Saat mengatakan hal itu, ekspresi Lily terlihat bangga. Hal yang paling dibanggakannya seumur hidupnya adalah latar belakangnya. Tidak peduli apa pun yang dilakukannya, selalu ada orang yang mendukungnya.Lily mengeluarkan ponselnya dan menelepon Omar di hadapan Arlo, tetapi Omar tidak menjawab teleponnya.Melihat itu, Arlo hanya bisa menghibur Lily. "Mungkin dia sedang sibuk."Lily merasa agak kecewa. "Saat aku sedang sakit, apa Ayah juga nggak menelepon untuk menanyakan keadaanku?"Arlo berpikir sejenak dan menyadari memang seperti itu. Dahulu, seluruh anggota Keluarga Shankar selalu mengawasi Lily, mereka pasti akan merasa sangat cemas jika tidak melihat Lily. Kali ini, Lily sudah datang ke ibu kota begitu lama, tetapi ayah mereka ini malah tidak pernah menelepon untuk menanyakan kabar Lily. Telepon terakhir dari Omar juga karena Linda menyentuh benda itu."Lily, kamu harus meminta maaf pada Ayah. Setelah kembali ke Armania, jangan berhubungan dengan Linda lagi.""Kak Arlo, aku tahu
Arlo yang juga menyadari suasana hati Lily yang tiba-tiba menjadi baik, mengelus kepala Lily dan berkata, "Jangan bertindak sembarangan, aku akan memanggil dokter ke sini lagi."Lily pun berkata dengan nada manja, "Aku tahu. Aku sudah bilang aku minum obatnya dengan teratur, tapi kamu tetap nggak percaya."Setelah itu, keduanya pun berjalan menjauh. Mereka tidak menyadari orang yang tergeletak di kegelapan itu tiba-tiba bergerak.Seluruh tubuh Sienna terasa sakit, terutama kepalanya. Rasa sakit ini membuatnya ingin pingsan dan muntah. Dia berusaha memanjat tangga ke lantai atas, tetapi tangga menuju ruangan bawah tanah itu sangat curam. Setiap kali dia memanjat satu tangga, rasa sakit itu pun membuat jarinya kejang.Kepala Sienna dipenuhi dengan darah dan menetes di sepanjang tangga. Pandangannya juga sudah menjadi kabur. Namun, dia tidak bisa berpikir lebih jauh lagi, dia harus melarikan diri. Jika tidak, dia akan terjebak di sana seumur hidupnya jika Lily kembali lagi.Sienna berpiki
Arlo sedang membaca buku di samping Lily dan terdapat sepiring buah di meja kecil di antara mereka berdua. Kehidupan ini terlihat begitu santai. Arlo mungkin tidak menyangka Sienna yang berada ratusan meter jauhnya baru saja mengalami peristiwa antara hidup dan mati.Setelah menutup telepon, Lily segera mengambil cermin dan mulai memperbaiki lipstiknya karena merasa keadaannya kurang bagus. Setelah menambah sedikit perona pipi, dia menatap Arlo sambil tersenyum ceria. "Jacob bilang akan datang ke sini mencariku. Kak, bisakah Kakak menjauh sebentar?"Arlo tidak bodoh seperti Lily. Jacob bisa inisiatif datang mencari Lily, ini mungkin bukan suatu hal yang baik. "Lily, belakangan ini kamu nggak melakukan sesuatu yang aneh, 'kan?"Awalnya, Lily ingin menjawab tidak, tetapi dia langsung mengernyitkan kening saat teringat Sienna yang masih pingsan di lorong itu dan entah masih hidup atau tidak. Dia berpikir Wind pasti melakukan hal ini dengan sangat teliti, tidak ada yang akan mengetahuinya.
