Semua orang tahu status Jacob dan Wiandro ini sangat penting dan akan terkait dengan banyak hal, sehingga tidak ada yang berani lengah. Wiandro dibawa ke mobil lain, sedangkan Jacob tetap duduk dengan tenang di mobil itu.Saat mobil melewati sebuah lereng, tiba-tiba muncul kabut tebal di sekitar dan membuat semua orang waspada. Kabut itu membentak sekitar dua ratus meter dan tepat di area yang banyak tikungan, sehingga mobil-mobil berhenti karena tidak berani melanjutkan perjalanan.Sebuah pistol tiba-tiba diarahkan ke kening Jacob. "Tuan Jacob, kabut ini pasti ulah orang-orangmu, 'kan? Sebaiknya kamu jangan bermain-main atau pistol di tanganku ini akan bertindak."Setelah mengatakan itu, pria itu memborgol tangan Jacob ke jeruji di mobil.Dalam sekejap, banyak orang yang mengepung mobil itu. Semua orang tahu kabut ini mencurigakan, pasti ada orang yang datang untuk menyelamatkan Jacob. Dalam situasi yang begitu tegang, mereka tidak boleh membiarkan Jacob diselamatkan atau mereka akan
Wiandro sama sekali belum siap menghadapi kebenaran itu. Sekarang wajahnya mulai pucat pasi, tetapi dia tetap ingin memercayai hal ini.Jacob menepuk bahu Wiandro. "Kembali ke dalam mobil dan tunggu di sana saja, para atasan akan segera tiba. Jangan mengkhawatirkanku, Kakek Mahib akan mengundur waktu agar aku bisa melarikan diri. Wiandro, sampai jumpa lain kali."Namun, kapan lain kali yang dimaksud Jacob itu akan tiba, tidak ada yang tahu.Tubuh Wiandro menjadi kaku dan berdiri bengong di tempatnya tanpa mengatakan sepatah kata pun.Setelah berjalan menjauh, Jacob baru berkata lagi, "Nanti periksa ponselmu juga, mungkin saja ada alat penyadap juga. Ethan itu sangat cerdas."Wiandro masih tetap tidak berkata apa-apa dan merasa seluruh tubuhnya lemas karena ada perasaan ketakutan tak terlihat yang menyebar ke seluruh tubuhnya.Dia merasa dirinya seolah-olah terjebak dalam bahaya yang entah sejak kapan mulai terjebaknya. Dia bahkan belum berpikir untuk melarikan diri dari jebakan itu, ha
Ethan kembali ke vila miliknya. Saat membuka pintu, dia melihat Sienna tidur di sofa dengan tubuh yang meringkuk seperti bola kecil. Dia langsung tertegun sejenak, lalu mengernyitkan alis dan mendorong Sienna dengan lembut. "Sienna?"Bahkan saat bermimpi, Sienna tetap mengernyitkan alis. Meskipun sudah tidur, dia tetap merasa lelah saat bangun. "Dokter Ethan?""Kenapa kamu tidur di sini? Tidur di lantai atas saja," kata Ethan.Sienna bangkit dan perlahan-lahan duduk di samping, lalu menguap dan menunjuk ke ponsel di sampingnya. "Aku pakai ponselmu untuk menelepon Jacob berkali-kali, tapi nggak ada yang menjawab. Aku khawatir dia benar-benar dalam masalah.""Nggak akan terjadi apa-apa padanya. Tapi, kamu yang mengkhawatirkan, wajahmu terlihat sangat pucat," kata Ethan."Benarkah? Aku juga nggak tahu kenapa, makin tidur malah makin mengantuk," kata Sienna. Dia bersandar di sofa dengan ekspresi mengantuk setelah mengatakan itu, seolah-olah tidak mendengar ucapan Ethan.Ethan bertanya pada
Saat mengikuti Ethan naik ke mobil, Sienna secara refleks melihat jam. "Dokter Ethan, sudah larut malam ya? Aku pikir baru berlalu satu menit saja, ternyata sudah berlalu dua jam."Ethan mengisyaratkan Sienna untuk mengaitkan sabuk pengaman dan berkata, "Kamu harus beristirahat dengan baik. Setelah bertemu dengan Arlo, kamu baru beristirahat lagi."Setelah mengatakan itu, Ethan mengeluarkan ponselnya dan menelepon Omar. "Pak Omar, sebenarnya aku punya petunjuk tentang putrimu, tapi kamu juga tahu putra sulungmu itu sangat memanjakan Lily. Aku ingin mengajakmu dan Arlo untuk bertemu. Tadi aku sudah menelepon Arlo, jadi sebaiknya kamu datang sekarang. Kalau nggak, aku takut dia akan balas dendam padaku nanti."Omar menyipitkan matanya karena dia baru saja bertemu dengan Ethan beberapa jam yang lalu. Saat itu, Ethan bilang tidak memiliki petunjuk apa pun, tetapi sekarang malah meneleponnya seperti ini.Setelah menutup telepon, Omar mengernyitkan alis dan menatap Arlo yang berjalan turun d
Omar melihat Arlo menggendong Lily ke lantai atas dan Yuna segera mengikuti mereka di belakang.Saat sampai di tengah tangga, Yuna menoleh dan memanggil Omar, "Sayang, kamu juga harus naik untuk melihatnya."Ekspresi Omar menjadi sangat dingin. Dia sudah berusia lima puluhan tahun, tetapi tatapannya terihat sangat dingin. "Nggak perlu."Yuna berdiri bengong di tempatnya karena merasa kebingungan. "Apa aku salah dengar? Sepertinya kamu makin dingin terhadapku.""Luna," kata Omar."Sayang, siapa itu Luna?" tanya Yuna dengan ekspresi kebingungan. Namun, wajahnya langsung menjadi pucat karena dia teringat adiknya bernama Luna.Yuna perlahan-lahan mendekati Omar dengan ekspresi yang sangat tulus. "Apa kamu masih menyukai Luna? Bukankah dia sudah melarikan diri dengan seorang penulis miskin? Sayang, kamu menyukainya saat masih muda dan memberi tahu semua orang tentang hubungan kalian. Kamu mengira bisa bersamanya, tapi nenek moyang Keluarga Shankar tahu dia bukan orang yang pantas untukmu."
