Nada suara 003 menjadi muram. Dia baru menyadari semua orang sudah ditipu Sienna selama ini, penglihatannya sudah pulih sejak lama. Pantas saja Sienna mengetahui pemikirannya di dalam hatinya dan bahkan memprediksi tindakannya. Dia terkadang menurunkan kewaspadaannya karena menganggap Sienna yang berada di depannya buta."Benar. Penglihatanku sudah lama pulih, jadi aku bisa melihat jelas perasaan nggak sukamu padaku karena kamu juga mengincar posisi itu. Tapi, aku harus berterima kasih padamu. Kalau kamu nggak bekerja sama dengan 002 dan inisiatif bekerja sama dengan rencanaku, aku nggak akan keluar dari sana dengan begitu cepat. Sampai jumpa," kata Sienna, lalu langsung menginjak pedal gas dan pergi.003 tidak seperti 002 yang begitu gegabah, tetapi Sienna yang seperti ini tetap membuatnya terkejut. Saat berbaring di tepi jalan, dia merasa marah dan malu. Dia paling benci dipermainkan orang, terutama oleh seorang wanita yang diremehkannya.Dia memandang rendah Sienna yang buta sama se
Saat ini, Sienna berada di gunung di Armania, di mana binatang buas akan muncul kapan pun. Mungkin juga, dia akan berada dalam bahaya karena bertemu dengan pria bersenjata yang berniat jahat. Namun, jika dia tinggal di sini, dia hanya akan ditangkap kembali. Pada saat itu, tidak akan ada kesempatan kedua untuk melarikan diri, K pasti tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi.Sienna langsung membuka pintu mobil dan melaju ke dalam hutan gelap. Mobil itu dibiarkan terparkir di tepi jalan dan membuang sol sepatu hak tingginya agar menjadi sepatu datar, lalu mulai menuruni lereng gunung melalui hutan. Dia tidak berani berjalan di jalan utama karena jantungnya berdebar ketakutan.Dia sangat ingin bebas dan bertemu dengan pria yang dicintainya. Dia bahkan tidak takut terhadap kematian, hanya ingin segera bertemu dengan Jacob. Air mata kegembiraannya pun mengalir.Setelah berlari dari malam hingga pagi, Sienna sudah kelelahan. Namun, naluri untuk bertahan hidup membuatnya terus bergerak
Ethan menatapnya. Setelah terdiam beberapa saat, dia baru memanggil, "Sienna, ini aku."Sienna tidak tahu harus bagaimana merespons. Dia tahu dirinya terlihat sangat menyedihkan, tetapi tidak punya waktu untuk menjelaskan."Pak Ethan, kenapa kamu ada di sini?""Pria tua ini punya status mulia di Armania. Dulu aku dokter pribadi Keluarga Shankar, makanya bisa mengenalnya. Setiap kali ke Armania, aku akan memerika kesehatannya.""Itu artinya, kamu akan pergi ke pusat kota Armania?""Ya.""Bawa aku, aku mau bertemu Jacob.""Kamu harus tunggu setengah jam dulu.""Oke."Sienna akhirnya merasa tenang. Manusia tidak akan bisa berpikir dengan baik saat merasa lapar dan panik.Sienna duduk di sofa tanpa bersuara. Dia melihat Ethan membawa pria tua itu ke ruangan lain. Ethan seharusnya akan memeriksanya di sana.Begitu pintu ditutup, ekspresi penuh cinta kasih pria tua itu sontak hilang. Dia melirik Ethan dengan penuh minat.Ethan memeriksa kesehatan pria tua itu dengan ekspresi datar, lalu beru
