Sienna berdiri di depan vila. Sebelum dia berbicara, gerbang di belakang perlahan-lahan terbuka. Dia pun melangkah masuk.Pemandangan di dalam sini sangat indah. Tidak termasuk megah, tetapi sangat hangat. Gaya bangunannya hampir sama dengan vila milik pria tua itu.Sienna mengembuskan napas lega, lalu membuka pintu. Di dalam sana, terlihat beberapa pelayan sedang menyapu. Ketika melihat Sienna, para pelayan hanya mengangguk dengan wajah datar, lalu lanjut menyapu.Sienna berlari seharian. Dia merasa lelah dan lapar. Dia bertanya, "Bisa tolong siapkan baju untukku? Aku juga lapar.""Nona, Tuan sudah memberi kami instruksi. Aku bawa kamu ke lantai atas dulu."Sienna merasa Ethan sangat perhatian padanya. "Terima kasih."Setibanya di lantai atas, Sienna pun mandi. Ketika melihat bekas cambukan di tubuhnya, alisnya tak kuasa berkerut. Jacob pasti sedih melihat luka-luka di tubuhnya.Tanpa ramuan itu, bekas cambukan ini tidak akan pulih secepat sebelumnya. Sienna menyentuh lukanya. Kadang,
Jacob tahu. Jika bukan karena ada yang berpesan kepada Andro, mungkin dirinya sudah ditembak mati sejak tadi. Andro memang kejam, tetapi setidaknya tidak akan membunuhnya untuk sekarang.Jacob tersenyum kepada Andro, lalu duduk di kursi santai di sebelah, membiarkan cahaya matahari menyinari tubuhnya. "Andro, kapalmu nyaman sekali."Andro tersenyum menyipitkan mata. Ketika dia hendak memainkan belati di tangannya, pengawal di samping tiba-tiba berkata dengan takut, "Bos, Nona Keluarga Parera telepon tanya kapan kita akan pulang. Katanya dia ingin makan denganmu."Aura suram yang dipancarkan Andro sontak menghilang. Jacob bisa melihat senyuman bahagia pada wajahnya."Beri tahu dia tiga hari lagi," timpal Andro. Setelah naik kapal, mereka akan naik pesawat dan naik kapal lagi. Untuk tiba di rumah Keluarga Sondakh, setidaknya membutuhkan tiga hari."Oke. Nona menyuruhmu jaga kesehatan," ucap pengawal itu.Senyuman Andro menjadi makin lebar. Dia mengiakan. "Ya."Jacob awalnya berbaring di
Lokasi Benny sangat jauh dari pusat kota, hampir di perbatasan kota lain. Saat ini, kapal berhenti di sana karena mereka memang akan menemui Benny.Jacob mengangguk dan segera turun dari kapal. Dia masuk ke mobil yang sudah menunggunya di luar. Setelah tiba di vila tersebut, dia masuk sendirian.Andro sudah memberikan kartu akses kepadanya. Meskipun terlihat sangat tidak rela, Jacob tak peduli. Dia langsung merebut kartu itu.Andro menatapnya dengan dingin. Tatapannya gelap dan dalam, mungkin sudah beberapa kali dia ingin menyerang. Hanya saja, Jacob mengabaikannya dan langsung masuk ke aula vila.Tidak ada siapa-siapa di sana, jadi Jacob melangkah naik ke lantai atas. Dia berpikir bahwa Benny mungkin sedang beristirahat.Namun begitu sampai di koridor, Jacob mendengar suara seorang wanita. "Jangan, Benny. Aku benar-benar lelah.""Sabar, sebentar lagi," ucap Benny.Keringat membasahi dahi Wanda. Dia terengah-engah akibat ciuman dari Benny dan merasa seperti akan tenggelam.Benny mengen
Jacob datang dengan tergesa-gesa. Suaranya terdengar seperti sedang menginterogasi. Awalnya dia ingin menanyakan apakah Benny masih ingat hal-hal lain, tetapi yang mengejutkan, Benny bahkan tidak ingat siapa dirinya.Wanda duduk di sofa dan tidak berani menatap Jacob. Dia hanya menggenggam baju Benny sambil berucap pelan, "Tuan Jacob, setelah Pak Benny bangun, ingatannya agak kabur. Dia terluka sangat parah, jadi ...."Warna merah di wajahnya menjalar hingga lehernya. Itu membuat Wanda terlihat seperti udang yang sudah matang.Benny memeluk Wanda dan menepuk punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya. Dia bertanya, "Kenapa kamu takut sama dia?" Mendengar itu, tubuh Wanda terasa panas. Dia mencengkeram kain di pangkuannya erat-erat.Jacob yang merasa kesal pun menyalakan sebatang rokok, lalu berucap, "Suruh dia naik dulu, aku mau bicara berduaan denganmu."Wanda langsung menggenggam tangan Benny. Dia memberi tahu, "Benny, dia benaran teman baikmu. Dia datang karena khawatir padamu."
