Sienna menyandarkan punggungnya ke belakang dan menyipitkan matanya."Pak Terry harusnya sudah mempersiapkannya, 'kan?"Terry buru-buru menyiapkan datanya dengan baik dan melaporkan satu per satu hasil analisisnya. Dia sudah berusia 50-an sekarang dan pikirannya agak kolot. Lebih tepatnya lagi, sebagian besar para eksekutif ini telah bekerja bersama Harris sejak masih perusahaan kecil, tetapi cara berpikir mereka tidak berguna lagi untuk Grup Winata yang sekarang.Setelah mendengar hasil laporan beberapa orang ini, mata Sienna membelalak."Perusahaan nggak ada pesanan apa pun untuk setengah tahun ke depannya? Kalian sudah bekerja begitu lama, apa nggak ada koneksi lainnya?"Sienna berpikir setidaknya bisa mendapat pesanan kecil, tetapi semua orang di ruangan itu tidak ada yang berbicara. Dia akhirnya mengerti cara berpikir orang-orang ini.Para eksekutif ini sudah bekerja bersama Harris dari perusahaan kecil hingga dua kali mendapatkan dana triliunan. Mental mereka selalu merasa lebih
"Baiklah, aku akan menyuruh departemen bisnis untuk berkunjung ke Perusahaan Hales. Kalau kualitasnya memenuhi syarat, kita akan terus bekerja sama selama setahun ini."Jika perusahaan besar seperti Perusahaan Zeneka bersedia untuk tetap bekerja sama, Grup Winata setidaknya tidak akan berada dalam situasi rugi meskipun tidak mendapatkan pesanan selama setengah tahun. Sienna merasa lega dan mengangkat gelasnya."Pak Richie, ayo minum. Kamu tenang saja, aku juga akan berusaha mengungkitmu di depan Pak Jacob."Richie langsung tertawa. "Penny, untungnya ada kamu, aku baru bisa bekerja sama dengan Pak Jacob mengambil proyek di Kabupaten Armana."Keduanya mengangkat gelas dan meminumnya. Mereka juga mengobrol dengan Lukas sebentar. Setelah selesai makan, Sienna meminta Lukas untuk mengantar Richie. Mungkin karena suasana hatinya terlalu senang malam ini, Richie minum hingga agak mabuk."Penny, bagaimana denganmu?" Lukas memapah Richie untuk berdiri.Sienna masih duduk di kursinya. "Ada orang
Di ibu kota ini, ada begitu banyak wanita yang ingin berhubungan dengan Jacob. Sienna adalah satu-satunya wanita yang menolak karena Jacob terlalu sering bergairah.Melihat Sienna yang menundukkan kepalanya ke samping, Jacob enggan menyerah. Dia melepaskan jasnya sendiri dan meletakkannya di tempat yang dihiasi ubin keramik yang mewah itu. Setelah itu, dia mengangkat dan meletakkan Sienna di atas jasnya.Kali ini, Sienna tidak menolak lagi. Bagaimanapun juga, kapan lagi ada kesempatan di hidup ini untuk duduk di atas jas Jacob yang begitu mewah itu. Apalagi, dia juga sudah meminjam reputasi Jacob tadi untuk mendapat pesanan dari Richie.Melihat sikap Sienna yang sudah melunak, Jacob juga menundukkan kepala dan menciumnya. Satu berdiri dan satunya lagi duduk, keduanya berciuman selama cukup lama. Saat mendengar ponselnya berdering, Jacob berpikir bahwa mungkin panggilan itu dari mitranya karena melihat Jacob masih belum kembali juga. Akhirnya, Jacob pun melepaskan Sienna.Kening Sienna
Sienna tidak menolak ciuman Jacob, alasannya sebenarnya sangat sederhana. Mereka juga sudah melakukan hal yang lebih intim beberapa kali, akan terasa berlebihan jika dia benar-benar menolak ciuman itu. Dia sendiri yang menyetujui kesepakatan sepuluh kali berhubungan itu. Setelah kesepakatan itu selesai, dia baru berhak menolak Jacob.Mungkin karena sering mendengar komentar Willow, Sienna sebenarnya merasa tidak rugi jika berciuman dengan Jacob yang begitu sempurna, asalkan Jacob tidak menjadi liar di ranjang. Wajah tampan Jacob sangat mudah membuat orang berpikir demikian. Terutama saat sedang berciuman dengan Jacob, membuat orang merasa lepas kendali saat menatap wajahnya.Perasaan yang mengejutkan dan menggairahkan itu benar-benar sulit diungkapkan dengan kata-kata. Sebagai seorang pelukis, Sienna sering ingin menggambar Jacob. Setiap fitur wajahnya terlihat begitu sempurna. Dia duduk di dalam mobil Lukas, mengangkat tangan, dan mengelus keningnya.Saat mendengar ponselnya yang berd