"Sekarang dia sangat sibuk. Menyelundup masuk bukan hal sepele. Dia harus terus berwaspada. Apalagi, yang menjemputnya adalah Andro dari Keluarga Sondakh.""Kamu mungkin nggak tahu soal Keluarga Sondakh. Mereka agak tertutup. Semua yang mereka lakukan mendapat izin dari atasan. Mereka nggak pernah melampaui batas, kadang juga membantu atasan.""Pokoknya mereka sangat misterius. Andro adalah Kepala Keluarga Sondakh. Dia sakit-sakitan. Saat Jacob menggila hari itu, dia menyinggung banyak orang. Dia menahan barang-barang Keluarga Deandra dan Keluarga Sondakh. Perbuatannya ini menyinggung Keluarga Sondakh dan Ronald," jelas Ethan."Kalau begitu, apa Keluarga Sondakh akan menyerangnya?" tanya Sienna."Nggak akan. Aku sudah minta bantuan mereka. Paling-paling Jacob akan dicela habis-habisan. Andro memang gila, tapi dia orang yang tepat janji," timpal Ethan.Sienna menghela napas lega. "Pak Ethan, terima kasih banyak.""Jacob temanku. Sudah seharusnya aku membantunya," sahut Ethan dengan nada
Sienna berdiri di depan vila. Sebelum dia berbicara, gerbang di belakang perlahan-lahan terbuka. Dia pun melangkah masuk.Pemandangan di dalam sini sangat indah. Tidak termasuk megah, tetapi sangat hangat. Gaya bangunannya hampir sama dengan vila milik pria tua itu.Sienna mengembuskan napas lega, lalu membuka pintu. Di dalam sana, terlihat beberapa pelayan sedang menyapu. Ketika melihat Sienna, para pelayan hanya mengangguk dengan wajah datar, lalu lanjut menyapu.Sienna berlari seharian. Dia merasa lelah dan lapar. Dia bertanya, "Bisa tolong siapkan baju untukku? Aku juga lapar.""Nona, Tuan sudah memberi kami instruksi. Aku bawa kamu ke lantai atas dulu."Sienna merasa Ethan sangat perhatian padanya. "Terima kasih."Setibanya di lantai atas, Sienna pun mandi. Ketika melihat bekas cambukan di tubuhnya, alisnya tak kuasa berkerut. Jacob pasti sedih melihat luka-luka di tubuhnya.Tanpa ramuan itu, bekas cambukan ini tidak akan pulih secepat sebelumnya. Sienna menyentuh lukanya. Kadang,
Jacob tahu. Jika bukan karena ada yang berpesan kepada Andro, mungkin dirinya sudah ditembak mati sejak tadi. Andro memang kejam, tetapi setidaknya tidak akan membunuhnya untuk sekarang.Jacob tersenyum kepada Andro, lalu duduk di kursi santai di sebelah, membiarkan cahaya matahari menyinari tubuhnya. "Andro, kapalmu nyaman sekali."Andro tersenyum menyipitkan mata. Ketika dia hendak memainkan belati di tangannya, pengawal di samping tiba-tiba berkata dengan takut, "Bos, Nona Keluarga Parera telepon tanya kapan kita akan pulang. Katanya dia ingin makan denganmu."Aura suram yang dipancarkan Andro sontak menghilang. Jacob bisa melihat senyuman bahagia pada wajahnya."Beri tahu dia tiga hari lagi," timpal Andro. Setelah naik kapal, mereka akan naik pesawat dan naik kapal lagi. Untuk tiba di rumah Keluarga Sondakh, setidaknya membutuhkan tiga hari."Oke. Nona menyuruhmu jaga kesehatan," ucap pengawal itu.Senyuman Andro menjadi makin lebar. Dia mengiakan. "Ya."Jacob awalnya berbaring di
Lokasi Benny sangat jauh dari pusat kota, hampir di perbatasan kota lain. Saat ini, kapal berhenti di sana karena mereka memang akan menemui Benny.Jacob mengangguk dan segera turun dari kapal. Dia masuk ke mobil yang sudah menunggunya di luar. Setelah tiba di vila tersebut, dia masuk sendirian.Andro sudah memberikan kartu akses kepadanya. Meskipun terlihat sangat tidak rela, Jacob tak peduli. Dia langsung merebut kartu itu.Andro menatapnya dengan dingin. Tatapannya gelap dan dalam, mungkin sudah beberapa kali dia ingin menyerang. Hanya saja, Jacob mengabaikannya dan langsung masuk ke aula vila.Tidak ada siapa-siapa di sana, jadi Jacob melangkah naik ke lantai atas. Dia berpikir bahwa Benny mungkin sedang beristirahat.Namun begitu sampai di koridor, Jacob mendengar suara seorang wanita. "Jangan, Benny. Aku benar-benar lelah.""Sabar, sebentar lagi," ucap Benny.Keringat membasahi dahi Wanda. Dia terengah-engah akibat ciuman dari Benny dan merasa seperti akan tenggelam.Benny mengen
