Sesaat kemudian, Jacob duduk di samping dan mengurus pekerjaannya. Sienna juga mengeluarkan laptopnya sehingga keduanya tidak berbicara lagi.Dua jam kemudian, seseorang mengetuk pintu kamar untuk memberi tahu bahwa mereka sudah akan berangkat.Jacob pun mematikan laptopnya, lalu berjalan ke luar tanpa memanggil Sienna. Sienna tentu tahu pria ini mengabaikannya. Namun, tidak masalah karena dia tidak berniat untuk pergi.Sienna mendengar suara mesin mobil. Seseorang juga bertanya tentang dirinya, tetapi Jacob memberi tahu orang itu Sienna kurang enak badan. Jawaban ini hanya membuat orang makin salah paham.Dengan begitu, Sienna mengurus pekerjaan di Grup Winata dari jarak jauh. Dia terus berada di kamar untuk menunggu Jacob pulang.Tiga jam kemudian, mobil rombongan masih juga belum kembali, padahal langit sudah menjadi gelap. Kegelapan ini pun terlihat tidak wajar, seperti ada sesuatu yang menutupi langit.Tiba-tiba, Sienna terpikir akan sesuatu, badai pasir akan melanda! Dia buru-bur
Jacob menginjak pedal gas hingga kandas. Dia bahkan tidak sempat berpikir mengapa dirinya dirinya begitu panik dan cemas.Jacob hanya menghabiskan 40 menit untuk menempuh perjalanan selama 1 jam. Namun, ketika mobil melewati jarak tertentu, dia tiba-tiba mendengar suara di belakangnya.Ternyata, ada sebuah batu besar yang berguling dan menghalangi jalan pulang. Meskipun begitu, Jacob tidak berhenti dan terus berkemudi ke Sandfish.Jarak pandang menjadi semakin rendah. Bisa dikatakan, Jacob mempertaruhkan nyawanya untuk terus berkemudi ke bungalo. Saat berikutnya, dia langsung melihat mobil yang berhenti di luar bungalo.Jacob segera membuka pintu mobil, lalu menghampiri mobil Sienna dan mengetuk jendelanya. Terlihat Sienna yang bersandar di atas setir dan tampak ketakutan.Sienna sendirian di tengah badai pasir, bahkan jendelanya terus mengeluarkan suara karena dihantam oleh kerikil. Saat ini, suara itu pun menjadi semakin keras."Penny!" seru Jacob yang mengetuk jendela lagi. Sienna s
Saat ini, Jacob berdiri di belakang Sienna sembari memandang ke luar jendela. Dadanya yang kekar pun menempel di punggung Sienna.Sienna seolah-olah bisa merasakan detak jantungnya. Sebenarnya ketika mengeringkan rambut Jacob semalam dan pria ini memeluknya, Sienna bisa merasakan bahwa pria ini sedang sedih.Mungkin karena wanita berhati lembut, Sienna pun merasakan hal yang sama, seperti kesedihan saat selalu ditinggalkan.Namun, mana mungkin Jacob merasakan hal seperti itu? Dia adalah pria berkelas yang sangat unggul. Asalkan melambaikan tangannya, para wanita akan datang kepadanya.Jadi, Sienna menyingkirkan perasaan tersebut. Lagi pula, Jacob kembali terlihat tangguh sesudahnya, seolah-olah kelemahannya itu hanya ilusi.Jacob melangkah mundur, lalu menelepon salah satu penanggung jawab itu. Dia memberi tahu mereka bahwa dia berada di bungalo dan kondisinya baik-baik saja. Jadi, mereka tidak perlu cemas dan hanya perlu menunggu staf Grup Yuwono datang.Mendengar ini, orang-orang di
Di sisi Sienna, badai masih terus berlanjut. Dia duduk di kursi dan merasa mengantuk.Jacob memeriksa luka di lutut Sienna dan terlihat lukanya sudah pulih dengan baik. "Kita terpaksa menginap di sini malam ini. Jalanannya longsor dan kita tidak bisa kembali untuk saat ini. Asalkan badai berhenti dan petugas pemeriksaan jalan di kota memulihkan jalanannya, kita baru bisa kembali."Sebuah batu besar menghalangi di tengah, pasti tidak akan bisa didorong sendirian. Sienna merasa bingung mengapa Jacob bisa mengetahui adanya longsor, tetapi dia tidak bertanya apa pun sama sekali. Saat keduanya tidak berbicara, suasana di ruangan itu menjadi sangat aneh, terutama saat mereka berlindung di cuaca seperti ini.Jacob memiliki misofobia dan tidak terbiasa dengan pakaian di tubuhnya yang berdebu. Dalam satu menit, Sienna melihat Jacob sudah mengernyitkan alisnya beberapa kali. Dia buru-buru pergi ke kamar mandi. Meski kamar mandi di sana memang sempit, untungnya air panas masih bisa digunakan."Tu
