Saat Sienna berjalan masuk, kedua orang yang diikat itu sudah mulai berbicara sembarangan. Namun, saat melihat wajah Jacob, tatapan mereka sedikit berubah.Yang anehnya, meskipun kedua orang itu sudah berada dalam kondisi menyedihkan seperti itu dan identitas mereka juga sudah terbongkar, sikap mereka tetap sangat mirip dengan Orlando dan Irena. Seolah-olah meniru kedua tetua itu sudah menjadi bagian dari kesadaran terdalam mereka.Hanya dengan melihat sekilas, Sienna langsung menyadari kedua orang itu sudah mendapat hipnotis yang mendalam. Namun, hanya dengan hipnotis yang mendalam saja tidak mungkin akan menghasilkan efek seperti itu.Pada saat itu, orang yang menyamar sebagai Irena berkata, "Jero, Arlo, semua ini salah nenek yang nggak pernah menggendong kalian dan sudah menutup mata dengan masalah gadis bernama Luna itu. Semua ini salah kami, jadi bencana ini bisa menimpa Keluarga Shankar. Ternyata apa yang diramal sang guru memang benar."Bahkan sudah di saat seperti ini pun, kedu
Sienna tertarik oleh perkataan itu dan perlahan-lahan melihat ke arah Bakti.Saat bertemu dengan tatapan Sienna, Bakti mengernyitkan alis dan tersenyum. "Jero bilang kalian akan pergi ke pulau terpencil?"Sienna menganggukkan kepala. Tempat yang dimaksud itu adalah alamat yang diberikan Desmond. Belakangan ini, dia juga terus mencari informasi tentang tempat itu, tetapi informasi yang didapat terlalu sedikit.Bakti menyerahkan selembar kertas dengan santai dan tenang. "Kebetulan aku tahu sedikit tentang tempat itu, mungkin bisa membantu kalian."Mata Sienna langsung bersinar. "Terima kasih.""Nggak apa-apa. Kamu ini adiknya Arlo, jadi tentu saja adikku juga," balas Bakti sambil tersenyum.Seperti yang dikatakan Jero, Bakti ini memang orang yang bermuka dua. Tersenyum dengan ramah, tetapi memiliki maksud tersembunyi.Sienna tidak menanggapi perkataan Bakti, tetapi menundukkan kepala dan memeriksa beberapa petunjuk yang tertulis di kertas itu dengan serius. Dia mengakui informasi dari Ba
Saat kembali ke arena pertarungan bawah tanah, Sienna menerima telepon dari Jero. "Sienna, urusan Keluarga Shankar sudah selesai. Kamu nggak perlu khawatir, dua surat pengalihan saham itu masih berlaku. Sebelum kamu kembali, aku akan menjaga Keluarga Shankar. Sekarang masalah sudah selesai, jadi aku sudah meminta Kak Arlo untuk pergi."Kata-kata Jero terdengar seperti Arlo hanya kembali sebagai alat untuk membantu menyelesaikan masalah.Jero membalik-balik dokumen di tangannya sambil menelepon untuk melaporkan pada Sienna. "Aku akan perlahan-lahan mempelajari urusan perusahaan. Kalau aku nggak mampu, aku bisa memanggil Kak Arlo untuk kembali kapan pun. Kamu fokus mencari obat penawarnya saja, kamu akan menunggumu kembali."Mendengar perkataan itu, hati Sienna merasa lega. Dia memang mengenal Jero tidak lama, tetapi dari dahulu sampai sekarang pun sikap Jero selalu terlihat seperti seorang kakak.Mengenai Arlo, Sienna selalu merasa Arlo terlalu memanjakan Lily. Namun, setelah dipikir da