Arlo menyipitkan matanya dan seluruh tubuhnya dipenuhi dengan aura kejam. "Jacob!"Ekspresi Jacob tetap tenang dan nada bicaranya sangat dingin. "Pikirkan baik-baik sebelum menjawab. Aku sudah bilang kesabaranku terbatas, Jika Sienna mati, kalian juga jangan berharap bisa selamat."Begitu mendengar kata-kata itu, suasana di tempat itu menjadi hening.Ada beberapa mobil lagi yang berhenti di belakang Jacob, lalu yang keluar dari mobil itu ada Benny, Jero, dan beberapa pengawal yang sudah dilatih secara profesional.Melihat pemandangan, Benny segera membujuk, "Jacob, tenangkan dirimu dulu."Namun, Jacob tidak mendengarkan kata-kata siapa pun dan hanya menatap Lily. "Di mana Sienna?"Arlo mulai panik. Jika orang lain yang mengatakan kata-kata gila seperti itu, mungkin hanya bercanda saja. Namun, jika Jacob yang mengatakan itu, itu pasti serius. Jika Sienna mati, semua orang yang berada di sana juga tidak akan selamat. Jacob jelas sudah gila. "Lily, cepat beri tahu dia di mana Sienna berad
Jacob melempar Lily ke samping dan hanya menatap Arlo.Arlo merasa Jacob sudah bukan seorang manusia lagi, sekarang dia adalah seorang binatang buas yang marah dan kehilangan akal sehatnya.Jacob menundukkan kepala dan mengeluarkan sebatang rokok sambil mengaitkan pistol di jarinya, lalu menyalakan rokoknya. Dalam kabut asap rokok, ekspresinya menjadi tidak jelas terlihat.Benny yang paling memahami saudaranya itu langsung melompat ke arah Arlo dan Jero agar keduanya menunduk. Pada detik berikutnya, peluru memelesat ke arah keduanya tadi berdiri. Jika mereka tidak segera menunduk, peluru itu akan mengenai dada mereka.Benny segera mendekat dan memegang pistol Jacob. "Jacob, tenangkan dirimu dulu, kita cari di sekitar sini."Jacob tidak berbicara dan langsung menginjak jari tangan Lily. Melihat Lily yang terbangun dari pingsan, dia bertanya, "Di mana dia?"Saat ini, suara Jacob terdengar seperti suara kematian bagi Lily. Dia benar-benar ketakutan. Saat ini, dia tahu jelas jika dia ragu
Tiga kelompok besar bahkan sudah turun tangan, tetapi belum ada kabar apa pun tentang Sienna. Hanya ada 2 kemungkinan, yaitu Sienna kabur sendiri atau ada yang menculiknya. Selain itu, pelaku pasti memiliki penyokong yang luar biasa.Benny menggeleng, lalu mengambil rokok di tangan Jacob dan membuangnya. "Jangan merokok lagi. Kalau terus begini, kamu mungkin bakal mati duluan sebelum Sienna ditemukan."Jacob menggosok wajahnya dengan kuat. Dia hendak turun dari mobil dan lanjut mencari Sienna. Jacob sudah berkemudi sepanjang malam. Bodi mobilnya sampai dipenuhi lumpur, begitu juga ujung celananya.Kini, Jacob tidak terlihat lagi seperti presdir yang bermartabat. Dia justru terlihat menyedihkan. Saat turun dari mobil, dia bahkan hampir terjatuh. Untung, ada Benny yang menangkapnya.Bawahan mereka telah mencari di sekitar vila Arlo. Namun, kenapa Sienna masih belum ditemukan? Sebenarnya ke mana wanita itu? Apakah dia sudah mati?Ketika memikirkan kemungkinan ini, Jacob merasa makin tegan
Tatapan Deshton tampak sinis. Jacob jelas kalah darinya dalam aspek ini. Setidaknya, dia tidak akan kehilangan akal sehat karena Sienna menghilang.Deshton membaca dokumen dengan tenang. Steven terus memanggilnya di samping, "Desmond? Desmond?"Deshton baru tersadar dari lamunannya. Dia tersenyum lembut dan bertanya, "Ya? Kenapa, Ayah?""Tolong urus perusahaan untuk sementara waktu ini ya. Aku rasa Jacob nggak bakal pergi ke kantor sampai wanita itu ditemukan," ucap Steven."Ya, aku kakaknya. Aku tentu akan membantunya," sahut Deshton. Steven menepuk bahu putranya dengan ekspresi lega.Kemudian, Deshton memalingkan wajahnya memandang ke luar jendela. Pikirannya mulai melayang jauh. Faktanya, dia juga penasaran siapa yang menculik Sienna? Apa tujuan orang itu?Di dalam rumah sakit, tim medis akhirnya mendorong Lily keluar dari ruang operasi. Dokter berujar, "Dia sudah melewati masa kritis, tapi kondisinya benar-benar lemah. Dia harus dirawat dengan baik untuk sementara waktu ini."Arlo
Jero sungguh kehabisan kata-kata. Arlo memang sangat mementingkan keluarga dan tidak pernah peduli pada orang luar.Dua hari telah berlalu lagi. Mereka masih sibuk mencari Sienna, membuat situasi di kalangan atas menjadi makin gempar.Sementara itu, Sienna masih belum ditemukan hingga sekarang. Jacob terus mencari di luar dan hampir tidak pernah pulang ke Royal Estate.Jacob juga mengerahkan seluruh bawahannya di Royal Estate untuk mencari Sienna. Dia hanya ingin menemukan Sienna untuk sekarang.Di sisi lain, Sienna akhirnya siuman. Pandangannya gelap. Dia tidak bisa melihat apa pun. Dia tanpa sadar menjulurkan tangan ke samping untuk mencari saklar, tetapi seseorang menahan tangannya."Sudah merasa lebih baik?" Terdengar suara seorang pria yang familier, tetapi Sienna tidak tahu di mana dia pernah mendengarnya. Sienna tentu terkejut. Namun, pria itu menurunkan tangan Sienna dengan lembut."Cederamu sangat parah, jangan bergerak sembarangan dulu," nasihat pria itu."Tolong nyalakan lam