Sienna langsung berdiri setelah mendengar perkataan Jovita, dia bertanya, "Apa kamu bilang?"Jovita tertawa, lalu mendesah dan menyahut, "Aku sudah menahannya begitu lama, awalnya aku pikir kamu akan segera menyetujuinya. Tapi, kamu sudah menghabiskan waktuku. Apa daya, terpaksa aku harus memakai cara ini."Sienna sangat geram, dia sangat membenci Keluarga Tandiono. Sienna teringat dirinya membawa abu ayahnya dengan hati-hati saat hendak dimakamkan ....Jovita melanjutkan, "Nona Sienna, sekarang abu ayahmu ada di tempatku, aku punya koneksi di rumah duka. Abu yang diberikan kepadamu itu mayat beberapa anjing liar yang dikremasi. Kebetulan cukup untuk mengisi gucimu. Aku juga nggak menyangka masalah akan menjadi seperti ini."Jovita bertanya dengan lembut, "Apa sekarang kamu sudah bersedia untuk berbincang denganku?"Sienna sudah menenangkan dirinya, dia tidak boleh jatuh ke jebakan wanita ini. Sienna bertanya balik, "Nona Jovita mau berbincang di mana?"Jovita mengirimkan alamatnya kep
Jacob langsung berdiri, dia hendak pergi. Namun, Jacob merasa pusing. Dia memandang makanan di meja dengan tatapan muram. Baru kali ini Daria dan Raina memasak untuk Jacob, bahkan mereka ingin merayakan ulang tahun Jacob. Siapa sangka, ternyata mereka memberi Jacob obat.Hati Jacob terasa sakit, dia memijat keningnya dan berujar, "Aku tidak suka dengan Elena dan aku tidak ingin menikahinya. Kemungkinan kakakku masih hidup, jadi ...."Raina menyela, "Kamu nggak usah bohong. Waktu itu, kakekmu sudah memberitahuku, Desmond nggak mungkin hidup lagi. Aku memang berharap Desmond bisa pulang. Tapi, Jacob, kalau sekarang kamu merasa tersiksa, suruh Elena bantu kamu."Jacob merasa pusing dan dia samar-samar melihat Elena menghampirinya. Jacob meraih pergelangan tangan Elena dan mencampakkannya. Jacob membentak, "Pergi kamu!"Elena terjatuh ke lantai, dia merasa kesakitan sampai hampir menangis. Raina kesal setengah mati, dia menarik ujung baju Jacob dan menegur, "Apa maksudmu? Apa kamu nggak me
Steven menegur dengan penuh wibawa, "Diam kamu!"Daria yang takut gemetaran dan terus menangis. Suasana di koridor sangat tegang. Steven benar-benar membenci Daria, dia menganggap Daria hanya berpura-pura menangis. Tangan Steven sampai bergetar saking marahnya.Daria berusaha membujuk, "Suamiku, aku benar-benar nggak sengaja ...."Daria terus meminta maaf, dia tahu kali ini dirinya berbuat salah. Namun, Daria mencintai Steven dan tidak ingin bercerai dengan Steven. Daria cinta mati kepada Steven.Steven yang kesal memejamkan mata dan menimpali, "Kamu menangis saja di tempat lain, jangan buat orang dongkol di sini!"Wajah Daria pucat pasi. Jacob masih berada di ruang UGD dan terdengar suara langkah kaki suster yang lewat. Situasinya sangat gawat.Darwo mengetukkan tongkatnya ke lantai sembari berseru, "Ini benar-benar keterlaluan!"Bisa-bisanya terjadi masalah seperti ini di kediaman Keluarga Yuwono! Benar-benar tidak masuk akal!....Kala ini, Sienna sudah sampai di lokasi yang ditentu
Darwo tampak khawatir, lalu dia melihat Tania dan berpesan, "Tania, kamu pulang dulu. Beri tahu yang lain, Jacob harus istirahat dan dia nggak akan bertemu siapa pun."Tania mengangguk. Dia yang polos tidak tahu bahwa sebenarnya Darwo ingin menyuruh dia pergi. Daria juga sudah dibawa pergi. Sekarang, hanya tersisa Darwo, Steven, dan Sienna.Darwo memijat keningnya dan bertanya, "Apa gejala sisanya?"Ethan menggeleng dan menyahut, "Setelah Jacob bangun, kita baru bisa mengetahuinya."Jacob sudah diantar ke kamar pasien. Wajahnya pucat pasi karena dia kehabisan banyak darah. Sienna duduk di samping tempat tidur. Saat ini, dia sedikit kewalahan."Sienna," panggil Darwo yang berjalan masuk sambil memegang tongkat. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia hanya mendesah.Sampai sore hari, Darwo, Steven, dan Sienna sama sekali tidak makan. Mereka sedang menunggu Jacob bangun. Darwo melihat Sienna menyeka keringat di dahi Jacob dan jari-jarinya dengan tisu, lalu mendesah. Darwo menya
