"Mel, udah nemu pengacara yang ku maksud? Aku minta nomor kontaknya, dong."
"Uhuk ...." Melissa cepat mengambil gelas berisi air di depannya, menyesap dengan cepat sesudahnya terbatuk kecil.
"Kamu kenapa? Potong siomaynya kecil-kecil, biar gak keselek makannya" ujar Roy menepuk halus punggung Melissa karena batuk kecil yang tak kunjung usia.
"Huh ...."
Hempasan nafas kelegaan lepas dari mulut Melissa lalu sekali lagi membersihkan kerongkongannya dengan sedikit air putih.
"Oiya, Roy. Temenku, Bram, sudah aku hubungi kemarin. Sayangnya, dia lagi liburan dengan keluarganya. Dua minggu lagi aktif ngantor dan kerja."
Sejujurnya, Melissa belum melakukan pembicaraan apapun dengan Bram. Ia mengambil kesimpulan sendiri berdasarkan postingan cerita terbaru di media sosial milik Bram. Semakin lama Roy mendapat pengacara, maka semakin lama juga bawahannya itu mengurus perceraian ke pengadilan. Ia butuh Roy dalam minggu-minggu ini untuk melancarkan aksin
"Kenapa datang mendadak? Apa kantormu libur?" Lusiana keheranan menyambut kedatangan puteri dan cucunya di pintu. Di luar, langit sudah gelap. Pejalan kaki pun tak lagi ramai di sekitar rumah."Roy tidak ikut?" lagi Lusiana kebingungan saat melihat tak ada sesiapa lagi di luar dan barang bawaan puterinya tidak banyak."Aku letakkan Cheryl di kamar dulu, ya, Bu" pinta Selena yang merasa lelah setelah menempuh 6 jam dengan bus. Lusiana membantu membukakan pintu kamar yang letaknya tak jauh dari pintu masuk. Menunggui Selena dengan sabar menenangkan Cheryl di kasur."Kalian sudah makan malam? Biar ibu siapkan, ya. Masih ada stok ayam ungkep di freezer."Belum sempat mengangkat bobot dari kasur, tangannya ditarik pelan oleh Selena."Sudah, Bu. Tadi aku bawa bekal nasi dari rumah juga banyak cemilan. Itu aku bawakan bolu kesukaan ibu" ujarnya menunjuk travel bag yang masih teronggok di pintu utama."Oh, syukurlah. Ibu pikir Cheryl tidur dengan pe
"Biar nanti ibu pulang lebih dulu, ya. Kalian di rumah saja."Dalam belasan menit, Lusiana dan suaminya sudah bersiap menuju pesta pernikahan tetangga dekat. Selena dan Cheryl mengantar hingga pintu depan.Lega. Tangis yang pecah dan pelukan dari bapak ibunya, membuat seluruh beban di dada menguap. Terasa enteng dan tenang. Dipeluknya Cheryl lebih lama, memberitahu semua akan baik-baik saja lewat irama jantung yang perlahan teratur."Mama cek kerjaan di laptop dan ponsel dulu, ya. Cheryl mau nonton TV?"Meski cuti, Selena tak ingin melepaskan tanggung jawab begitu saja dalam tim kerjanya. Apalagi setiap Sabtu pagi ada rapat rutin yang seharusnya ia pimpin."Mau" seru Cheryl dengan anggukan kepala berulang.Tersenyum senang karena puterinya bisa diajak bekerja sama, Selena menyiapkan beberapa bantal di karpet. Membiarkan Cheryl menonton sambil berbaring dengan boneka di tangannya. Lalu, gegas mengambil laptop dan ponsel dari kamar, menata di
"Roy, barusan pengingat di outlook-ku muncul beberapa klien yang akan berakhir kontraknya dalam dua bulan. Ada 3 klien. Menurut kamu mereka bakal lanjutin kerja sama dengan kontrak baru, gak?"Setelah berpikir mencari cara selama beberapa hari terakhir, akhirnya Melissa menyusun sebuah rencana. Kali ini dia harus bekerja dengan rapi dan cepat, memanfaatkan kondisi mental Roy yang sedang bimbang tentang nasib rumah tangganya.Ia sengaja membuat pengingat di aplikasi Microsoft Outlook dua hari sebelumnya agar muncul hari ini. Beruntung memang ada 3 klien yang kontraknya akan habis dua bulan lagi. Melissa merasa inilah jalan untuknya meminta data lengkap riwayat pembayaran klien dari departemen keuangan.'God, lead me to Your path.'Dalam kesadaran bahwa ia telah dipakai Arman untuk berlaku curang terhadap Fendy, Melissa berpikir inilah pekerjaannya. Toh, ia melakukan yang terbaik dan memberikan kontribusi nyata untuk perusahaan Fendy selama dua tahun bekerj
