Pada pukul empat pagi di ibu kota, suasana kota begitu sunyi.Ada sebuah penyuara telinga kecil di jari pria itu. Ini adalah penyuara telinga yang digunakan khusus untuk mendengar suara dari Sienna, tetapi dia tidak bisa menghubungi Sienna lagi sejak dua hari yang lalu. Sungguh bodoh, sepertinya Sienna terbuai oleh beberapa kata manis dari Jacob lagi.Saat pria itu meletakkan penyuara telinga di tangannya, seseorang dari samping bertanya dengan suara pelan, "Tuan K, apa yang harus kita lakukan sekarang?"Apakah harus membiarkan Sienna tetap tinggal di tempat Deshton?Pria itu tidak langsung menjawab, melainkan menyipitkan mata. Suasana di ruangan itu menjadi sangat sunyi karena aura yang dipancarkannya. Setelah beberapa saat, dia baru membuang penyuara telinganya ke tong sampah di samping. "Beri tahu Deshton, kemungkinan besar Jacob sedang bersembunyi di vilanya."Setelah mengatakan itu, pria itu bersandar ke belakang dan menutup matanya dengan santai."Selain itu, kalian kirim seseora
Jacob mengernyitkan alis dan meminta orang-orang yang di luar kamar untuk membawakan dua kursi. Mereka sudah tahu Deshton telah diikat, sehingga mereka tidak berani bertindak gegabah.Saat itu, Jacob menutup kembali pintu kamar itu dan menghancurkan jendela dengan kursi. Terdengar suara deru helikopter di luar dan sebuah tangga diturunkan. Dia menahan pintu kamar dengan lemari untuk mencegah orang-orang di luar masuk ke dalam."Sienna, aku bawa kamu pergi."Mendengar perkataan itu, Sienna langsung melingkarkan lengannya ke leher Jacob dengan tanpa ragu-ragu.Jacob hanya meninggalkan sebuah pesan pada Deshton. "Jangan lupa pergi melapor pada Kakek Mahib. Selain itu, terima kasih sudah membiarkanku tinggal di sini selama beberapa hari dan menyiapkan sarang cinta untukku dan Sienna."Deshton hanya duduk di tempat tidur dengan tatapan yang muram.Sienna tidak bisa melihat apa-apa saat berada di helikopter, hanya merasa tubuhnya dipeluk seseorang dengan erat. Angin bertiup dengan sangat ken
"Jacob, aku lapar," kata Sienna yang langsung meraba tangga di samping untuk turun ke bawah.Jacob malah langsung mendekat dan menggendong Sienna. "Aku menggendongmu ke bawah agar tidak jatuh.""Baik," jawab Sienna sambil menganggukkan kepala dan membiarkan Jacob menggendongnya dengan patuh. Saat itu, dia kembali mencium aroma dingin yang menenangkan di tubuh Jacob.Saat duduk di ruang tamu lantai satu, Sienna meraba-raba meja di sana. Tak lama kemudian, sebuah makanan sederhana pun dihidangkan di depan Sienna.Jacob memegang sendoknya dan berkata, "Biar aku yang menyuapimu.""Baik," jawab Sienna sambil tersenyum, lalu membuka mulut dan memakan makanannya.Setelah selesai makan, Jacob kembali menggendong Sienna ke lantai atas untuk beristirahat."Jacob, bukankah kamu bilang ini masih pagi? Bolehkah aku duduk di sofa sebentar?" Sienna masih belum ingin tidur."Sienna, kamu harus banyak beristirahat baru matamu bisa lebih cepat pulih.""Baiklah."Sienna tidak mengatakan apa-apa lagi. Set
Sienna langsung panik dan bergegas bertanya pada arah suara itu, "Jacob, bagaimana keadaanmu?"Jacob memegang tangan dan menekan Sienna di sofa. "Aku baik-baik saja, kamu jangan terus bergerak."Air mata Sienna langsung mengalir. "Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf. Aku kira ada orang yang menyamar jadi kamu, aku ... mencium aroma yang berbeda dari tubuhmu dan lantai kayu juga berbeda. Apa aku dipindahkan seseorang saat aku tidur? Apa aku baru saja dibawa kembali?"Pikiran Sienna benar-benar terlalu kacau.Jacob meraih tangan Sienna, sedangkan dadanya masih sedang dijahit. "Sienna, kamu hanya sedang mimpi buruk."Sienna mulai berbicara tidak karuan. Bagi orang lain, dia bahkan terlihat seperti sudah sangat ketakutan. "Aku nggak, aku benar-benar ...."Sebelum Sienna belum selesai berbicara, terdengar Ethan memperingatkan Jacob. "Lukanya jangan sampai terkena air. Harus waspada, jangan sampai terjadi situasi seperti ini lagi. Kalau pisau ini terkena jantung, nggak ada yang bisa meny
