Saat ini, Sienna berada di gunung di Armania, di mana binatang buas akan muncul kapan pun. Mungkin juga, dia akan berada dalam bahaya karena bertemu dengan pria bersenjata yang berniat jahat. Namun, jika dia tinggal di sini, dia hanya akan ditangkap kembali. Pada saat itu, tidak akan ada kesempatan kedua untuk melarikan diri, K pasti tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi.Sienna langsung membuka pintu mobil dan melaju ke dalam hutan gelap. Mobil itu dibiarkan terparkir di tepi jalan dan membuang sol sepatu hak tingginya agar menjadi sepatu datar, lalu mulai menuruni lereng gunung melalui hutan. Dia tidak berani berjalan di jalan utama karena jantungnya berdebar ketakutan.Dia sangat ingin bebas dan bertemu dengan pria yang dicintainya. Dia bahkan tidak takut terhadap kematian, hanya ingin segera bertemu dengan Jacob. Air mata kegembiraannya pun mengalir.Setelah berlari dari malam hingga pagi, Sienna sudah kelelahan. Namun, naluri untuk bertahan hidup membuatnya terus bergerak
Ethan menatapnya. Setelah terdiam beberapa saat, dia baru memanggil, "Sienna, ini aku."Sienna tidak tahu harus bagaimana merespons. Dia tahu dirinya terlihat sangat menyedihkan, tetapi tidak punya waktu untuk menjelaskan."Pak Ethan, kenapa kamu ada di sini?""Pria tua ini punya status mulia di Armania. Dulu aku dokter pribadi Keluarga Shankar, makanya bisa mengenalnya. Setiap kali ke Armania, aku akan memerika kesehatannya.""Itu artinya, kamu akan pergi ke pusat kota Armania?""Ya.""Bawa aku, aku mau bertemu Jacob.""Kamu harus tunggu setengah jam dulu.""Oke."Sienna akhirnya merasa tenang. Manusia tidak akan bisa berpikir dengan baik saat merasa lapar dan panik.Sienna duduk di sofa tanpa bersuara. Dia melihat Ethan membawa pria tua itu ke ruangan lain. Ethan seharusnya akan memeriksanya di sana.Begitu pintu ditutup, ekspresi penuh cinta kasih pria tua itu sontak hilang. Dia melirik Ethan dengan penuh minat.Ethan memeriksa kesehatan pria tua itu dengan ekspresi datar, lalu beru
"Sekarang dia sangat sibuk. Menyelundup masuk bukan hal sepele. Dia harus terus berwaspada. Apalagi, yang menjemputnya adalah Andro dari Keluarga Sondakh.""Kamu mungkin nggak tahu soal Keluarga Sondakh. Mereka agak tertutup. Semua yang mereka lakukan mendapat izin dari atasan. Mereka nggak pernah melampaui batas, kadang juga membantu atasan.""Pokoknya mereka sangat misterius. Andro adalah Kepala Keluarga Sondakh. Dia sakit-sakitan. Saat Jacob menggila hari itu, dia menyinggung banyak orang. Dia menahan barang-barang Keluarga Deandra dan Keluarga Sondakh. Perbuatannya ini menyinggung Keluarga Sondakh dan Ronald," jelas Ethan."Kalau begitu, apa Keluarga Sondakh akan menyerangnya?" tanya Sienna."Nggak akan. Aku sudah minta bantuan mereka. Paling-paling Jacob akan dicela habis-habisan. Andro memang gila, tapi dia orang yang tepat janji," timpal Ethan.Sienna menghela napas lega. "Pak Ethan, terima kasih banyak.""Jacob temanku. Sudah seharusnya aku membantunya," sahut Ethan dengan nada
Sienna berdiri di depan vila. Sebelum dia berbicara, gerbang di belakang perlahan-lahan terbuka. Dia pun melangkah masuk.Pemandangan di dalam sini sangat indah. Tidak termasuk megah, tetapi sangat hangat. Gaya bangunannya hampir sama dengan vila milik pria tua itu.Sienna mengembuskan napas lega, lalu membuka pintu. Di dalam sana, terlihat beberapa pelayan sedang menyapu. Ketika melihat Sienna, para pelayan hanya mengangguk dengan wajah datar, lalu lanjut menyapu.Sienna berlari seharian. Dia merasa lelah dan lapar. Dia bertanya, "Bisa tolong siapkan baju untukku? Aku juga lapar.""Nona, Tuan sudah memberi kami instruksi. Aku bawa kamu ke lantai atas dulu."Sienna merasa Ethan sangat perhatian padanya. "Terima kasih."Setibanya di lantai atas, Sienna pun mandi. Ketika melihat bekas cambukan di tubuhnya, alisnya tak kuasa berkerut. Jacob pasti sedih melihat luka-luka di tubuhnya.Tanpa ramuan itu, bekas cambukan ini tidak akan pulih secepat sebelumnya. Sienna menyentuh lukanya. Kadang,