Jacob datang dengan tergesa-gesa. Suaranya terdengar seperti sedang menginterogasi. Awalnya dia ingin menanyakan apakah Benny masih ingat hal-hal lain, tetapi yang mengejutkan, Benny bahkan tidak ingat siapa dirinya.Wanda duduk di sofa dan tidak berani menatap Jacob. Dia hanya menggenggam baju Benny sambil berucap pelan, "Tuan Jacob, setelah Pak Benny bangun, ingatannya agak kabur. Dia terluka sangat parah, jadi ...."Warna merah di wajahnya menjalar hingga lehernya. Itu membuat Wanda terlihat seperti udang yang sudah matang.Benny memeluk Wanda dan menepuk punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya. Dia bertanya, "Kenapa kamu takut sama dia?" Mendengar itu, tubuh Wanda terasa panas. Dia mencengkeram kain di pangkuannya erat-erat.Jacob yang merasa kesal pun menyalakan sebatang rokok, lalu berucap, "Suruh dia naik dulu, aku mau bicara berduaan denganmu."Wanda langsung menggenggam tangan Benny. Dia memberi tahu, "Benny, dia benaran teman baikmu. Dia datang karena khawatir padamu."
Wiandro melihat jam, lalu bertanya kepada Wanda, "Kamu butuh berapa menit?""Sepuluh menit sudah cukup," sahut Wanda.Mereka berdua pergi ke ruang privat yang tenang. Wanda duduk tegak. Wajahnya yang membengkak tampak sangat mencolok.Namun, Wiandro tiba-tiba merasa Wanda bukan wanita yang lemah. Mungkin Wanda hanya gentar saat menghadapi Benny.Hanya saja, ini bukan urusan Wiandro. Pihak yang jatuh cinta terlebih dahulu pasti akan disakiti.Wanda menjelaskan, "Pak Wiandro, aku ingin tahu masalah Keluarga Hanaya. Willow itu temannya Bu Sienna, jadi aku khawatir. Hari ini, aku menghubungi Willow, tapi Willow bilang dia baik-baik saja."Wanda menambahkan, "Media terus memberitakan masalah Keluarga Hanaya. Apa ayah Willow benar-benar dipenjara?"Saat menanyakan hal ini, sebenarnya Wanda menebak apa yang diberitakan media memang benar. Ayah Willow memang dipenjara.Namun, yang paling penting adalah peran Dickson dalam permasalahan ini. Jika Dickson yang memenjarakan presdir Hanaya Jeweller
Tatapan semua orang tertuju pada Wanda. Suasana menjadi hening. Kemudian, Cristin yang berpura-pura terkejut menutup mulutnya.Cristin berseru, "Ada apa dengan wanita ini? Kenapa dia bisa masuk ke sini? Cepat suruh orang seret dia keluar."Wiandro melirik Cristin sekilas. Seharusnya Hilda tidak bisa masuk ke bar ini. Sepertinya, ini trik Cristin.Hanya saja, awalnya Cristin berencana membuat Hilda dipermalukan di depan Benny. Tidak disangka, Wanda datang. Jadi, Cristin bisa membereskan Hilda dan Wanda sekaligus.Petugas keamanan menarik Hilda, tetapi Hilda masih tidak berhenti memaki, "Lepaskan aku! Aku mau habisi wanita sialan itu! Dasar wanita murahan! Berengsek!"Kata-kata Hilda sangat kasar. Semua orang di tempat mengernyit. Cristin malah sengaja bertanya, "Bu Wanda, ibumu sudah diseret keluar. Apa kamu nggak melihat kondisinya?"Cristin menambahkan, "Sekalian beri dia pelajaran. Sebagai sesama wanita, seharusnya dia nggak bicara begitu kasar. Didikan keluarganya benar-benar mempri
