasaan khusus terhadap wanita ini, jadinya begitu gugup."Raut wajah Jacob sontak berubah menjadi dingin ketika mendengar ini. Dia merasa bahwa dokter ini terlalu tidak kompeten.Jacob langsung berjalan keluar tanpa mengatakan apa pun. Dia kebetulan bertemu dengan Ethan yang menunggu di luar. Pria itu memperhatikannya sekilas, lalu bertanya, "Bagaimana?"Namun, Jacob sama sekali tidak memedulikannya. Dia berjalan melalui temannya itu dan langsung pergi. Ethan baru mengingat bahwa ingatan Jacob masih kacau sekarang sehingga mungkin tidak tahu siapa dia. Dia pun memasuki ruangan itu dan bertanya kepada dokter barusan, "Apakah ada masalah dengan tubuhnya?"Dokter itu menjawab, "Selain efek dari cedera di kepalanya, Tuan Jacob sangat sehat."Ethan tidak terlalu yakin. Sebab, Jacob pasti merasa tidak nyaman sehingga datang sendiri ke rumah sakit. Dia pu
Setelah semua mahasiswa meninggalkan ruang kelas, Dinda baru mengikuti di belakang Hendra dengan langkah berat. Tahun ini, Hendra sudah berusia 50 tahun. Dia sudah tidak lagi muda. Rambut di pelipisnya bahkan sudah berwarna putih.Di sepanjang jalan, mereka bertemu dengan banyak orang yang menyapa Hendra dengan ramah. Namun, begitu masuk ke kantor pribadi Hendra, senyuman di wajah pria paruh baya itu seketika menghilang. Dia agak mengangkat dagunya dan memberi isyarat pada Dinda untuk duduk di kursi.Tahun ini, Dinda baru berusia 19 tahun. Dia masih adalah mahasiswa tahun ketiga. Gadis itu berjalan perlahan dan duduk di samping dengan kaki kecilnya yang sedikit gemetar karena ketakutan.Saat ini, Hendra bertanya, "Barusan, kamu sudah menemui Penny, 'kan? Apa kamu sudah memberikan naskahnya?""Su ... sudah," jawab Dinda.Usai berkata demikian, gadis itu agak membungkuk karena cemas dan tidak berani melihat Hendra. Sementara itu, dosennya tampak mengangguk puas. Dia tiba-tiba mengangkat
Keluarga Dinda hanyalah keluarga biasa yang tidak mempunyai banyak uang. Setelah dia diterima di Universitas Perfilman Nasional, orang tuanya menemaninya pindah dari kota kecil ke ibu kota. Mereka tinggal di sebuah kompleks yang berjarak 10 kilometer dari Universitas Perfilman Nasional.Rumah mereka yang ada di kota kecil sudah terjual. Ayah Dinda, Fabian Budiono, berhasil menemukan sekolah yang bersedia menerimanya di sini. Istrinya, Meira, juga menjual beberapa sayuran dari kota kecilnya. Keduanya sangat sibuk setiap hari.Sejak kecil, Dinda sangatlah pengertian dan tekun belajar. Ketika dia diterima di Universitas Perfilman Nasional, SMA tempat Dinda menempuh pendidikan merayakannya dengan menyalakan kembang api yang cukup lama.Berhubung Fabian sangat tegas, Dinda pun tumbuh menjadi anak yang lemah lembut. Setiap hari, dia tidak pernah memiliki uang jajan melebihi 40 ribu. Itu adalah aturan yang ditetapkan oleh orang tuanya.Namun, harga dari satu pil kontrasepsi saja sudah segitu.
Fabian merespons, "Sudah kuhubungi. Yang angkat bahkan adalah Pak Hendra. Dia bilang prestasi Dinda sangat bagus dan selalu menjadi yang pertama. Pak Hendra sangat memperhatikannya. Bagaimana mungkin Dinda akan belajar nakal? Karena akhirnya ada seseorang dari keluarga kita yang berkuliah di Universitas Perfilman Nasional, aku bahkan merasa senang ketika lembur.""Tapi, belakangan ini terlalu sering ada evaluasi, jadi cukup melelahkan. Ketika rekan-rekanku tahu bahwa Dinda berkuliah di Universitas Perfilman Nasional, mereka semua sangat iri. Setelah lulus nanti, putri kita pasti akan menghasilkan banyak uang," ujar Fabian.Ketika Dinda mendengar kata-kata orang tuanya, dia merasa sangat terbebani. Gadis itu bersandar di dinding dan perlahan berlutut. Dia ingin sekali menangis.Akan tetapi, Meira malah membuka pintu pada saat ini. Saat melihat putrinya, dia lagi-lagi agak kesal, lalu bertanya, "Apa yang kamu lakukan di luar? Ayahmu bahkan sudah pulang. Kenapa kamu masih berlama-lama di
Sony merasa iba di dalam hatinya. Dia menjawab, "Nggak begitu baik."Mendengar ini, Sienna agak tersentak. Wanita itu lanjut bertanya, "Apa dia mendengar semua perkataanku?""Iya, nggak ada satu kata pun yang terlewat," jawab Sony.Sienna menarik napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri untuk membuka pintu kantor Jacob. Saat ini, Jacob tengah duduk sendirian di dalam kantor. Mungkin tahu bahwa dia sudah datang, jadi pria itu pun agak mendongak. Sienna merasa cukup gelisah. Dia berjalan ke depan meja Jacob, lalu menyapa, "Tuan Jacob."Hanya mendengar suaranya saja, amarah Jacob langsung mereda. Dia mengernyit sambil melihat penampilan Penny hari ini.Wanita itu mengenakan setelan katun pendek yang dipadukan dengan celana jeans lurus, serta sepasang sepatu hak tinggi. Penampilannya sangat sederhana. Siapa pun di luar sana pasti jauh lebih seksi dari Penny. Akan tetapi, bentuk tubuhnya terlalu bagus sehingga penampilannya memberikan pesona yang berbeda. Bahkan, Penny terlihat sangat angg