Jacob tahu. Jika bukan karena ada yang berpesan kepada Andro, mungkin dirinya sudah ditembak mati sejak tadi. Andro memang kejam, tetapi setidaknya tidak akan membunuhnya untuk sekarang.Jacob tersenyum kepada Andro, lalu duduk di kursi santai di sebelah, membiarkan cahaya matahari menyinari tubuhnya. "Andro, kapalmu nyaman sekali."Andro tersenyum menyipitkan mata. Ketika dia hendak memainkan belati di tangannya, pengawal di samping tiba-tiba berkata dengan takut, "Bos, Nona Keluarga Parera telepon tanya kapan kita akan pulang. Katanya dia ingin makan denganmu."Aura suram yang dipancarkan Andro sontak menghilang. Jacob bisa melihat senyuman bahagia pada wajahnya."Beri tahu dia tiga hari lagi," timpal Andro. Setelah naik kapal, mereka akan naik pesawat dan naik kapal lagi. Untuk tiba di rumah Keluarga Sondakh, setidaknya membutuhkan tiga hari."Oke. Nona menyuruhmu jaga kesehatan," ucap pengawal itu.Senyuman Andro menjadi makin lebar. Dia mengiakan. "Ya."Jacob awalnya berbaring di
Lokasi Benny sangat jauh dari pusat kota, hampir di perbatasan kota lain. Saat ini, kapal berhenti di sana karena mereka memang akan menemui Benny.Jacob mengangguk dan segera turun dari kapal. Dia masuk ke mobil yang sudah menunggunya di luar. Setelah tiba di vila tersebut, dia masuk sendirian.Andro sudah memberikan kartu akses kepadanya. Meskipun terlihat sangat tidak rela, Jacob tak peduli. Dia langsung merebut kartu itu.Andro menatapnya dengan dingin. Tatapannya gelap dan dalam, mungkin sudah beberapa kali dia ingin menyerang. Hanya saja, Jacob mengabaikannya dan langsung masuk ke aula vila.Tidak ada siapa-siapa di sana, jadi Jacob melangkah naik ke lantai atas. Dia berpikir bahwa Benny mungkin sedang beristirahat.Namun begitu sampai di koridor, Jacob mendengar suara seorang wanita. "Jangan, Benny. Aku benar-benar lelah.""Sabar, sebentar lagi," ucap Benny.Keringat membasahi dahi Wanda. Dia terengah-engah akibat ciuman dari Benny dan merasa seperti akan tenggelam.Benny mengen
Jacob datang dengan tergesa-gesa. Suaranya terdengar seperti sedang menginterogasi. Awalnya dia ingin menanyakan apakah Benny masih ingat hal-hal lain, tetapi yang mengejutkan, Benny bahkan tidak ingat siapa dirinya.Wanda duduk di sofa dan tidak berani menatap Jacob. Dia hanya menggenggam baju Benny sambil berucap pelan, "Tuan Jacob, setelah Pak Benny bangun, ingatannya agak kabur. Dia terluka sangat parah, jadi ...."Warna merah di wajahnya menjalar hingga lehernya. Itu membuat Wanda terlihat seperti udang yang sudah matang.Benny memeluk Wanda dan menepuk punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya. Dia bertanya, "Kenapa kamu takut sama dia?" Mendengar itu, tubuh Wanda terasa panas. Dia mencengkeram kain di pangkuannya erat-erat.Jacob yang merasa kesal pun menyalakan sebatang rokok, lalu berucap, "Suruh dia naik dulu, aku mau bicara berduaan denganmu."Wanda langsung menggenggam tangan Benny. Dia memberi tahu, "Benny, dia benaran teman baikmu. Dia datang karena khawatir padamu."