Setiap kali bertemu, Sherly selalu menuangkan minuman ke tubuh Wanda. "Wanda, aku rasa kamu masih belum mengerti apa yang sudah kukatakan sebelumnya, kamu dan kakakku dari dunia yang berbeda. Kamu nggak tahu malu ya? Kamu ingin kakakku bertindak sekejam apa baru kamu mau menyerah?"Kata-kata ini membuat Wanda merasa malu. Malam ini dia bukan datang untuk mencari Benny dan dia memang tidak tahu Benny ada di sini.Pada saat itu, Sherly mendekat untuk menjambak rambut Wanda dan langsung menamparnya. Dia ingin menghindar, tetapi dua pengawal Sherly mendekat dan langsung menekan bahunya dengan kuat.Plak!Sherly merasa masih belum puas setelah menampar Wanda sekali, sehingga dia menampar dua kali lagi. Wajah Wanda pun langsung membengkak, tetapi Wanda sudah terbiasa dengan perlakuan ini."Cepat pergi. Dengar baik-baik. Malam ini adalah kencan pertama Kak Cristin dan kakakku. Kalau kamu berani mengganggu mereka, aku akan langsung mengulitimu," kata Sherly. Namun, setelah mengatakan itu, pand
[ Kalau kami ingin pergi berjalan-jalan, aku bisa menemanimu. ]Wanda mengirim pesan itu lagi, tetapi dia tahu Willow pasti akan menolaknya.[ Nggak perlu, aku benar-benar baik-baik saja. Sienna juga baru saja meneleponku, tapi dia sangat sibuk. Nggak usah dibicarakan lagi, aku juga ada urusan di sini. ][ Baiklah, kamu sibuk saja dulu. ]Wanda meletakkan ponselnya dan melihat kantor di depannya. Dia sudah lembur selama dua hari berturut-turut dan tidak pulang sama sekali. Yang dilakukannya hanya mencuci muka dan mengganti pakaian di ruang istirahat di kantor, lalu langsung kembali bekerja tanpa membuang waktu sedikit pun. Setelah sekarang memiliki sedikit waktu untuk bersantai, matanya terasa pedih.Pada saat itu, ada seseorang yang mengetuk pintu kantor dan yang masuk adalah Manfred dengan sebuah berkas di tangannya. Melihat Wanda masih berada di sana, dia tercengang. "Kamu nggak pulang selama dua hari ini?""Ya, aku ingin menyelesaikan berkas-berkas selama sebulan ini," jawab Wanda.
Wanita itu merasa sangat benci. Dia bertanya-tanya mengapa ada perdagangan manusia di dunia ini, ada orang yang menculik anak-anak di jalanan, dan dia yang harus mengalami semua ini.Dia tidak bisa keluar dari trauma itu dan terus mimpi buruk selama bertahun-tahun ini, sehingga dia berusaha melatih dirinya dan menjadi lebih kuat. Di dalam mimpinya, dia sudah berkali-kali mencegah bencana itu terjadi dan memegang tangan adiknya. Oleh karena itu, dia merasa dunia terasa begitu tidak nyata setiap kali terbangun."Sienna, kamu percaya dia masih hidup dan sedang menungguku, 'kan? Kadang-kadang, aku bahkan bisa mendengarnya memanggilku kakak."Sienna mengambil tisu dari samping dan memberikannya pada wanita itu.Wanita itu tidak mengambil tisunya, melainkan berbaring dan perlahan-lahan menutup matanya yang terus berlinang air mata.Sienna juga tidak tahu harus berkata apa, hanya bisa pergi dengan diam-diam agar wanita itu bisa menenangkan diri sejenak. Dia masih tidak merasa mengantuk setela
Meskipun kaca dari lemari itu bukan kaca biasa, kacanya tetap retak dan pecah menjadi serpihan yang jatuh ke lantai. Serpihan itu melukai punggung tangan Ed sampai berdarah, tetapi dia tidak peduli. Dia bahkan tidak membalut tangannya, malahan langsung berbalik dan kembali ke kamarnya untuk tidur.Jacob yang melihat pemandangan itu masih tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan Ed. Hingga dia melewati kamar lainnya dan mendengar suara-suara yang tidak senonoh sampai dia berharap tidak memiliki telinga. Dia tidak percaya suara yang berasal dari wanita berusia 50 tahun itu bisa begitu dibuat-buat dan manja sampai membuat orang merinding.Dia yang tahu apa yang sedang terjadi di bawah sana dan juga mendengar nama yang dipanggil wanita itu, akhirnya mengerti mengapa Ethan bisa begitu gila. Demi menyenangkan wanita itu, Ethan rela mengorbankan saudara kembarnya untuk melayani wanita tua yang licik itu. Bagaimana mungkin Ethan tidak menjadi gila? Bagaimanapun juga, Ethan adalah orang yang s
