"Halo, mas" sahut suara yang familiar di telinga Roy.
"Lala! Lama sekali angkat teleponnya!"
Terdorong oleh rasa panik bercampur kesal, Roy secara sadar membentak Lala. Padahal ia sempat menarik nafas lega saat melihat layar ponsel menampilkan detik percakapan dimulai.
"Mas, ini kan hari liburku, lagipula aku punya kesibukan lain. Mas juga tahu, kan?" jawab Lala ikut kesal.
"Belanja dengan kakek tua di swalayan, itu yang kamu maksud dengan kesibukan? Siapa nama pria yang memapah kakek tua itu?" cecar Roy terdengar semakin keki. Langsung ke inti saja, ia tidak ingin buang waktu.
"Mas ke swalayan tadi? Jadi, sudah belanja?" tanya Lala ingin tahu lalu berakhir dengan tawa kecil. Mungkin membayangkan Roy memilih barang di swalayan.
"Iya dan aku lihat kamu dengan dua orang pria. Si kakek tua itu majikanmu, kan? Lalu, pria satunya lagi siapa?"
"Iya, kakek. Setiap minggu harus sarapan di sana. Sekali
Pukul 06.00, Selena sudah sibuk di dapur. Menyiapkan sarapan dan bekal makan siang. Sesekali mempertajam pendengaran ke arah kamar, jaga-jaga kalau Cheryl bangun. Untunglah istirahat mereka nyenyak sepanjang malam. Cheryl pun hanya terbangun saat kehausan.Kesibukan di dapur selesai tepat saat Cheryl muncul di dapur."Cheryl, sudah bangun?" Selena terkejut melihat puterinya berdiri dengan wajah mengantuk."Sudah pede turun sendiri dari tempat tidur, nih!" goda Selena yang sudah membawa Cheryl dalam pangkuan. Mengendus leher dan dada puterinya, lalu membawanya ke kamar mandi.Dalam setengah jam keduanya sudah duduk bersebelahan di meja makan. Selena menyantap sarapan sekaligus membantu Cheryl makan."Duh, mama senang sekali Cheryl semakin pintar pakai sendok. Makannya juga lahap" puji Selena sambil mengelus pipi gembul Cheryl.Seperti paham pujian dari mamanya, Cheryl tersenyum memamerkan deretan gigi kelin
"Karina, tawaranku soal PH sudah kamu pikirkan? Gimana? Suamimu?" tanya Indra yang memandangi Karina dengan intens. Mereka berdua duduk bersisian di ruang ganti yang disiapkan khusus untuk Karina."Apa sebenarnya rencanamu, Dra?" Karina menghentikan gerakan tangannya membuka semua aksesoris yang dipakaikan oleh tim wardrobe. Sedikitpun ia tak berniat menoleh ke Indra."Rencana?" balas Indra terkekeh. Entah bagaimana wanita di sebelahnya selalu bisa menggugah selera humornya. Ia telah mengenal Karina dengan baik. Kebersamaan mereka sejak titik nol Karina hingga saat ini. Tak satupun momen yang dilewatkan oleh Indra. Rasa kagum akan talenta yang dimiliki wanita muda ini berubah menjadi sekedar peduli. Indra ingin memiliki sepenuhnya.Karina bergeming."Aku bermimpi menjadi orang yang menyaksikan pencapaian karirmu, puncak karirmu, Karina. Maka, aku gak mau melewatkan setiap kesempatan yang aku tahu pasti bisa kamu taklukan. Itu aja" terang Indra
"Roy, makasih banyak, ya. Kamu sudah banyak bantuin aku sejak pertama kali bergabung di kantor. Entah gimana jadinya aku kalau kamu gak ada." Melissa mengusap dada bidang Roy. Sudah satu jam mereka berdua duduk di sofa sambil menonton serial detektif kesukaan Roy."Sama-sama, Mel." Roy balas memeluk tubuh Melissa semakin erat. Ia tak ingin Melissa tahu rasa curiga yang semakin menjadi sejak perbincangannya dengan Pak Fendy tadi siang. Itu sebabnya ia tak menolak saat Melissa menawari mampir ke apartemen."Kamu masih lapar? Mau aku masakin sesuatu?" tawar Melissa dengan tangan mengelus perut Roy."Enggak, udah kenyang. Porsinya banyak ternyata, ya, Mel" aku Roy menunjuk wadah makanan yang sudah kosong di meja. Melissa sudah memesan makan malam dari restoran Arjuna dengan aplikasi pesan antar.Selain karena sudah kenyang, Roy khawatir ditambahkan zat berbahaya pada makanan karena Melissa menginginkan sesuatu darinya. Bisa jadi tentan