Sienna mengambil kemeja Jacob dan pergi mandi. Saat keluar, dia mengeringkan rambutnya yang basah dengan pengering rambut, lalu merapikannya sendiri dan baru berani duduk di tempat tidur. Dia melirik ke jam, ternyata sudah pukul sepuluh malam dan langit di luar sudah gelap sepenuhnya.Badai pasir terus menghantam ke jendela, tetapi di dalam ruangan terasa hangat. Kamar ini tidak memiliki AC, mungkin karena pengaruh badai pasir, malam harinya terasa sejuk. Saat dia bersin, Jacob langsung memeluknya dari belakang dan dada Jacob menempel di punggungnya."Dingin?" Di kamar itu tidak memiliki selimut, tetapi untungnya, tempat tidurnya empuk. "Sedikit."Jacob meletakkan dagunya di atas kepala Sienna dan memeluk tubuh Sienna. Mendengar jantungnya sendiri berdebar-debar, Sienna merasa tidak nyaman dengan perasaan itu dan membuatnya ketakutan. Namun, dia memang merasa lebih hangat karena pelukan Jacob. Sebenarnya, saat itu cuacanya tidak dingin. Namunkarena perubahan cuaca yang mendadak, tubuhn
Sienna khawatir karena hidup Harris sisa tiga bulan lagi. Dia ingin menemukan anak yang dilahirkan Leslie waktu itu dalam waktu tiga bulan ini, tetapi hal itu sangat sulit. Dia tidak tidur semalaman.Keesokan harinya, badai pasir sudah berhenti dan beberapa penanggung jawab dari Kabupaten Armana juga sudah datang. "Tuan Jacob, untungnya kamu baik-baik saja. Kamu sudah mengagetkan kami semalam, kamu ...."Awalnya, penanggung jawab itu ingin bertanya mengapa Jacob mengemudi sendirian dan meninggalkan vila. Namun saat melihat tatapan Jacob yang memperingatkannya, pria itu langsung terdiam. Sekelompok orang itu pulang ke kota dengan mobil dan Sienna tetap duduk bersama dengan Jacob. Dia bisa merasakan dengan jelas, tatapan Robert padanya menjadi lebih rumit. Dari tatapan itu, Robert terlihat kecewa dan hatinya terasa sakit.Saat baru tiba di pintu gerbang asrama dan Sienna baru turun dari mobil, terdengar suara Juliana yang memarahinya dari kejauhan. Juliana mendekat dan mengangkat tangan
Sienna sama sekali tidak tahu kejadian di Keluarga Luando. Saat ini, dia sedang bergegas kembali ke ibu kota. Jacob masih harus tinggal di sana untuk membahas pengembangan pantai, sehingga dia sendirian yang pulang terlebih dahulu. Dia mengkhawatirkan apakah Kompleks Mawaria dimasuki pencuri juga atau tidak.Setelah mengendarai mobil selama beberapa jam, Sienna tiba di Kompleks Mawaria. Snow masih tidur di dalam rumah dan beberapa hari ini ada orang yang khusus datang untuk memberinya makan. Setelah memeriksa keadaan dalam rumah sebentar dan memastikan tidak ada tanda-tanda orang lain yang masuk, dia baru merasa lega. Sienna langsung menghubungkan kamera pengawas dengan internet di pintu masuk dan ruangan lainnya di dalam rumah agar dia bisa memeriksa situasi di rumah kapan pun.Rumah di Kompleks Mawaria ini memang tidak memiliki barang berharga, kecuali beberapa hadiah ulang tahun yang dia terima sebelumnya. Dia juga tidak tahu apa ada sesuatu di laptop kosong itu.Setelah mengernyitk
Sienna langsung mengajukan gugatan kepada Raina dan bukti yang disertakan adalah lukisan yang diberikan gurunya.Raina tidak pernah dipermalukan seperti ini seumur hidupnya. Namun jika Raina tidak pergi, berarti dia tidak menghormati hukum. Saking marahnya, seluruh tubuh Raina gemetar dan melihat pengacara yang membawa surat panggilan dari pengadilan itu. "Apa lagi yang dia katakan?"Raina sendiri yang menyewa pengacara itu. Dia sama sekali tidak menyangka Sienna akan menggunakan trik ini. Pengacara itu juga tidak menyangka ada orang yang akan menggugat nenek suaminya dan hal itu bahkan terjadi di keluarga seperti Keluarga Yuwono. Wanita yang menikah ke keluarga kaya seperti ini biasanya akan memperlakukan keluarga suaminya dengan sangat hormat. Namun, malah masih ada orang yang begitu keras kepala.Kabar itu sudah menyebar di lingkaran elite di ibu kota, bahkan ada beberapa orang yang datang ke rumah Keluarga Yuwono untuk melihat situasinya setelah mendengar kabar ini. Orang pertama m