Jacob hanya makan dengan tenang. Saat pergi ke kamar mandi, Jacob akan menyingkirkan tangan Sienna yang terulur. Sienna bahkan mengungkit Elena di depan Jacob, tetapi Jacob sama sekali tidak merespons. Jacob juga melupakan Elena, setidaknya Sienna merasa sedikit terhibur.Hari ini, Jacob akan keluar dari rumah sakit sehingga Sienna mengurus prosedurnya. Ketika kembali, Jacob sudah berpakaian rapi.Saat ini, wajah Jacob tampak lebih cerah. Dia sedang merapikan lengan kemejanya. Kemudian, Sienna melihat Jacob mengamati gelang gaharu di pergelangan tangannya seraya termenung. Setelah memikirkannya untuk beberapa saat, Jacob tetap tidak bisa mengingat siapa yang memberinya gelang ini.Sienna juga tidak mengingatkan Jacob. Dia melihat Jacob melepaskan gelang itu dan bertanya, "Kapan aku memakai gelang ini?""Setengah bulan yang lalu, itu hadiah ulang tahun Tuan Jacob," jawab Sienna.Jacob mengangkat alisnya sembari mengusap gelang gaharu itu. Sienna yang berdiri di samping tiba-tiba menyada
Saat Sienna keluar dari kamar, dia kebetulan bertemu dengan Sony yang berjalan ke arah sana. Sony bertanya, "Nona Penny, kamu mau pergi ke mana?" Pria itu telah terbiasa melihat Sienna di hotel ini.Sienna hanya menjawab sambil tersenyum, "Aku sudah dipecat."Sony terdiam. Tak lama kemudian, Sienna melanjutkan, "Pak Sony, dokter bilang dia nggak boleh terlalu stres sekarang. Tolong laporkan masalah pekerjaan secara perlahan saja. Jangan membahas apa yang nggak bisa diingatnya dulu untuk sementara."Sony pun mengangguk. Setelah berpikir sejenak, dia menghibur Penny dengan berkata, "Tuan Jacob hanya mengalami cedera sementara pada bagian otaknya."Sienna tentu mengetahuinya. Akan tetapi, dia tetap tidak dapat menyembunyikan kesedihan yang muncul dalam hatinya, serta rasa ketidakadilan yang bercampur di antaranya. Segera setelah itu, Sienna berpamitan, "Aku pulang dulu."Sony hanya bisa mengangguk.....Ketika Sienna kembali ke Vila Cahwana, dia duduk di sofa sambil memikirkan sesuatu. Pu
Sienna tidak dapat berkata-kata. Dia pun berbalik dan kembali ke ruang tamu. Dia melihat ke arah kamar Jacob. Pintunya tidak tertutup rapat dan hanya ada sedikit cahaya yang terlihat dari dalam.Akan tetapi, lampu di ruang tamu sudah dimatikan. Untungnya, sofanya cukup besar dan ada AC sehingga tidak terlalu dingin.Sienna berbaring, lalu mengambil bantal dan meletakkannya di belakang kepalanya. Kemudian, wanita itu pun tertidur. Namun, Jacob tidak bisa tidur karena kepalanya terlalu sakit, bahkan merasa agak pusing.Jacob memanggil, "Penny."Sienna langsung terbangun. Dia berjalan ke pintu kamar dan melihat Jacob sedang mengusap pelipisnya.Pria itu bertanya, "Apakah ada obat pereda nyeri?"Sienna mencarinya di dalam kotak obat yang ada di kamar, tetapi tidak menemukannya. Akhirnya, dia memutuskan untuk pergi ke apotek di sekitar hotel. Meskipun sangat jarang ada apotek yang masih buka pada jam segini, Sienna memutuskan untuk mencoba keberuntungannya karena melihat Jacob yang begitu k
Sienna sontak terdiam. Dia hanya merasakan seolah-olah ada sesuatu yang merenggut hatinya. Melihat Jacob yang berjalan menuju arah hotel, dia terpaksa mengikutinya. Ketika pria itu berhenti, Sienna tiba-tiba menabrak punggungnya. Berhubung khawatir Jacob akan marah, dia bergegas mundur beberapa langkah dan menjaga jarak di antara mereka.Setelah kembali ke kamar, Sienna memberikan obat pereda nyeri kepadanya sambil berkata, "Tuan Jacob, ini obat pereda nyerinya."Ketika Jacob melihat adanya bekas darah di obat pereda nyeri, dia sontak mengernyit dan tidak mengambilnya. Pria itu hanya berkata, "Obati luka di tanganmu sendiri."Usai berkata demikian, Jacob langsung kembali ke kamar untuk tidur. Sienna pun berjalan menuju sofa di ruang tamu. Dia mengeluarkan kotak obat dan mengobati telapak tangannya dengan susah payah. Sementara itu, obat pereda nyeri yang dibelinya hanya diletakkan di meja sofa.Setelah membersihkan luka dan mengoleskan obat, Sienna duduk di samping. Kali ini, dia benar