"Adik sepupumu di rumah sakit mana?""Rumah Sakit Mitra."Dickson meletakkan pengering rambutnya, lalu membungkuk dan memeluk Willow. "Hidupnya sangat malang. Perusahaan orang tuanya diakuisisi, lalu dia mengalami kecelakaan mobil hingga sopirnya juga ikut meninggal. Sekarang dia hidup bergantung kepada putra dari sopir itu. Aku ingin membantunya, tapi aku nggak berdaya."Mendengar nada bicara Dickson yang begitu sedih, Willow mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Dickson. "Jangan sedih, aku akan tanya Sienna. Keluarganya sangat kaya, dia pasti bisa segera buat janji dengan ahlinya. Uang empat miliar juga nggak berarti apa pun baginya. Tenang saja, adik sepupumu akan segera dioperasi. Dickson, apa aku bisa menemanimu pergi melihat adik sepupumu nanti?"Sekujur tubuh Dickson menjadi kaku sejenak dan terlintas perasaan bahaya di tatapannya. Dia langsung memeluk Willow. "Kalau kamu mau pergi melihatnya, sebaiknya jangan memberitahunya hubungan kita.""Kenapa?" Willow merasa curiga d
Saat Jacob menerima kabar tersebut, dia telah kembali ke hotel. Dengan alis berkerut, dia menelepon Elena. Namun, Elena tidak menjawab panggilannya. Awalnya Jacob ingin menyuruh pengawalnya untuk memeriksa, tetapi tiba-tiba Elena mengirimkan pesan.[ Aku menderita sekali. ]Jacob buru-buru mengganti pakaiannya dan berlari keluar. Saat tiba di kamar hotel, dia mengetuk pintu ruangan tersebut. Namun, pintu ruangan itu ternyata tidak dikunci. Ruangan itu adalah sebuah suite, saat ini tidak ada seorang pun di ruang tamu.Jacob mendorong pintu ruangan dan berteriak memanggil, "Elena?"Terdengar suara bising dari kamar tidur. Jacob langsung bergegas ke kamar karena mengira Elena sedang dalam bahaya. Namun, saat pintu kamar dibuka, tiba-tiba tercium sebuah aroma yang aneh.Reaksi Jacob sangat cepat, dia langsung menjatuhkan benda itu. Setelah itu, dia melihat sebuah wajah yang sangat familier. Tubuh Nanda hanya ditutupi dengan sehelai kain tulle yang transparan. Dia berseru dengan lirih, "Tua
Nanda berpura-pura hendak memeluk Jacob. Namun, Jacob langsung membuka pintu kamar dan keluar."Sayang!" teriak Nanda lagi. Tatapannya penuh dengan kebencian. Semakin Jacob membencinya, Nanda semakin merasa senang. Bahkan Tuhan saja berpihak padanya!"Sayang, aku mau ikut denganmu." Nanda sebenarnya tidak berani mengikutinya, hanya saja dia ingin membuat Jacob semakin merasa jijik. Sesuai dugaan, Jacob menghentikan langkahnya dan berbalik sambil berkata dengan jelas, "Kalau aku mau membuat seseorang menghilang dari dunia ini, itu bukan hal yang sulit."Wajah Nanda seketika menjadi pucat, dia tidak berani lagi memprovokasi Jacob. Sementara itu, Jacob langsung pergi. Namun, dia bertemu dengan Elena di lantai bawah. Elena memasang alat pelacak pada ponselnya sendiri sehingga dia mencari hingga ke hotel ini. Kini saat melihat Jacob keluar, wajahnya sontak berseri-seri. Dia buru-buru menghampiri Jacob dan menggandeng tangannya."Jacob, ponselku hilang. Posisi sinyalnya ada di sini. Kenapa k
Nanda hampir kehilangan akal sehatnya. Dia mengeluarkan ponselnya dan menelepon Sienna. Sienna masih belum bangun, dia menjawab telepon itu dengan masih linglung. Namun, begitu mengangkat panggilan tersebut, terdengar suara makian Nanda yang menggelegar, "Jalang! Kau akan kena karmanya! Kau tunggu saja!"Sienna terkejut dan memaki dalam hati, 'Dasar sinting!' Setelah itu, dia langsung mengakhiri panggilan itu dan melanjutkan tidurnya."Argh!!" teriak Nanda dengan histeris. Air mata telah membanjiri wajahnya. Detik berikutnya saat dia hendak menyerbu ke lantai dua vila, dia dicegat oleh seorang pengawal."Nona Nanda, Tuan Harris sedang memulihkan diri.""Ayah! Ayah! Akulah putrimu satu-satunya, kenapa kamu tega memperlakukanku seperti ini! Kenapa!" teriak Nanda dengan histeris. Matanya memerah seakan-akan telah kehilangan akal sehat. Namun, suasana tetap hening, tidak ada seorang pun yang menjawabnya.Nanda kesal hingga tubuhnya gemetaran dan hampir pingsan. Kesehatannya memang kurang b