Jacob berkata jujur. Hanya dengan memberi tahu Wanda tentang konsekuensinya, dia bisa mengerti apa yang harus dilakukan selanjutnya.Wanda seperti terpaku di tempat. Dia hanya bisa melihat Jacob membuka pintu dan pergi. Pikirannya mulai dipenuhi dengan ingatan-ingatan tentang masa lalu bersama Benny. Pria itu selalu tanpa ekspresi dan kata-katanya selalu penuh dengan sindiran dan penghinaan.Selain memenuhi kebutuhan fisiknya, satu-satunya alasan Benny mau membantu Wanda hanyalah karena dia merasa enak saat tidur dengannya. Dia sendiri yang mengakuinya.Benny tidak pernah tidur dengan wanita lain, bahkan tidak ingin mencoba. Rasa jijiknya terhadap wanita sudah mendarah daging.Wanda yang memulai hubungan ini dengan cara yang tidak biasa. Meskipun Benny merasa sangat jijik, dia berpikir karena sudah tidur bersama, apa salahnya melakukannya lagi?Bagi Benny, ini juga cara yang baik untuk melampiaskan emosinya. Inilah alasan dia tidak pernah bersikap baik kepada Wanda.Wanda duduk di sofa
Ed melempar pisau itu ke tong sampah, lalu menyerahkan 00 kepada Hans dan berujar, "Tanya Bu Mae sekarang Fredie ada di mana."Orang abnormal seperti Fredie pasti tidak akan melepaskan wanita yang sangat mirip dengan Luna. Niat jahat Ed muncul, dia merasa seperti Sienna yang menderita jika 00 dinodai Fredie. Mana mungkin Fredie sama sekali tidak menyentuh Luna setelah mengurungnya selama bertahun-tahun?Jika Luna dan putrinya sama-sama dinodai Fredie, ini hal yang menarik. Ed merasa antusias begitu memikirkan hal ini.Sebelumnya 00 memang dilatih secara profesional, tetapi dia hanya berlatih untuk meniru Sienna. Kemampuan bertarung 00 tidak begitu hebat. Dia tidak bisa melindungi dirinya dari orang munafik seperti Ed.Sekarang kedua tangan 00 ditahan sehingga dia sama sekali tidak bisa bergerak. Dia berteriak, "Lepaskan aku!"Ed menyahut, "Aku bisa lepaskan kamu. Tapi, kamu harus beri tahu aku di mana Jacob dan apa tujuannya."Apa Jacob benar-benar masuk ke markas penelitian? Namun, un
Namun, sekarang mereka tidak bisa mengeluarkan Arlo. Begitu bahan eksperimen hilang, semua anggota markas penelitian akan menyadari ada orang yang menyusup. Nantinya semua orang di markas penelitian akan diperiksa.Jacob dan lainnya yang belum berhasil kabur akan terekspos. Mereka tidak akan bisa keluar lagi. Sekarang Jacob harus kembali ke ventilasi, lalu mengambil kembali botol-botol obat dan mengembalikannya ke tempat semula. Dengan begitu, Jacob baru bisa menghilangkan kecurigaan terhadap dirinya."Bakti, kamu kembali ke tempatmu dulu," ucap Jacob.Bakti bertanya, "Bagaimana dengan Arlo?"Jacob memijat kening seraya menyahut, "Aku lihat dia masih bernapas. Seharusnya dia belum mati. Kalau kita mengeluarkannya, kita semua pasti mati."Tentu saja Bakti memahami hal ini. Kemudian, Bakti pergi. Jacob kembali ke ruang penelitian Sharon. Ruangan ini tidak terpengaruh, tetapi Sharon menghilang.Jacob tidak curiga. Dia langsung kembali ke kamarnya, lalu memanjat ke ventilasi dan mengambil