"Anak kakek hanya ada dua laki-laki. Kedua menantu semuanya akur, pak. Kalaupun ada yang punya selingkuhan di luar, itu biasanya untuk urusan bisnis, pak. Kayak Pak Arman. Punya banyak teman wanita supaya bisnisnya berkembang. Semuanya dikenalin juga ke istrinya." Meski sedang membilas piring, kucuran air kran, jawaban Lala terdengar jelas di telinga Roy. "Maksudnya, si Arman, udah bau tanah gitu doyan buang sperma ke wanita lain demi bisnis? Apa-apaan itu?" ejek Roy tak bisa membayangkan sekuat apa stamina Arman. 'Apa sanggup dia muasin si Melissa?' Seringai semakin jelas di wajah Roy. "Buang sperma? Emangnya Pak Arman doyan nge*e? Dia itu sibuk, mas. Urusan bisnisnya makin banyak, anak-anaknya juga sama kek bapaknya." Lala sudah selesai mengeringkan bak cuci piring juga meja makan. "Jadi, maksud kamu banyak teman wanita apaan? Arman merayu cewe-cewe biar apa? Trus semua ditiduri gitu ama dia?" Roy
Roy masih melangkah pelan mengikuti mobil sedan yang sudah meninggalkan area parkir restoran. Langkahnya terhenti di plang penunjuk arah parkiran."Kenapa, pak? " Tanya petugas parkir yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangnya."Bapak lihat mobil sedan yang baru saja keluar itu? Siapa yang punya, pak? Pelanggan di sini juga, kan?" Roy yakin petugas parkir kenal dengan Arman."Sedan yang mana, pak? Sejak tadi banyak mobil sejenis yang masuk. Makumlah pengunjung restoran ini semakin malam semakin beragam" jawab petugas parkir dengan santai."Sedan yang keluar barusan, loh, pak. Baru banget!" Roy yakin juru parkir tak mungkin dengan mudah lupa."Duh, gak ingat saya, pak. Gak hapal juga saya" sahutnya lekas meninggalkan Roy karena ada mobil yang baru masuk.Roy berdecak kesal. Ia gak habis pikir kenapa si juru parkir terkesan menyepelekan dirinya. Malas ribut, Roy memilih masuk ke restoran. Berharap Arjuna bisa dimintai k
Langkah lebar ku percepat. Firasat semakin tak enak. Tak pernah sejarahnya Pak Direktur memanggilnya sepagi ini. Tergesa mengetuk pintu ruangan si bos."Bapak cari saya?" Roy mengatur nafasnya sejenak."Roy, Melissa baru saja email surat resign ke saya." Tak jauh berbeda dengan Roy, air muka bosnya pun terlihat tegang."Resign? Jam berapa emailnya, pak? Hari terakhir aktif kerja ditulis kapan, pak?" Lidah Roy yang awalnya kelu bisa juga berkata-kata."Kamu coba baca. Saya rasa ambigu isi suratnya" Pak bos menyuruhnya duduk. Layar laptop diputar ke arah Roy.Membaca dengan cepat surat pengunduran diri Melissa yang terdiri dari empat paragraf. Tertulis hari terakhir aktif kerja Sabtu, minggu lalu."Sisa cuti Melissa masih banyak, pak?" Roy mengangkat wajah sejenak dan kembali menekuni isi surat."Waduh, saya lupa lagi simpan file update sisa cuti di mana. Coba kamu tanya ke HR Dept."Roy juga punya
Nyaris tak terpejam hingga dini hari. Berulang kali menunggu centang satu abu pesannya untuk Lala. Jam 03.30, tanda centang berubah menjadi dua berwarna biru. Semakin emosi karena tak melihat tanda-tanda Lala mengetik. Hampir ingin menekan tombol panggilan di room chat.'Jangan Roy, ini dini hari!' Jemarinya menjambak rambut kasar.Berharap Lala membalas sebelum jam 06.00. Menutup paksa kelopak matanya, ia harus istirahat. Meski pikirannya masih dipenuhi dengan tanya tentang Melissa, pesan terkirim untuk Lala sedikit membuatnya tenang.Alarm di ponselnya berbunyi. Mata Roy masih sangat mengantuk. Tangannya sudah menggenggam ponsel, berniat mematikan alarm. Namun nama Lala yang terlihat di layar membuat kesadarannya cepat terkumpul.[Nama lengkap kakek Philip Chen. Anaknya Arman Chen dan Andreas Chen. Kenapa emang, mas?]'Philip Chen? Pemilik bisnis properti itu? Arman anaknya?'Nama Philip Chen sangat familiar untuknya namu
Kendaraan pribadi Arjuna bergerak ke luar area parkir restoran. Karina terlihat antusias. Ia berhasil menyeret suaminya dari restoran lebih awal dari jam yang disepakati. Semata ingin menghindari kedatangan tiba-tiba Cheryl dan Delia."Mas, nyobain jajanan pinggir jalan, yuk. Bakso gerobak yang searah dengan mall." Tiba-tiba ingin melihat suaminya makan jajanan."Hah? Kamu yakin? Maksudku, terjamin bersih, gak?" Kaget karena permintaan tiba-tiba istrinya. Matanya sejenak memindai wajah Karina."Siklus kamu minggu ini, kan?" Tak ingin pertanyaannya merusak mood Karina."Iya, nih. Minggu ini. Tiba-tiba pengen makan bakso pedas.""Ya, sudah. Di mall juga ada, kan? Jamin bersih." Arjuna membujuk."Aku penasaran sama bakso yang itu, mas! Kita beli, ya! Pengen lihat kamu makan jajanan random!"Tak berdebat lebih lama, Arjuna menepikan mobil saat gerobak bakso sudah dekat. Membiarkan Karina turun seorang diri, sesuai in