Roy masih melangkah pelan mengikuti mobil sedan yang sudah meninggalkan area parkir restoran. Langkahnya terhenti di plang penunjuk arah parkiran.
"Kenapa, pak? " Tanya petugas parkir yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangnya. "Bapak lihat mobil sedan yang baru saja keluar itu? Siapa yang punya, pak? Pelanggan di sini juga, kan?" Roy yakin petugas parkir kenal dengan Arman. "Sedan yang mana, pak? Sejak tadi banyak mobil sejenis yang masuk. Makumlah pengunjung restoran ini semakin malam semakin beragam" jawab petugas parkir dengan santai. "Sedan yang keluar barusan, loh, pak. Baru banget!" Roy yakin juru parkir tak mungkin dengan mudah lupa."Duh, gak ingat saya, pak. Gak hapal juga saya" sahutnya lekas meninggalkan Roy karena ada mobil yang baru masuk. Roy berdecak kesal. Ia gak habis pikir kenapa si juru parkir terkesan menyepelekan dirinya. Malas ribut, Roy memilih masuk ke restoran. Berharap Arjuna bisa dimintai kLangkah lebar ku percepat. Firasat semakin tak enak. Tak pernah sejarahnya Pak Direktur memanggilnya sepagi ini. Tergesa mengetuk pintu ruangan si bos."Bapak cari saya?" Roy mengatur nafasnya sejenak."Roy, Melissa baru saja email surat resign ke saya." Tak jauh berbeda dengan Roy, air muka bosnya pun terlihat tegang."Resign? Jam berapa emailnya, pak? Hari terakhir aktif kerja ditulis kapan, pak?" Lidah Roy yang awalnya kelu bisa juga berkata-kata."Kamu coba baca. Saya rasa ambigu isi suratnya" Pak bos menyuruhnya duduk. Layar laptop diputar ke arah Roy.Membaca dengan cepat surat pengunduran diri Melissa yang terdiri dari empat paragraf. Tertulis hari terakhir aktif kerja Sabtu, minggu lalu."Sisa cuti Melissa masih banyak, pak?" Roy mengangkat wajah sejenak dan kembali menekuni isi surat."Waduh, saya lupa lagi simpan file update sisa cuti di mana. Coba kamu tanya ke HR Dept."Roy juga punya
Nyaris tak terpejam hingga dini hari. Berulang kali menunggu centang satu abu pesannya untuk Lala. Jam 03.30, tanda centang berubah menjadi dua berwarna biru. Semakin emosi karena tak melihat tanda-tanda Lala mengetik. Hampir ingin menekan tombol panggilan di room chat.'Jangan Roy, ini dini hari!' Jemarinya menjambak rambut kasar.Berharap Lala membalas sebelum jam 06.00. Menutup paksa kelopak matanya, ia harus istirahat. Meski pikirannya masih dipenuhi dengan tanya tentang Melissa, pesan terkirim untuk Lala sedikit membuatnya tenang.Alarm di ponselnya berbunyi. Mata Roy masih sangat mengantuk. Tangannya sudah menggenggam ponsel, berniat mematikan alarm. Namun nama Lala yang terlihat di layar membuat kesadarannya cepat terkumpul.[Nama lengkap kakek Philip Chen. Anaknya Arman Chen dan Andreas Chen. Kenapa emang, mas?]'Philip Chen? Pemilik bisnis properti itu? Arman anaknya?'Nama Philip Chen sangat familiar untuknya namu
Kendaraan pribadi Arjuna bergerak ke luar area parkir restoran. Karina terlihat antusias. Ia berhasil menyeret suaminya dari restoran lebih awal dari jam yang disepakati. Semata ingin menghindari kedatangan tiba-tiba Cheryl dan Delia."Mas, nyobain jajanan pinggir jalan, yuk. Bakso gerobak yang searah dengan mall." Tiba-tiba ingin melihat suaminya makan jajanan."Hah? Kamu yakin? Maksudku, terjamin bersih, gak?" Kaget karena permintaan tiba-tiba istrinya. Matanya sejenak memindai wajah Karina."Siklus kamu minggu ini, kan?" Tak ingin pertanyaannya merusak mood Karina."Iya, nih. Minggu ini. Tiba-tiba pengen makan bakso pedas.""Ya, sudah. Di mall juga ada, kan? Jamin bersih." Arjuna membujuk."Aku penasaran sama bakso yang itu, mas! Kita beli, ya! Pengen lihat kamu makan jajanan random!"Tak berdebat lebih lama, Arjuna menepikan mobil saat gerobak bakso sudah dekat. Membiarkan Karina turun seorang diri, sesuai in
Lima hari berlalu sejak Melissa tidak lagi Selama lima hari juga Roy uring-uringan. Baik di kantor dan di rumah. Setiap hal bisa membuat moodnya seketika jelek.Berangkat ke kantor membuatnya ingat pada kebohongan Melissa. Tak hanya nomor kontaknya yang tak lagi aktif, Melissa pun tak lagi tinggal di apartemennya. Roy menjumpai sepasang suami istri saat menyambangi unit itu."Kami pemilik baru apartemen ini."Pengakuan pria yang membukakan pintu sontak membuat Roy terkejut. Pria itu mengaku membeli unit itu dari Melissa sejak dua minggu lalu dan baru menempati 3 hari.'Melissa sudah merencakan semuanya dengan rapi. Bahkan aku pun tak bisa membaca gelagatnya.'Merasa tolol dan terlalu naif. Kenyataan itu yang membuat Roy sangat marah pada dirinya sendiri. Tidak main-main, akibat ketololan itu, karir dan penghasilan Roy terancam. Ia sendiri tak bisa membayangkan bagaimana hidupnya bulan depan."Roy, coba cek kontrak kerja sama yang
