"Mas, dari mana? Aku nungguin, loh!" Karina tak lagi menyembunyikan rasa jengkel. Cukup baginya berpura-pura menikmati kebersamaan dengan Cheryl sejak siang. Lalu, suaminya pergi tanpa pamit mengikuti kepulangan Cheryl dan ibunya. Setidaknya itu informasi yang didapatnya dari petugas parkir.
"Maaf, sayang. Aku hanya memastikan Delia pulang dengan aman. Ada mobil yang mencurigakan menunggui mobil Delia di parkiran" terang Arjuna serius. Bahkan Karina menangkap rasa khawatir pada sorot mata suaminya. Bukan untuknya yang ditinggal begitu saja di restoran.
"So ... apa terjadi sesuatu?" Pada akhirnya Karina menelan rasa marahnya demi mendengar pengakuan jujur suaminya. Iya, tak perlu khawatir berlebihan.
"Mobil itu berhenti tak jauh dari rumah tempat Selena tinggal. Aku tak kenal mobil itu, pun pemiliknya"
"Dia tidak mengikuti Delia sampai ke rumah?" Akhirnya Karina ikut heran.
"Iya, sepertinya dia mengikuti Selena saja. Ada kemungkinan itu Roy. Kata ju
"Selama ini aku salah menilaimu, Selena! Kamu mengkhianati kepercayaanku! Kamu menjual cerita sedih ke pria ini untuk mendapat simpati, lalu hidup nyaman meski tidak bersamaku. Sepertinya tidak ada gunanya mempertahankan rumah tangga ini. Kita cerai!"Amarah tentu saja menggelegak dalam dada Roy. Menjumpai istrinya bermesraan dengan pria lain yang dikenalnya. Namun ia berusaha tampil tenang karena merasa mendapat bukti kuat untuk menceraikan Selena."Yang ditunggu akhirnya datang juga" seru Arjuna tak kalah tenang. Kini kedua lengannya sudah tersimpan di dada. Bahkan mengambil jarak sekitar satu meter dari Selena."Apa maumu, Roy?" Selena bertanya dengan air muka tak kalah datar. Seolah tidak perduli dengan emosi Roy yang tampak jelas akan meledak.Mendapat respon yang tidak seimbang, Roy memutar otak untuk menggiring pembicaraan ke topik awal. Perceraian."Ku rasa aku tidak perlu mengucap dua kali. Aku mau kita bercerai. Harapanku membuatmu sadar
"Jadi, malam ini pun Roy tidak mampir?" tanya Arman keheranan. Wajahnya memenuhi layar ponsel Melissa."Iya, dia itu gila, om. Bener-bener pria kere. Pokoknya aku illfeel banget ke Roy" sahut Melissa malas sambil memilin ujung rambutnya dengan jari telunjuk."Kenapa? Apa yang terjadi?" lanjut Arman semakin heran."Duh, om! Masa kita ngobrol tentang Roy, sih? Aku rindu, nih! Sudah dua seminggu om gak mampir. Aku haus" ujar Melissa manja dengan bibir maju hendak mencium layar ponsel."Berhenti menggodaku seperti itu, sayang. Aku juga ingin sekali ke sana, tapi kita sepakat untuk lebih hati-hati 'kan?" Arman mencoba mengingatkan. Ia tak ingin wanitanya cemberut dan mengakhiri panggilan video. Tubuh dan seluruh gerak gerik Melissa selalu bisa membuatnya lupa dengan tumpukan berkas rencana bisnis di mejanya. Baginya, Melissa selalu bisa membuat atraksi spesial dengan sikap manja yang khas."Iya, aku tahu, om. Aku ingin ini cepat berakhir. Aku beneran mu
Entah sudah berapa lama Selena terduduk di balik pintu. Wajahnya sembab, blouse kantornya basah, sepatu block heels-nya masih menempel di kaki. Matanya menerawang ke penjuru rumah, ia seperti mencari-cari sesuatu. Ujung-ujungnya ia berhenti di tubuh kecil Cheryl yang sejak tadi diletakkannya di sofa.Ini hari terburuknya. Ia pikir dengan menjauh sejenak dari Roy akan memberi waktu untuk mereka masing-masing introspeksi diri. Bahwa mereka diciptakan sebagai pasangan sehidup semati. Namun keyakinan itu terhempas begitu saja malam ini.Beberapa minggu tidak tinggal bersama, ia kerap memikirkan Roy. Bahkan menunggu saat yang tepat untuk membagi kabar gembira tentang promosi jabatannya. Ia sempat meyakini telepati antara mereka berdua tetap ada saat melihat nama Roy muncul di panggilan ponselnya. Nyatanya, Selena mendapat makian dan sumpah serapah karena suaminya baru menyadari tabungannya kosong.Aku hanya mengambil haknya Cheryl, Roy.Lagi, gelombang air mat