Rafael tidak berani mengungkapkan kemarahannya, begitu juga dengan ibunya. Saat teringat Wanda yang dahulu selalu membersihkan rumah dengan rapi dan memasak untuk mereka tanpa mengeluh, perbedaannya langsung terasa jelas. Sekarang Rafael sudah menikah dengan Sofia, dia bahkan jarang bisa melihat wajah putranya lagi.Saat ibunya mengeluh, Rafael sendiri juga tidak punya jalan keluar. Ditambah dengan tekanan dari pekerjaan, dia malah merasa kesal. Kini, dia makin menyadari Wanda adalah istri yang baik, sehingga dia tidak bisa menahan dirinya untuk datang ke lobi perusahaan untuk menunggu Wanda.Saat melihat Wanda, Rafael hampir tidak bisa mengenali Wanda karena gaya berpakaian Wanda telah berubah menjadi lebih anggun. Wanda mengenakan mantel berwarna khaki yang memberi kesan sebagai seorang nona muda. Matanya langsung bersinar dan segera memanggil, "Wanda."Mendengar suara itu, tatapan Wanda terlihat jijik. Dia sama sekali tidak ingin berbicara dengan Rafael dan mencoba untuk segera masu
Wanda yang duduk di dalam mobil tidak berani berkutik. Dia menyadari malam ini suasana hati pria itu sangat buruk. Ini berarti Wanda akan makin menderita.Sebelum masuk ke hotel, Wanda sudah mulai takut. Telapak tangannya berkeringat. Sesampainya di kamar, pria itu buru-buru melepaskan jas dan jam tangannya sambil mengisyaratkan pada Wanda untuk membungkuk di depan jendela.Wanda suka mandi dulu sebelum melakukan hal ini. Berbeda dengan pria itu, semua tergantung pada suasana hatinya. Wanda berucap, "Aku mandi dulu.""Nggak usah, kamu langsung membungkuk saja," sergah pria itu.Wanda tidak berani menentang pria itu. Di depannya, Wanda tidak punya hak bicara. Jika Wanda bersikap patuh, pria itu baru memperlakukannya lebih lembut.Wanda menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan ke depan jendela dan membungkuk. Dia menarik bagian bawah gaun satinnya sampai ke bagian pinggang.Sebenarnya, postur tubuh Wanda sangat bagus dan dia sangat kompeten. Hanya saja, sifatnya lemah sehingga dia tidak
Rafael yang sangat kesal ingin memaki Wanda. Sementara itu, Wanda merasa lucu. Atas dasar apa Rafael mengkritiknya?Wanda tidak ingin bicara panjang lebar dengan Rafael. Dia hendak menutup pintu, tetapi Rafael malah berjalan melewatinya dan masuk ke kamar.Aroma di dalam kamar sudah menghilang. Namun, baju yang dipakai Wanda semalam masih berserakan di depan jendela. Rafael bisa menebak posisi mereka saat berhubungan intim.Semalam, Wanda membawa baju. Jadi, sekarang dia sudah mengganti bajunya. Rafael menunjuk jendela dan bertanya dengan sinis, "Apa kamu merasa puas ditidurinya?"Ucapan Rafael benar-benar mempermalukan Wanda. Kemudian, Wanda hendak menampar Rafael. Namun, Rafael langsung menghentikan Wanda.Rafael berkata, "Apa omonganku salah? Kalau kamu berani melakukan hal kotor seperti ini, untuk apa kamu takut diketahui orang lain? Wanda, aku akan beri tahu ibumu kamu menjual diri."Wajah Wanda memucat. Beberapa tahun ini, dia baru bisa merasakan perhatian keluarga setelah menuka
Setelah Rafael pergi, Wanda yang lemas baru menutup pintu. Kemudian, dia bersandar di dinding. Sekujur tubuh Wanda sakit. Dia makin lelah setelah diganggu Rafael.Wanda mengerjap. Dia masih mengantuk. Untung saja, hari ini hari Sabtu. Jadi, Wanda tidak perlu bekerja.Wanda ingin berbaring di tempat tidur, tetapi ponselnya berdering. Ibunya yang menelepon. Sekarang, Hilda adalah satu-satunya keluarga Wanda.Wanda sudah bertahun-tahun tidak pulang ke rumah dan Hilda juga tidak pernah menelepon Wanda. Namun, hari ini Hilda tiba-tiba meneleponnya.Wanda merasa gugup. Jarinya gemetaran saat menjawab panggilan telepon. Wanda memanggil, "Bu."Hilda berucap, "Wanda, nanti malam kamu ada waktu, nggak? Bagaimana kalau kita bertemu? Ada yang ingin kubicarakan denganmu."Ini adalah pertama kalinya Hilda mengajak Wanda bertemu sehingga Wanda merasa kaget. Dulu, Wanda masih bisa merasakan kasih sayang ayahnya sebelum orang tuanya bercerai.Namun, Wanda dibesarkan oleh Hilda setelah orang tuanya berc