Jacob datang dengan tergesa-gesa. Suaranya terdengar seperti sedang menginterogasi. Awalnya dia ingin menanyakan apakah Benny masih ingat hal-hal lain, tetapi yang mengejutkan, Benny bahkan tidak ingat siapa dirinya.Wanda duduk di sofa dan tidak berani menatap Jacob. Dia hanya menggenggam baju Benny sambil berucap pelan, "Tuan Jacob, setelah Pak Benny bangun, ingatannya agak kabur. Dia terluka sangat parah, jadi ...."Warna merah di wajahnya menjalar hingga lehernya. Itu membuat Wanda terlihat seperti udang yang sudah matang.Benny memeluk Wanda dan menepuk punggungnya dengan lembut untuk menenangkannya. Dia bertanya, "Kenapa kamu takut sama dia?" Mendengar itu, tubuh Wanda terasa panas. Dia mencengkeram kain di pangkuannya erat-erat.Jacob yang merasa kesal pun menyalakan sebatang rokok, lalu berucap, "Suruh dia naik dulu, aku mau bicara berduaan denganmu."Wanda langsung menggenggam tangan Benny. Dia memberi tahu, "Benny, dia benaran teman baikmu. Dia datang karena khawatir padamu."
Jacob berkata jujur. Hanya dengan memberi tahu Wanda tentang konsekuensinya, dia bisa mengerti apa yang harus dilakukan selanjutnya.Wanda seperti terpaku di tempat. Dia hanya bisa melihat Jacob membuka pintu dan pergi. Pikirannya mulai dipenuhi dengan ingatan-ingatan tentang masa lalu bersama Benny. Pria itu selalu tanpa ekspresi dan kata-katanya selalu penuh dengan sindiran dan penghinaan.Selain memenuhi kebutuhan fisiknya, satu-satunya alasan Benny mau membantu Wanda hanyalah karena dia merasa enak saat tidur dengannya. Dia sendiri yang mengakuinya.Benny tidak pernah tidur dengan wanita lain, bahkan tidak ingin mencoba. Rasa jijiknya terhadap wanita sudah mendarah daging.Wanda yang memulai hubungan ini dengan cara yang tidak biasa. Meskipun Benny merasa sangat jijik, dia berpikir karena sudah tidur bersama, apa salahnya melakukannya lagi?Bagi Benny, ini juga cara yang baik untuk melampiaskan emosinya. Inilah alasan dia tidak pernah bersikap baik kepada Wanda.Wanda duduk di sofa
Jacob merasa dirinya sudah bersiap menghadapi situasi yang terburuk saat dia mencurigai Ethan, tetapi semuanya tiba-tiba berubah. Dia pikir situasi yang kacau ini akhirnya menjadi jelas, tetapi sekarang semuanya kembali kacau."Wiandro, aku akan mengirimkan alamatku saat ini padamu. Perhatikan dulu apa ada orang yang mengikutimu, aku ingin tahu detail tentang orang-orang yang kamu periksa belakangan ini," kata Jacob.Wiandro segera setuju karena dia memang ingin bertemu dengan Jacob. Saat Jacob mengalami masalah, dia sama sekali tidak tahu situasinya secara spesifik dan hanya tahu Jacob tiba-tiba membawa pergi Desmond.Setelah segera memeriksa sekelilingnya dan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Wiandro baru mengarahkan mobilnya menuju tempat Jacob. Namun, dia tetap merasa tidak tenang di tengah perjalanan, sehingga dia beralih menaiki helikopter.Helikopter Wiandro mengikuti jalur gunung yang tidak bisa dilalui mobil, sehingga orang yang mengikutinya hanya bisa melalui jalur udar
Semua orang tahu status Jacob dan Wiandro ini sangat penting dan akan terkait dengan banyak hal, sehingga tidak ada yang berani lengah. Wiandro dibawa ke mobil lain, sedangkan Jacob tetap duduk dengan tenang di mobil itu.Saat mobil melewati sebuah lereng, tiba-tiba muncul kabut tebal di sekitar dan membuat semua orang waspada. Kabut itu membentak sekitar dua ratus meter dan tepat di area yang banyak tikungan, sehingga mobil-mobil berhenti karena tidak berani melanjutkan perjalanan.Sebuah pistol tiba-tiba diarahkan ke kening Jacob. "Tuan Jacob, kabut ini pasti ulah orang-orangmu, 'kan? Sebaiknya kamu jangan bermain-main atau pistol di tanganku ini akan bertindak."Setelah mengatakan itu, pria itu memborgol tangan Jacob ke jeruji di mobil.Dalam sekejap, banyak orang yang mengepung mobil itu. Semua orang tahu kabut ini mencurigakan, pasti ada orang yang datang untuk menyelamatkan Jacob. Dalam situasi yang begitu tegang, mereka tidak boleh membiarkan Jacob diselamatkan atau mereka akan