Di ruangan lain, Jacob kembali menyelinap ke dalam saluran ventilasi. Dia terus menjelajahi area itu, tetapi dia menyadari tempat itu hanya memiliki tiga titik yang tersambung tidak peduli seberapa keras pun dia mencarinya. Sharon selalu mengawasinya saat pagi hari, sehingga dia tidak masuk ke saluran ventilasi saat hari masih terang.Sekarang, Jacob kembali menjelajahi setiap area dan akhirnya menemukan Bukti. Kamar yang dihuni Bakti berada tepat di bawahnya, sepertinya Bakti juga menyamar sebagai salah satu pegawai tingkat bawah. Memang paling mudah untuk menyamar sebagai pegawai tingkat bawah di sini karena semuanya mengenakan pakaian pelindung yang tebal.Saat ini, Bakti sudah melepaskan pakaian pelindungnya. Meskipun tidak ada lubang yang tersambung di sana, dia bisa mendengar suara Jacob yang mengetuk bagian atas saluran ventilasi karena ada beberapa celah kecil. Dia pun mengangkat kepala dan melihat ke arah datangnya suara itu.Jacob bertanya, "Mana Arlo?"Jika bukan karena memi
Ed mengepalkan tangannya yang terkulai di samping dengan makin erat. Jika sesuai dengan pemikirannya yang sebelumnya, dia akan langsung menyetujui permintaan Mae. Pentingnya posisi ketua ini setara dengan kekayaan sebuah negara dan dia bisa bebas menggunakan obat-obat dari markas penelitian untuk mencapai tujuannya.Ini adalah ambisi yang selalu diinginkan Ed, tetapi sekarang dia malah ragu selama beberapa detik. Sepuluh detik kemudian, dia baru mengangkat kepalanya dengan lembut dan menatap Mae. "Guru, aku mengerti."Mae pun tersenyum. Dia tahu Ed adalah orang yang selalu tidak segan untuk melakukan apa pun demi mencapai tujuannya. Lagi pula, Hans ini hanya seorang kerabat saja. Keberadaan Hans juga tidak begitu penting, sama sekali tidak perlu dipikirkan.Dia mengangkat tangan dan menepuk bahu Ed. "Pergi lanjutkan pekerjaanmu."Ed berbalik, tetapi ekspresinya masih agak muram. Pada saat itu, pandangannya tiba-tiba tertuju pada Jacob.Namun, Jacob tidak menatap Ed, melainkan berjalan
Setelah memastikan beberapa titik yang terhubung dan perkiraan lokasinya, Jacob kembali ke kamarnya dan masuk ke kamar mandi untuk mandi. Saat membuka lemari, dia menemukan beberapa set pakaian pelindung yang baru di dalamnya. Dia langsung mengernyitkan alis dan secara refleks melihat ke sekeliling kamar.Saat tadi baru masuk ke kamar, Jacob tidak membuka lemari itu. Oleh karena itu, dia tidak tahu apakah pakaian itu memang sudah ada di dalam lemari sejak awal atau doktor wanita itu masuk ke kamarnya saat dia pergi. Meskipun pintu kamar terkunci dari dalam, wanita itu pasti memiliki kunci juga. Namun, dia tetap merebahkan diri di atas tempat tidur dan memejamkan mata untuk istirahat.Keesokan paginya, Jacob mengenakan pakaian dan kacamata pelindung sebelum keluar.Sharon sudah berdiri di depan meja penelitian dengan berbagai macam reagen di tangannya. Dia menyodorkan salah satu nampan dan berkata dengan nada yang datar, "Antarkan semua ini ke luar dan serahkan pada orang yang ada di de