Bangun dengan kepala terasa berat. Memaksa tubuhnya untuk bergerak dari ranjang. Roy membersihkan tubuh dengan asal. Tumpukan baju kotor mengingatkannya pada Lala. Pekerjaan Lala dan gajinya. Tiba-tiba membuatnya semakin pusing. Mau tak mau, bulan ini terakhir Lala bekerja.'Ah, ya. Harus tanya Lala tentang Melissa dan Mey.'Menyambar ponselnya seusai berpakaian. Baterai lemah di ponselnya, ia berdecak kesal. Akibat memandangi amplop cokelat semalaman, ia lupa mengisi daya ponselnya.Bergegas ke dapur, mencari sesuatu untuk dijadikan sarapan. Ternyata ada stok buah di kulkas. Ia juga menemukan beberapa lembar roti tawar dan selai cokelat. Dipandanginya semua benda yang sudah berpindah ke meja. Entah sekuat apa roti dan buah bertahan di perutnya. Ditambah kepalanya sangat pusing. Ingin membuat kopi, tapi ia malas menyeduh air.Dulu Selena tak pernah absen menyediakan sarapan. Selain kopi susu dan roti tawar,selalu ada menu nasi. Sejak ia be
Selena, ikut aku sekarang atau aku akan bertindak lebih gila lagi!"Satpam menatap Selena penuh kekhwatiran. Kerumunan karyawan kembali terjadi. Satpam mengalihkan dengan meminta pulang dan pemeriksaan kendaraan dan tas di pos jaga."Ayok!" Roy menarik tangan Selena ketika kerumunan terurai."Roy, lepas! Kita ngobrol di cafe sebelah kantor saja." Menarik tangannya genggaman Roy dan berjalan menuju gerbang."Enggak! Kita pulang ke rumah malam ini. Dengan Cheryl!" Sekali lagi Roy menarik tangan Selena. Mulai kasar." Pulang? Kamu lupa sudah usir aku dan Cheryl? Enggak, aku gak akan balik! Cengkraman tangan Roy terlalu kuat, mulai terasa sakit di kulit Selena."Kamu pikir aku akan membiarkan kamu selingkuh dengan laki-laki beristri? Aku suamimu, akan mendidikmu jadi istri yang menjaga harga diri suami!" Roy berbicara nyaris membentak. Seluruh karyawan yang antri body check di pos jaga mendengar dengan jelas.M
Roy mendorong pagar dengan malas. Akhirnya ia tiba di rumah setelah menghabiskan energi di kantor istrinya. Ia tak menyangka mendapat penolakan dari Selena. Bahkan tak mau diajak pulang. Istrinya benar-benar berubah sejak ke luar dari rumah.'Harusnya aku tidak mengusirnya. Harusnya membiarkan Selena tetap mengurus rumah dan aku. Gak nyangka juga kalau Melissa akan begini.'Mata Roy terpejam, meletakkan kepalanya di atas setir mobil. Dipandanginya tampilan rumah dari dalam mobil. Ia pernah merasakan hidup sungguhan di rumah ini. Punya istri yang mengurusnya, menunggunya pulang, menyiapkan kebutuhannya. Punya anak yang lucu dan sehat, yang matanya terus berbinar setiap kali melihatnya datang. Sudah hampir dua bulan tak ada lagi hidup itu.'Bagaimana caranya membawa mereka pulang ke rumah ini lagi? Selena sangat kurang ajar tidak mau berbicara denganku di mobil ini.'Roy mengingat lagi pertengkarannya di area parkir kantor istrinya. Sampai dengan
"Apa, sih, maunya?" Roy menunggu pengemudi mobil di depannya turun. Sosok itu akhirnya menampakkan diri. Seketika membuat Roy pias. Pria itu mendekati jendelanya. Mengetuk dengan pelan dan menunggu Roy menurunkan kaca."Selamat malam, pak Roy." Algojo Harris menurunkan kepalanya ke jendela. Kacamatanya tetap melekat."Malam. Mau apa?" sentak Roy kesal. Ia tak ingin melihat wajah si algojo."Silahkan kembali ke rumah bapak. Apapun niat bapak mendatangi komplek ini, batalkan saja!" Rahang si algojo terlihat mengeras, lalu kepalan tangannya terjulur ke dalam mobil, tepat di depan dada Roy."Kenapa jadi kamu yang atur saya? Mobil-mobil saya, suka-suka saya mau ke mana. Kamu jangan urusin saya!" Roy ngotot. Masih tak ingin melihat wajah si algojo dan mengeser kepalan dari dadanya."Bapak lupa perjanjian kemarin di mobil?" Suara si algojo masih terdengar tenang." Heh! Gue gak ada urusan dengan kalian! Minggir!" Roy nekat menaikk