Wanda mengangkat tangan dan memijat keningnya. "Nggak usah pedulikan dia, aku nggak akan turun ke bawah saja."Untungnya, para karyawan di perusahaan sangat bersatu. Saat sebelumnya ibu Wanda memaki Wanda dengan lebih buruk, mereka juga tidak terlalu peduli. Mereka tidak akan terlalu ikut campur dengan urusan pribadinya dan semua ini berkat ajaran Sienna.Wanda sangat berterima kasih pada Sienna. Jika hal ini terjadi di perusahaan lain, dia yang sebagai asisten presdir akan kehilangan kewibawaannya dan orang-orang tidak akan mematuhinya lagi setelah dihina seperti itu.Namun di S.M, semua orang menganggap hinaan Sherly hanya angin lalu saja dan mereka semua tetap bekerja sama seperti biasanya. Para karyawan di perusahaan yang makin bersatu membuat Wanda makin ingin bekerja keras karena merasa usahanya masih belum cukup.Perusahaan ini seperti sebuah keluarga besar dan semua orang menunggu Sienna kembali.Rebecca mengeluarkan beberapa kotak glukosa dari tasnya. "Jangan bilang aku nggak
Wanda kembali menatap Benny dan terlihat makin banyak orang yang menyapanya. Saat itu, Benny hanya mengangkat gelasnya dengan santai dan tidak meminumnya, tetapi orang-orang yang menyapa memaksanya untuk menghabiskan minuman itu.Dia merasa Benny adalah pusat perhatian, sedangkan dia hanya orang biasa. Ternyata mereka memang bukan berasal dunia yang sama, semua ini hanya keinginannya saja yang memaksakan takdir ini.Suvira menepuk bahu Wanda, lalu pergi.Wanda tetap berdiri tempat itu selama beberapa menit sampai terdengar suara Sherly yang tajam. "Kenapa wanita jalang ini lagi? Kenapa kamu terus mengikuti kakakku? Apa kamu sudah menyelidiki jejak kakakku dan sengaja datang ke sini?"Malam ini, Sherly mengenakan gaun panjang berwarna merah muda. Padahal penampilannya terlihat lembut, tetapi kata-katanya kasar seperti seorang gadis jalanan."Kami Wanda, 'kan? Apa kamu nggak merasa malu?" kata beberapa wanita yang masih mengelilingi Sherly.Wanda mengenali beberapa dari wanita itu karena
Benny menghabiskan setengah batang rokoknya, lalu membuangnya ke tempat sampah di sebelahnya."Masih belum cukup lihatnya?" kata Benny dengan nada yang sangat dingin dan tatapan yang terlihat kesal. Meskipun tidak melihat ke sudut itu, dia juga tahu siapa wanita yang sedang melihatnya itu. Seolah-olah dia bisa langsung mengenali wanita itu dari suara langkah kakinya.Setelah kaku sejenak, Wanda menyentuh masker di pipinya dan tidak bergerak.Wanda melihat Benny mengeluarkan sekotak korek api dan perlahan-lahan menggeseknya, lalu menyalakan sebatang rokok lagi. Dia pernah mencoba membeli korek api itu setelah melihatnya, tetapi tidak ada yang menjualnya di daring ataupun toko. Dia berpikir mungkin korek api itu dipesan khusus. Benny kadang-kadang menggunakan pemantik api, tetapi lebih terbiasa menggunakan korek api ini.Saat Benny mengangkat lehernya dan menghembuskan asap rokok, Wanda merasa matanya pedih. Dia menarik masker di pipinya dan diam-diam berbalik, kelihatan jelas berencana
Sienna dan Jacob beristirahat di arena pertarungan sepanjang malam. Setelah memastikan semuanya aman di ibu kota, mereka memutuskan untuk berangkat.Ketika membawa Deshton meninggalkan Deslandia, Jacob berjanji akan mengorek informasi yang berkaitan dengan markas penelitian.Itu sebabnya, Mahib mengizinkannya membawa Deshton pergi. Jika tidak, Jacob tidak mungkin bisa melakukannya sekalipun menjadi buronan.Di area vila di arena pertarungan, Deshton bertanya dengan tidak percaya, "Jacob, kamu yakin mau bawa aku pergi?"Jacob memborgol tangan Deshton di helikopter, lalu menutup pintu. Kepala Deshton tidak sengaja terbentur sesuatu yang tajam. Dia sampai merasa pusing. "Sial!"Deshton melirik Jacob. Ternyata Jacob dan Sienna menaiki helikopter yang berbeda. Kini, prioritas utama adalah menemukan Leslie dan mendapat obat penawar. Kondisi Omar tidak bisa ditunda lagi.Selain itu, mereka harus memahami BK dulu untuk memahami markas penelitian secara mendalam. Deshton tidak diberi peralatan