Jacob berkata jujur. Hanya dengan memberi tahu Wanda tentang konsekuensinya, dia bisa mengerti apa yang harus dilakukan selanjutnya.Wanda seperti terpaku di tempat. Dia hanya bisa melihat Jacob membuka pintu dan pergi. Pikirannya mulai dipenuhi dengan ingatan-ingatan tentang masa lalu bersama Benny. Pria itu selalu tanpa ekspresi dan kata-katanya selalu penuh dengan sindiran dan penghinaan.Selain memenuhi kebutuhan fisiknya, satu-satunya alasan Benny mau membantu Wanda hanyalah karena dia merasa enak saat tidur dengannya. Dia sendiri yang mengakuinya.Benny tidak pernah tidur dengan wanita lain, bahkan tidak ingin mencoba. Rasa jijiknya terhadap wanita sudah mendarah daging.Wanda yang memulai hubungan ini dengan cara yang tidak biasa. Meskipun Benny merasa sangat jijik, dia berpikir karena sudah tidur bersama, apa salahnya melakukannya lagi?Bagi Benny, ini juga cara yang baik untuk melampiaskan emosinya. Inilah alasan dia tidak pernah bersikap baik kepada Wanda.Wanda duduk di sofa
Jacob merasa dirinya sudah bersiap menghadapi situasi yang terburuk saat dia mencurigai Ethan, tetapi semuanya tiba-tiba berubah. Dia pikir situasi yang kacau ini akhirnya menjadi jelas, tetapi sekarang semuanya kembali kacau."Wiandro, aku akan mengirimkan alamatku saat ini padamu. Perhatikan dulu apa ada orang yang mengikutimu, aku ingin tahu detail tentang orang-orang yang kamu periksa belakangan ini," kata Jacob.Wiandro segera setuju karena dia memang ingin bertemu dengan Jacob. Saat Jacob mengalami masalah, dia sama sekali tidak tahu situasinya secara spesifik dan hanya tahu Jacob tiba-tiba membawa pergi Desmond.Setelah segera memeriksa sekelilingnya dan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Wiandro baru mengarahkan mobilnya menuju tempat Jacob. Namun, dia tetap merasa tidak tenang di tengah perjalanan, sehingga dia beralih menaiki helikopter.Helikopter Wiandro mengikuti jalur gunung yang tidak bisa dilalui mobil, sehingga orang yang mengikutinya hanya bisa melalui jalur udar
Semua orang tahu status Jacob dan Wiandro ini sangat penting dan akan terkait dengan banyak hal, sehingga tidak ada yang berani lengah. Wiandro dibawa ke mobil lain, sedangkan Jacob tetap duduk dengan tenang di mobil itu.Saat mobil melewati sebuah lereng, tiba-tiba muncul kabut tebal di sekitar dan membuat semua orang waspada. Kabut itu membentak sekitar dua ratus meter dan tepat di area yang banyak tikungan, sehingga mobil-mobil berhenti karena tidak berani melanjutkan perjalanan.Sebuah pistol tiba-tiba diarahkan ke kening Jacob. "Tuan Jacob, kabut ini pasti ulah orang-orangmu, 'kan? Sebaiknya kamu jangan bermain-main atau pistol di tanganku ini akan bertindak."Setelah mengatakan itu, pria itu memborgol tangan Jacob ke jeruji di mobil.Dalam sekejap, banyak orang yang mengepung mobil itu. Semua orang tahu kabut ini mencurigakan, pasti ada orang yang datang untuk menyelamatkan Jacob. Dalam situasi yang begitu tegang, mereka tidak boleh membiarkan Jacob diselamatkan atau mereka akan
Wiandro sama sekali belum siap menghadapi kebenaran itu. Sekarang wajahnya mulai pucat pasi, tetapi dia tetap ingin memercayai hal ini.Jacob menepuk bahu Wiandro. "Kembali ke dalam mobil dan tunggu di sana saja, para atasan akan segera tiba. Jangan mengkhawatirkanku, Kakek Mahib akan mengundur waktu agar aku bisa melarikan diri. Wiandro, sampai jumpa lain kali."Namun, kapan lain kali yang dimaksud Jacob itu akan tiba, tidak ada yang tahu.Tubuh Wiandro menjadi kaku dan berdiri bengong di tempatnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.Setelah berjalan menjauh, Jacob baru berkata lagi, "Nanti periksa ponselmu juga, mungkin saja ada alat penyadap juga. Ethan itu sangat cerdas."Wiandro masih tetap tidak berkata apa-apa dan merasa seluruh tubuhnya lemas karena ada perasaan ketakutan tak terlihat yang menyebar ke seluruh tubuhnya.Dia merasa dirinya seolah-olah terjebak dalam bahaya yang entah sejak kapan mulai terjebaknya. Dia bahkan belum berpikir untuk melarikan diri dari jebakan itu, ha