"Kamu cukup tidur gak, sayang" tanya Arjuna khawatir melihat wajah lelah istrinya.Malam tadi, usai dijemput Karina, mereka berdua langsung bertolak ke rumah. Bukan saja karena malam yang semakin kelam, Arjuna pun memahami kegelisahan istrinya. Itu sebabnya ia langsung membawa Karina mandi bersama di bawah shower air hangat. Berlanjut dengan memadu kasih di ranjang hingga dini hari."Apa kamu cukup tidur, mas?" goda Karina mengusap paha Arjuna yang duduk di sebelahnya. Ia tahu mereka berdua menikmati malam panjang dengan penuh gairah."I love you, Karina" balas Arjuna menarik kening sang istri ke bibirnya. Meninggalkan jejak hangat di sana.Hati Karina bergetar. Ya, bergetar. Artinya rasa yang disampaikan Arjuna lewat keningnya masih sama seperti kemarin. Cinta Arjuna hanya untuknya seorang. Selena dan Cheryl hanya kerabat yang singgah di tentang waktu ini.Keyakinan itu membuat Karina kuat sekaligus bertekad harus fokus pada program hamil. Alih-al
"Aku sampai gak habis pikir, Mel, kenapa Arjuna ngebet banget sama istri orang. Padahal, istrinya cantik dan kelihatannya cinta banget ke Arjuna"Melissa seketika bungkam. Menahan rasa mual yang muncul karena ucapan tak tahu diri dari pria di hadapannya.'Duh, apes banget gue! Kenapa mesti sepagi ini, sih, bikin gue badmood!'Masih merasa kesal karena ancaman Arjuna malam tadi, Roy lanjut ngedumel di meja makan apartemen kekasihnya."Kalau bukan karena takut penjara, udah gue hajar, tuh, si Arjuna! Ampe babak belur""Kenapa mesti takut penjara, Roy? Toh, kamu yakin Arjuna selingkuh dengan Selena 'kan?" tantang Melissa dengan wajah tenang. Ia berusaha menekan rasa jengkel di tenggorokan."Masalahnya, kita terlalu sering makan di restorannya, Mel. Jadi kepedean, tuh, orang. Pake ngancam gue segala lagi. Amsyong!"Sangking kesalnya, hampir saja Roy membanting meja dengan piring kosongnya."E ... e ... eh ... piring gue jangan dija
Sendok di tangan Karina bergerak memutar di piring. Mengaduk saos dan kentang berulang. Matanya lurus ke piring, tapi pikirannya entah kemana. Arjuna memastikan masakannya sesuai selera istrinya."Kamu gak suka saosnya?" tanya Arjuna setelah mencicipi isi piring Karina."Huh?" Lamunan Karina seketika terhenti. Jemarinya reflek menyugar rambut panjangnya lalu memasukkan sepotong dadu kecil daging dengan garpu."Kamu kenapa, sayang? Maaf, ya, tadi agak lama nemenin Delia dan Selena." Arjuna menarik tangan Karina ke tengah meja. Mengusap lembut punggung tangan istrinya. Ia tahu Karina bosan menunggunya di ruang kerja. Memaksa untuk ikut bergabung di ruang utama restoran bukan ide yang bijak."Aku gak papa, sayang. So, gimana jadinya? Temen kamu bisa bantu Selena?" Menyadari sikap diamnya menarik perhatian suaminya, Karina dengan cepat menguasai diri. Khawatir Arjuna mengamuk jika mendengar rencana Indra."Tentu itu hal yang mudah Aldo, sayang. Selena
"Mel, udah nemu pengacara yang ku maksud? Aku minta nomor kontaknya, dong.""Uhuk ...." Melissa cepat mengambil gelas berisi air di depannya, menyesap dengan cepat sesudahnya terbatuk kecil."Kamu kenapa? Potong siomaynya kecil-kecil, biar gak keselek makannya" ujar Roy menepuk halus punggung Melissa karena batuk kecil yang tak kunjung usia."Huh ...."Hempasan nafas kelegaan lepas dari mulut Melissa lalu sekali lagi membersihkan kerongkongannya dengan sedikit air putih."Oiya, Roy. Temenku, Bram, sudah aku hubungi kemarin. Sayangnya, dia lagi liburan dengan keluarganya. Dua minggu lagi aktif ngantor dan kerja."Sejujurnya, Melissa belum melakukan pembicaraan apapun dengan Bram. Ia mengambil kesimpulan sendiri berdasarkan postingan cerita terbaru di media sosial milik Bram. Semakin lama Roy mendapat pengacara, maka semakin lama juga bawahannya itu mengurus perceraian ke pengadilan. Ia butuh Roy dalam minggu-minggu ini untuk melancarkan aksin
"Kenapa datang mendadak? Apa kantormu libur?" Lusiana keheranan menyambut kedatangan puteri dan cucunya di pintu. Di luar, langit sudah gelap. Pejalan kaki pun tak lagi ramai di sekitar rumah."Roy tidak ikut?" lagi Lusiana kebingungan saat melihat tak ada sesiapa lagi di luar dan barang bawaan puterinya tidak banyak."Aku letakkan Cheryl di kamar dulu, ya, Bu" pinta Selena yang merasa lelah setelah menempuh 6 jam dengan bus. Lusiana membantu membukakan pintu kamar yang letaknya tak jauh dari pintu masuk. Menunggui Selena dengan sabar menenangkan Cheryl di kasur."Kalian sudah makan malam? Biar ibu siapkan, ya. Masih ada stok ayam ungkep di freezer."Belum sempat mengangkat bobot dari kasur, tangannya ditarik pelan oleh Selena."Sudah, Bu. Tadi aku bawa bekal nasi dari rumah juga banyak cemilan. Itu aku bawakan bolu kesukaan ibu" ujarnya menunjuk travel bag yang masih teronggok di pintu utama."Oh, syukurlah. Ibu pikir Cheryl tidur dengan pe