Jacob tahu itu adalah suara pria berseragam yang muncul di aula utama. Seharusnya dia mengikuti rapat di Armania, tetapi banyak kamera pengawas dipasang di berbagai sudut markas penelitian. Cepat atau lambat pria berseragam pasti akan mengetahui kekacauan di sini.Hanya saja, Jacob tidak menyangka pria itu akan mengetahuinya begitu cepat. Jacob terus memutar otak, lalu membuka pintu kandang binatang buas. Semua binatang buas pun keluar.Bakti yang berdiri di samping bertanya, "Memangnya ada gunanya? Kekacauan yang kita buat langsung digagalkan oleh suara bel yang aneh. Aku rasa orang-orang di sini sudah dihipnosis. Apa pun kondisinya, mereka akan segera bangun begitu mendengar suara bel itu."Jacob menjawab, "Ada. Sekelompok binatang buas ini sudah dijinakkan. Kalau mereka dilepaskan, mereka hanya ingin kabur. Binatang buas ini cuma berani makan orang yang dimasukkan ke kandang."Jacob melanjutkan, "Waktu melihat orang di luar kandang, semua binatang buas ini akan ketakutan dan mengamu
Dulu Ed memang ingin mendapatkan lencana itu, tetapi sekarang dia sama sekali tidak menyentuhnya. Hans yang mengambil lencana itu dan memainkannya sejenak sebelum menyematkannya di pakaian Ed.Ed tiba-tiba merasa sesak. Amarahnya hampir meledak. Ed menarik napas dalam-dalam, lalu melihat lencana di dadanya. Dia menepis tangan Hans.Hans melirik Ed dengan gugup dan berjalan ke pintu. Setelah pintu ditutup, Ed merasa gusar. Dia menarik napas lagi, lalu mengambil rokok. Begitu Ed menyalakan rokok, tiba-tiba terdengar suara raungan yang keras.Ed membuang abu rokok dan pergi ke aula utama untuk memeriksa kondisinya. Suasana di aula kacau balau. Pemuda di ruang eksperimen nomor 8 dilepaskan. Sekarang terdengar suara tembakan.Selain itu, asap putih mengepul dan menyebar dengan cepat. Seketika, seluruh ruangan diselimuti asap.Para staf penelitian di aula panik. Mereka meringkuk di sudut karena takut diincar senjata mematikan itu.Senjata mematikan itu paling membenci staf penelitian. Setida
Pria berseragam mengamati Sharon dan bertanya, "Sepertinya Bu Sharon nggak menyukai Ed. Padahal itu orang yang direkomendasikan Mae."Sharon lanjut menyusun tabung reaksi, lalu menjawab dengan datar, "Aku cuma nggak merasa cocok."Ketujuh petinggi tidak mengatakan apa pun. Mereka tahu sifat Sharon agak aneh. Jacob yang berdiri di depan Sharon bisa melihat layar dengan jelas.Seharusnya ruang rapat para petinggi tidak terletak di area ini. Desain ruangannya jauh berbeda. Yang membuat Jacob bingung adalah latar belakang tempat para petinggi berada tampak sangat familier. Namun, Jacob tidak bisa mengingatnya.Jacob yakin tempat itu bukan bagian internal markas penelitian. Dia mengernyit, mungkin mereka memang tidak berada di area ini. Bahkan, mereka tidak berada di Kango.Tidak ada yang tahu identitas ketujuh petinggi ini. Kemungkinan besar mereka adalah petinggi dari negara lain, jadi mereka memakai topeng. Mungkin juga mereka tidak mengetahui identitas satu sama lain dan hanya merupakan
Di Afrikan. Sienna terus memperhatikan berita di dalam negeri. Setelah memastikan Cristin dihujat habis-habisan, Sienna baru merasa puas.Sienna tidak menelepon Wanda. Nantinya Wanda pasti akan meminta maaf kepada Sienna lagi. Lebih baik dia tidak mengganggu Wanda dan membiarkannya istirahat untuk beberapa waktu.Sienna mengusap matanya, lalu meletakkan laptop di atas meja. Wanita di samping mengingatkan, "Ibu hamil harus batasi penggunaan peralatan elektronik."Sienna pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Ketika keluar, matanya tetap memerah. Belum ada kabar dari Jacob. Minggu ini Sienna kurang istirahat, dia sering terbangun saat tengah malam karena mimpi buruk.Sekarang Sienna merasa lelah sesudah mengurus masalah di dalam negeri. Setelah menunggu 1 hari lagi, Sienna sudah kehilangan kesabaran.Sienna menelepon Jero, mungkin saja Jero sudah mendapatkan petunjuk. Jero berucap, "Nggak ada, Sienna. Kamu nggak usah khawatir. Sistem di markas penelitian sangat rumit, kemungkinan merek