Wiandro sama sekali belum siap menghadapi kebenaran itu. Sekarang wajahnya mulai pucat pasi, tetapi dia tetap ingin memercayai hal ini.Jacob menepuk bahu Wiandro. "Kembali ke dalam mobil dan tunggu di sana saja, para atasan akan segera tiba. Jangan mengkhawatirkanku, Kakek Mahib akan mengundur waktu agar aku bisa melarikan diri. Wiandro, sampai jumpa lain kali."Namun, kapan lain kali yang dimaksud Jacob itu akan tiba, tidak ada yang tahu.Tubuh Wiandro menjadi kaku dan berdiri bengong di tempatnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.Setelah berjalan menjauh, Jacob baru berkata lagi, "Nanti periksa ponselmu juga, mungkin saja ada alat penyadap juga. Ethan itu sangat cerdas."Wiandro masih tetap tidak berkata apa-apa dan merasa seluruh tubuhnya lemas karena ada perasaan ketakutan tak terlihat yang menyebar ke seluruh tubuhnya.Dia merasa dirinya seolah-olah terjebak dalam bahaya yang entah sejak kapan mulai terjebaknya. Dia bahkan belum berpikir untuk melarikan diri dari jebakan itu, ha
Ethan kembali ke vila miliknya. Saat membuka pintu, dia melihat Sienna tidur di sofa dengan tubuh yang meringkuk seperti bola kecil. Dia langsung tertegun sejenak, lalu mengernyitkan alis dan mendorong Sienna dengan lembut. "Sienna?"Bahkan saat bermimpi, Sienna tetap mengernyitkan alis. Meskipun sudah tidur, dia tetap merasa lelah saat bangun. "Dokter Ethan?""Kenapa kamu tidur di sini? Tidur di lantai atas saja," kata Ethan.Sienna bangkit dan perlahan-lahan duduk di samping, lalu menguap dan menunjuk ke ponsel di sampingnya. "Aku pakai ponselmu untuk menelepon Jacob berkali-kali, tapi nggak ada yang menjawab. Aku khawatir dia benar-benar dalam masalah.""Nggak akan terjadi apa-apa padanya. Tapi, kamu yang mengkhawatirkan, wajahmu terlihat sangat pucat," kata Ethan."Benarkah? Aku juga nggak tahu kenapa, makin tidur malah makin mengantuk," kata Sienna. Dia bersandar di sofa dengan ekspresi mengantuk setelah mengatakan itu, seolah-olah tidak mendengar ucapan Ethan.Ethan bertanya pada
Saat mengikuti Ethan naik ke mobil, Sienna secara refleks melihat jam. "Dokter Ethan, sudah larut malam ya? Aku pikir baru berlalu satu menit saja, ternyata sudah berlalu dua jam."Ethan mengisyaratkan Sienna untuk mengaitkan sabuk pengaman dan berkata, "Kamu harus beristirahat dengan baik. Setelah bertemu dengan Arlo, kamu baru beristirahat lagi."Setelah mengatakan itu, Ethan mengeluarkan ponselnya dan menelepon Omar. "Pak Omar, sebenarnya aku punya petunjuk tentang putrimu, tapi kamu juga tahu putra sulungmu itu sangat memanjakan Lily. Aku ingin mengajakmu dan Arlo untuk bertemu. Tadi aku sudah menelepon Arlo, jadi sebaiknya kamu datang sekarang. Kalau nggak, aku takut dia akan balas dendam padaku nanti."Omar menyipitkan matanya karena dia baru saja bertemu dengan Ethan beberapa jam yang lalu. Saat itu, Ethan bilang tidak memiliki petunjuk apa pun, tetapi sekarang malah meneleponnya seperti ini.Setelah menutup telepon, Omar mengernyitkan alis dan menatap Arlo yang berjalan turun d
Omar melihat Arlo menggendong Lily ke lantai atas dan Yuna segera mengikuti mereka di belakang.Saat sampai di tengah tangga, Yuna menoleh dan memanggil Omar, "Sayang, kamu juga harus naik untuk melihatnya."Ekspresi Omar menjadi sangat dingin. Dia sudah berusia lima puluhan tahun, tetapi tatapannya terihat sangat dingin. "Nggak perlu."Yuna berdiri bengong di tempatnya karena merasa kebingungan. "Apa aku salah dengar? Sepertinya kamu makin dingin terhadapku.""Luna," kata Omar."Sayang, siapa itu Luna?" tanya Yuna dengan ekspresi kebingungan. Namun, wajahnya langsung menjadi pucat karena dia teringat adiknya bernama Luna.Yuna perlahan-lahan mendekati Omar dengan ekspresi yang sangat tulus. "Apa kamu masih menyukai Luna? Bukankah dia sudah melarikan diri dengan seorang penulis miskin? Sayang, kamu menyukainya saat masih muda dan memberi tahu semua orang tentang hubungan kalian. Kamu mengira bisa bersamanya, tapi nenek moyang Keluarga Shankar tahu dia bukan orang yang pantas untukmu."