Ketiga orang itu akhirnya melewati pemeriksaan. Bukannya Sienna tidak ingin membawa terlalu banyak orang, tetapi pulau ini hanya dibuka setengah tahun sekali dan hanya mengizinkan tiga orang masuk. Mereka menghamburkan banyak uang untuk mendapat kuota kali ini.Selain itu, ada aturan yang sangat aneh di sini. Demi mencegah orang-orang yang masuk berkomplot dengan orang luar dan menghancurkan sistem operasional pulau ini, mereka akan dibius supaya kehilangan kesadaran. Ketika bangun kembali, mereka akan terpisah dari rekan mereka.Sienna telah mendapat informasi ini dari Bakti. Saat melihat aturan padat yang diukir di atas batu, Sienna tak kuasa mengernyit. Sebagai manusia yang hidup di zaman modern, dia sulit menerima aturan aneh seperti ini.Jacob berdiri di samping Sienna. Dia memegang wajah Sienna dan berkata, "Setelah masuk, pastikan keselamatanmu dulu. Tidak usah terburu-buru mencariku."Jacob menatap perut Sienna dengan cemas. "Nana, sebenarnya aku nggak ingin kamu masuk."Tempat
Jacob mengernyit. Suara pria ini sedikit familier, mirip Ethan. Namun, seharusnya dia bukan Ethan, melainkan saudara kembarnya.Apa mereka juga datang ke markas penelitian? Jacob tidak berlama-lama di tempat itu. Meskipun bisa mendengar suara, dia tidak bisa melihat situasi di dalam ruangan dengan jelas.Sebagian besar tempat tertutup rapat. Jacob hanya bisa melihat ke luar dari celah. Selain itu, dia tidak menemukan titik penghubung di tempat ini sehingga tidak ada jalan keluar. Dia hanya menemukan titik penghubung di kamar yang ditempatinya.Jacob terus berjalan. Akhirnya, dia menemukan titik penghubung lain yang bisa dibuka. Namun, Jacob tidak langsung membukanya. Dia melihat ke bawah.Jacob melihat kamar yang dikelilingi dinding kaca. Seorang pemuda yang berusia sekitar 18 tahun berbaring di lantai kamar itu.Rambut pemuda itu agak panjang sehingga menutupi sebagian wajahnya. Jacob tidak bisa melihat wajah pemuda itu dengan jelas. Namun, Jacob bisa melihat kalung giok di lehernya.
Sharon mengabaikan sanjungan para staf dan menghampiri orang-orang yang terpilih. Beberapa orang ini sudah kehilangan kesadaran.Sharon sangat puas, lalu tatapannya tertuju pada Jacob. Staf bertanya, "Bu Sharon, ada masalah apa?"Sharon menunjuk Jacob dan menyahut, "Suruh dia ikut aku."Staf tampak dilema. Seharusnya, para staf tidak boleh berpindah ke area lain. Sharon bisa datang karena diberi kebebasan oleh petinggi. Sekarang, Sharon ingin membawa pergi seorang staf."Bagaimana?" tanya Sharon dengan aura yang mengintimidasi.Staf itu berkeringat dingin. Dia menunduk dan menjawab, "Oke. Ini permintaan Bu Sharon. Aku akan segera suruh orang ini ikut kamu."Sharon menegaskan, "Aku mau dia ikut aku sekarang."Staf tersebut tampak ragu-ragu. Akhirnya, dia tidak berbicara lagi. Tatapan Jacob menjadi dingin saat dia mengikuti Sharon. Sepertinya, jabatan Sharon di markas penelitian cukup tinggi.Jacob merasa mengikuti Sharon pergi ke area lain adalah kesempatan yang bagus. Mereka melewati b