[Selamat sore, pak. Maaf, saya belum sempat menghubungi bapak. Boleh saya telepon pukul 19.00, pak? Trims.]Menekan tombol kirim dengan ragu, namun ia merasa tidak enak setelah batal memenuhi janji menelpon. Berharap Harris tidak sedang sibuk dan punya mood yang baik. Bahwa ia tidak bermaksud mendikte mantan bosnya itu dengan meminta waktu dijam 7 malam.Ceklis dua abu-abu.Masih memegang ponsel dan menunggu ceklis berubah menjadi warna biru. Hingga sepuluh detik, hasilnya masih sama. Dilihatnya jam terakhir aktif. Dua jam yang lalu.p'Mampus, apa itu artinya Harris menunggu teleponku jam 3 sore tadi?' desah Selena meletakkan ponsel di ranjang.Ia berencana akan membangunkan Cheryl dan mengajaknya makan makan baso. Lagipula hari sudah sore, waktunya untuk bebersih tubuh. Mengguncang kaki Cheryl pelan sambil memanggil dengan suara lembut. Detik berikutnya, mata Cheryl mengerjap, bangkit dari tidurnya dan langsung memeluk leher ibunya."Mau ma
Sosok cantik bertubuh jangkung masih terpaku di depan pintu. Pintu ruang kerja suaminya. Langkahnya terhenti sejak mendengar pembicaraan Arjuna dengan seseorang di telepon. Selena lagi.Karina enggan masuk ke ruangan saat panggilan berlangsung. Ia tahu Arjuna tidak akan keberatan pun tidak akan menghentikan panggilan. Namun ia lelah berpura-pura kuat dan tenang mendapati suaminya bersikap lembut dan penuh perhatian kepada perempuan lain. Itu sebabnya ia lebih memilih mendengar dari luar.Mendengar langkah kaki mendekat ke pintu, Karina lekas mengangkat wajah dan menarik sudut bibirnya. Ia tak ingin membiarkan suaminya berlama-lama memikirkan perempuan yang segera menjadi janda dalam dua bulan ke depan. Calon janda dan anaknya itu bisa menjadi ancaman terbesar dalam rumah tangganya."Mas, aku cariin kamu di kitchen, eh taunya di ruang kerja" ujar Karina membuka lebar daun pintu. Ia menunggu Arjuna tiba di tempatnya berdiri."Sayang, aku b
Aroma kopi memenuhi dapur. Segelas kopi hitam tanpa gula untuk Arman sudah tersedia di meja. Melissa lanjut menyiapkan sandwich dengan irisan daging dan beberapa lembar selada. Dua tumpuk sandwich untuk Arman. Done!Mengintip sebentar ke arah kamar yang pintunya sudah terbuka lebar sejak Melissa bangun. Ranjangnya sudah kosong. Artinya Arman sudah bersiap di kamar mandi. Ia lekas mengambil buah dan sayuran dari kulkas. Ia ingin mengawali hari dengan segelas smoothies lezat.'Hari ini pengen malas-malasan di spa, ah.'Arman datang tepat saat segelas smoothies-nya telah bergabung di meja makan."You look so pretty, baby" puji Arman menarik tubuh mungil Melissa ke pelukannya. Bibir Melissa tak luput dari perhatiannya. Sebuah ciuman penuh gairah dan basah."I love you, Daddy" erang Melissa hampir kehabisan nafas. Menjatuhkan bobotnya dipelukan Arman.Keduanya lalu mulai sarapan setelah Arman duduk dengan Melis
"Halo, mas" sahut suara yang familiar di telinga Roy."Lala! Lama sekali angkat teleponnya!"Terdorong oleh rasa panik bercampur kesal, Roy secara sadar membentak Lala. Padahal ia sempat menarik nafas lega saat melihat layar ponsel menampilkan detik percakapan dimulai."Mas, ini kan hari liburku, lagipula aku punya kesibukan lain. Mas juga tahu, kan?" jawab Lala ikut kesal."Belanja dengan kakek tua di swalayan, itu yang kamu maksud dengan kesibukan? Siapa nama pria yang memapah kakek tua itu?" cecar Roy terdengar semakin keki. Langsung ke inti saja, ia tidak ingin buang waktu."Mas ke swalayan tadi? Jadi, sudah belanja?" tanya Lala ingin tahu lalu berakhir dengan tawa kecil. Mungkin membayangkan Roy memilih barang di swalayan."Iya dan aku lihat kamu dengan dua orang pria. Si kakek tua itu majikanmu, kan? Lalu, pria satunya lagi siapa?""Iya, kakek. Setiap minggu harus sarapan di sana. Sekali
Pukul 06.00, Selena sudah sibuk di dapur. Menyiapkan sarapan dan bekal makan siang. Sesekali mempertajam pendengaran ke arah kamar, jaga-jaga kalau Cheryl bangun. Untunglah istirahat mereka nyenyak sepanjang malam. Cheryl pun hanya terbangun saat kehausan.Kesibukan di dapur selesai tepat saat Cheryl muncul di dapur."Cheryl, sudah bangun?" Selena terkejut melihat puterinya berdiri dengan wajah mengantuk."Sudah pede turun sendiri dari tempat tidur, nih!" goda Selena yang sudah membawa Cheryl dalam pangkuan. Mengendus leher dan dada puterinya, lalu membawanya ke kamar mandi.Dalam setengah jam keduanya sudah duduk bersebelahan di meja makan. Selena menyantap sarapan sekaligus membantu Cheryl makan."Duh, mama senang sekali Cheryl semakin pintar pakai sendok. Makannya juga lahap" puji Selena sambil mengelus pipi gembul Cheryl.Seperti paham pujian dari mamanya, Cheryl tersenyum memamerkan deretan gigi kelin