Arlo menolak untuk bertemu dengan Ethan dan merawat Lily dengan tenang bersama dengan Yuna.Namun, Omar sudah keluar rumah dan mengemudikan mobilnya sendiri untuk melihat apa yang direncanakan Ethan.Saat mobil berjalan beberapa menit, Omar kembali menerima telepon dari Jacob. "Pak Omar, kamu sebaiknya jangan berhubungan Ethan untuk sementara ini, aku masih mencari buktinya.""Tapi, beberapa jam yang lalu, aku baru bertemu dengannya. Dia hanya meminta maaf karena nggak menemukan jejak putriku. Sekarang dia tiba-tiba meneleponku lagi dan bilang sebenarnya dia punya petunjuknya. Aku ingin pergi melihat apa yang sebenarnya direncanakannya," kata Omar.Mendengar perkataan itu, Jacob mengernyitkan alis. Saat ini, dia hanya mencurigai Ethan, tetapi dia masih tidak memiliki bukti yang jelas. Dia hanya merasa jika semua kecurigaan terfokus pada Ethan, semua ini akan masuk di akal. Ethan adalah orang yang dicarinya itu.Namun, jika dalang itu benar-benar adalah Ethan, Jacob berpikir pendukung d
Bahu Sienna masih dipegang olehnya. Sienna bisa mencium bau amis darah. Dalam keadaan seperti ini, seseorang tidak akan bisa berpikir dengan baik. Apalagi, Ethan menghalangi peluru untuknya.Sienna tanpa sadar memercayainya. Ketika Sienna sedang tidak bisa berpikir dengan jernih, dia melihat Ethan memutar cincin di tangannya. Gerakannya sangat cepat, seolah-olah Ethan menghidupkan sakelar di otaknya. Kesadaran Sienna dikendalikan oleh Ethan. Entah kenapa, dia berjalan di belakang Ethan.Ethan menggandeng tangan Sienna dan berjalan sekitar 500 meter. Kemudian, keduanya naik ke tepian. Ethan menatap Sienna dengan tenang dan berkata, "Ingat perasaan ini.""Maksudmu?" Jantung Sienna berdebar-debar. Dia mendongak menatap Ethan dengan heran.Ethan merapikan rambut Sienna yang basah di telinganya. Sienna mengernyit dan tidak bisa menahan debaran jantungnya."Pak Ethan, bahumu baik-baik saja?""Aku baik-baik saja. Kita pulang dulu.""Oh, Oke."Sienna mengikuti dari belakang. Terkadang dia menc
Sementara itu, banyak orang yang berkumpul di jembatan yang pagar pembatasnya rusak. Ada yang menelepon polisi, ada juga reporter yang meliput.Sienna sudah masuk ke mobil baru. Dia dan Ethan basah kuyup. Ethan mengambil handuk bersih dan menyeka kepala Sienna. Sienna terlihat seperti boneka yang patuh.Jika itu dulu, Sienna pasti sudah mendorong Ethan dan menyeka kepalanya sendiri. Namun, terus terdengar suara di dalam lubuk hatinya. Suara itu yang menghipnosisnya, mengatakan Ethan tidak akan mencelakainya dan menyuruhnya untuk patuh.Sienna bersandar dan memejamkan mata. Ethan makin dekat dengannya. Saking dekatnya, Sienna bisa melihat setiap helai bulu matanya.Setelah waktu yang lama, Ethan baru bertanya, "Kamu mencari Jacob karena mencintainya ya?"Sienna membuka matanya, menatap tatapan Ethan yang mendalam. Dia menyahut, "Ya, aku mencintainya, aku sangat mencintainya.""Gimana kalau dia menikah dengan wanita lain?""Siapa?""Lily si nona palsu itu? Bukannya kamu sudah tahu siapa