"Ed, jangan marah," ucap Hans. Dia tidak tahu kesalahan apa yang diperbuatnya. Hans hanya ingin menyenangkan hati Mae. Dengan begitu, Ed juga ikut senang.Apa Hans membuat masalah lagi? Dia tidak tahu harus berbuat apa. Hans tiba-tiba panik, sepertinya dia akan dimasukkan ke dalam ruang penelitian lagi.Hans memanggil, "Ed ...."Ed merasa suara Hans sangat memusingkan. Dia menarik tangan Hans dengan ekspresi marah. Ed tidak pernah marah kepada Hans, tetapi kali ini dia tidak bisa menahan amarahnya.Ed bertanya dengan ketus, "Kamu berhubungan intim dengannya? Apa yang kamu pikirkan?""Aku ... cuma mau kamu senang," jawab Hans."Kamu merasa aku akan senang?" tanya Ed.Hans tampak kebingungan. Dia terus bertanya-tanya apa Ed tidak senang? Ed tiba-tiba merasa malu. Ekspresinya tidak terlihat lembut lagi.Ed sudah tinggal di ibu kota selama bertahun-tahun. Dia pernah melihat dunia yang penuh dengan intrik. Ed sering menghadapi orang-orang yang licik, tetapi sekarang dia tidak mampu menghada
Ed bertanya, "Bu Mae, markas penelitian membutuhkan genius seperti Luna. Kenapa para petinggi mengizinkannya pergi?"Mae meminum teh, lalu menyahut dengan ekspresi bingung, "Sampai sekarang aku juga nggak paham kenapa Luna bisa pergi. Bahkan, Fredie juga nggak mampu bawa Luna keluar dari markas penelitian. Jadi, aku penasaran dengan Fredie."Mae menambahkan, "Jabatan Fredie di markas penelitian nggak terlalu tinggi. Dia bukan petinggi di sini. Jabatannya hampir setara denganku."Mae hanya termasuk anggota inti markas penelitian. Dia belum mencapai posisi petinggi. Mae tidak bisa membawa seseorang keluar, apalagi Fredie.Ed tidak bisa mencampuri masalah ini, tetapi dia mendengarkan ucapan Mae dengan serius. Mae memijat keningnya dan melanjutkan, "Sharon juga terus mencari masalah denganku. Kali ini, hanya dia yang menolak kamu diangkat menjadi ketua. Bahkan, dia meremehkanku waktu di telepon."Sharon sangat disukai para petinggi. Dia bisa bertindak sesuka hatinya di markas penelitian. S
"Aku memang menginginkannya, tapi saran ketua belum diterima," sahut Ed. Jika dia memiliki senjata mematikan ini, menghabisi Jacob dan lainnya sangat mudah.Hans juga berdiri di depan dinding kaca yang tebal. Dinding kaca ini tidak bisa ditembus peluru. Segala sesuatu yang berada di dalam ruangan bisa diamati dari setiap sisi.Bahkan, para staf langsung mengamati proses perkembangbiakan antara 2 manusia. Semua manusia yang berada di dalam ruangan tidak mempunyai harga diri lagi. Mereka bagaikan hewan yang dikurung di dalam kandang.Bisa dibilang, mereka lebih rendahan daripada hewan. Mereka hanya bahan eksperimen.Ed datang melihat senjata mematikan ini beberapa jam sekali. Setiap kali, keinginan Ed untuk memiliki senjata mematikan ini makin besar.Senjata mematikan ini memakai kalung giok kecil. Katanya, dia sudah memakai kalung itu selama bertahun-tahun. Itu adalah giok biasa, jadi para staf tidak mengambil kalung itu.Kalung tersebut membuat senjata mematikan ini berbeda dengan yang
Anak buah yang mengikuti Jacob adalah ahli. Mereka bisa melewati tes bakat dengan mudah. Akhirnya, ada 14 orang yang melewati tes. Mereka disuruh masuk ke sebuah mobil dan staf mengatakan mereka akan dibawa ke tempat pelatihan.Jacob memandang ke luar jendela sambil mendengar percakapan orang-orang di dalam mobil."Aku nggak menyangka bisa melewati tes. Kali ini, aku harus menghasilkan banyak uang.""Setelah menghasilkan banyak uang, aku nggak akan hidup susah lagi. Orang tuaku juga akan merasa bangga.""Apa aku bisa membeli mobil setelah kembali? Jalan Wally itu tempat yang sangat terkenal di dunia."Jacob bersandar di kursi. Tatapannya menjadi muram. Orang-orang ini tidak tahu mereka akan dibawa ke tempat yang mengerikan.Mobil terus melaju. Selain Jacob dan anak buahnya, tidak ada yang tahu lokasi pelatihan yang disebutkan staf.Empat jam kemudian, mobil berhenti di daerah pedalaman gunung. Sopir menyuruh semua orang turun dari mobil dan menunggu di luar dengan bahasa lokal.Jacob t