Keesokan harinya, Wanda baru mendengar kabar Cristin pergi ke luar negeri. Rebecca mengira Wanda akan merasa senang, tetapi Wanda tetap terlihat tenang. Wanda terus memandang ke luar jendela. Setelah beberapa saat, dia baru mengangguk.Wanda makin kurus. Wajahnya tampak tirus. Saat bermimpi di malam hari, Wanda akan memanggil, "Wanwan."Wanda tidak berani membayangkan bagaimana Wanwan mati. Setiap mengingat hal ini, Wanda akan membenci dirinya yang tidak berguna.Rebecca mengkhawatirkan kondisi mental Wanda, jadi dia ingin mengundang psikolog. Wanda menolak, "Nggak usah, cuma tubuhku yang sakit. Aku cuma butuh istirahat yang cukup."Wanda diantar pulang. Makanan anjing dan air di mangkuk masih ada, tetapi Wanwan sudah pergi. Wanda takut dirinya menangis di depan Rebecca. Dia segera tersenyum dan berujar, "Rebecca, jadwalmu sudah terganggu. Sebaiknya kamu kembali syuting. Kamu tenang saja, aku pasti istirahat di rumah."Rebecca mengangguk, lalu berpesan setelah berpikir sejenak, "Aku s
Cristin masih linglung ketika dibawa keluar dari kediaman Keluarga Salim. Dia sudah berlutut sambil memohon pada keluarganya, tetapi tidak ada yang membelanya. Bahkan, kakak Cristin juga menghindari adiknya. Semua orang tetap terdiam.Dulu, kehidupan Cristin sangat indah. Sekarang dia berakhir tragis. Sebelumnya, Cristin merasa Wanda sangat kasihan. Wanda dicampakkan orang tuanya dan semua orang, bahkan Benny juga tidak menginginkannya lagi. Biarpun Wanda memohon, Benny juga tidak memedulikannya. Namun, saat ini nasib Cristin sama seperti Wanda. Dia juga dicampakkan begitu saja.Cristin naik ke mobil, lalu dia dibawa ke sebuah vila. Sopir berkata, "Nona Cristin, cepat bereskan kopermu. Pesawat terbang 3 jam lagi. Ke depannya kamu nggak usah pulang."Ini adalah keputusan Keluarga Salim. Mereka juga telah mengumumkan keputusan ini di internet dan memberi keluarga siswa yang mati itu kompensasi sebesar 20 miliar.Namun, para netizen tetap menghujat Cristin dan Keluarga Salim. Semua masal
Tubuh Cristin lemas. Dia meremas ponselnya dan air matanya terus mengalir. Anggota Keluarga Salim masih mengetuk pintu kamar Cristin sambil berseru."Cristin, apa kamu sudah lihat berita di internet? Saham Keluarga Salim anjlok lagi. Sebaiknya kamu minta maaf. Tindakanmu memang keterlaluan.""Hujatan di internet terus bertambah. Para pemegang saham mulai marah-marah. Kalau kamu nggak bersuara, kemungkinan besar Keluarga Salim akan diperiksa petinggi."Cristin yang duduk di lantai memeluk kedua kakinya. Bahunya terus bergetar. Dia berteriak, "Aku nggak mau minta maaf pada wanita rendahan itu!"Anggota Keluarga Salim di luar berang setelah mendengar ucapan Cristin. Bisa-bisanya Cristin bersikap kekanak-kanakan pada saat-saat seperti ini!Salah satu anggota Keluarga Salim membalas, "Oke. Kalau kamu nggak mau minta maaf, Keluarga Salim akan segera mengumumkan bahwa kamu sudah diusir! Ke depannya semua tindakanmu nggak ada hubungannya dengan Keluarga Salim! Kamu pikirkan baik-baik!"Keluarg