Saat terdengar suara di luar pintu, wanita itu pun bangkit karena sepertinya Jacob sudah kembali. "Malam ini aku akan mulai bertindak, sepertinya nanti nggak akan datang mencarimu lagi. Jaga dirimu baik-baik."Wanita berbicara dengan cepat dan langsung keluar sambil menundukkan kepalanya saat Jacob membuka pintu.Jacob sempat melihat wanita itu. Setelah wanita itu keluar, dia baru menutup pintu dan menatap Sienna. "Kenapa dia datang ke sini lagi?""Mengantarkan makanan untukku. Kenapa ada ledakan di luar?" kata Sienna."Aku yang membuatnya. Arlo dan Bakti sudah pergi ke sana. Malam ini mereka akan menyamar sebagai mayat-mayat orang dari Negara Deslandia yang tewas akibat ledakan dan akan dibawa ke rumah sakit," jelas Jacob.Jantung Sienna langsung berhenti sejenak saat mendengar mereka sudah mulai bertindak."Sienna, aku juga harus pergi ke pusat kesejahteraan sekarang," lanjut Jacob.Setelah menjelaskan situasi di pusat kesejahteraan secara singkat, Jacob mengangkat tangan dan mengelu
Bakti yang menopang dagunya menatap Jacob, lalu menatap Arlo dan akhirnya melihat ke arah Sienna yang duduk di sofa. Dia merasa suasana di antara ketiga orang ini terasa aneh, tetapi sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal ini. Jacob sudah bilang mereka akan bertindak malam ini, sehingga dia harus bersiap-siap sekarang.Di dalam kamar, Arlo menatap Bakti dan berkata, "Kamu akan bergerak bersamaku, kamu harus berhati-hati."Bakti yang merasa lucu langsung tersenyum. "Tenang saja."Saat ini, Jacob sudah keluar. Sebelum pergi, dia menggendong Sienna ke dalam kamar untuk tidur.Sienna tidur dengan nyenyak, sehingga dia tidak terbangun. Saat mendengar suara ledakan di luar pada malam harinya, dia baru terbangun karena terkejut dan segera bangkit dari tempat tidur untuk pergi ke ruang tamu. Dia merasa gelisah saat melihat ketiga pria itu tidak ada di sana, lalu menemukan selembar kertas yang ditinggalkan Jacob di saklar lampu di dekat pintu.[ Jangan keluar, aku akan segera kembali. ]M
Sienna segera berbalik dan membuka pintu kamar tidurnya. Kamar hotel yang dipesannya adalah tipe suite, sehingga di luar adalah ruang tamu saat dia membuka pintunya.Jacob, Arlo, dan Bakti sedang duduk di sofa di ruang tamu itu. Ruang tamu di sini tidak luas dan sofanya juga kecil, sehingga tiga pria itu duduk dengan agak berdesakan.Melihat Sienna yang keluar dengan hanya mengenakan piama, Jacob yang awalnya sedang menunjukkan beberapa titik di peta langsung tertegun sejenak.Sienna baru menyadari dirinya masih mengenakan piama saat melihat ekspresi Jacob. Namun, selain piama yang semalam sudah dikeluarkannya sebelumnya, saat ini dia tidak memiliki pakaian lain karena kopernya sudah dibawa pergi.Jacob juga tidak melihat ada koper Sienna di sana. Dia mengira Sienna datang terburu-buru, sehingga tidak membawa apa-apa. "Kamu istirahat saja lagi, aku akan pergi membelikan pakaian untukmu.""Ya," jawab Sienna, lalu menutup pintu dengan wajah yang memerah.Jacob meletakkan peta di depan ke